xxix
yang berkaitan dengan CITES, sehingga diperoleh kesimpulan yang sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dirumuskan.
G. Sistematika Penulisan
Bab I : Berisikan pendahuluan, latar belakang penulisan, permasalahan,
tujuan dan manfaat penelitian, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penulisan dan sistematika penelitian.
Bab II : Membahas mengenai tinjauan umum perdagangan terhadap
spesies-spesies yang terdaftar dalam CITES, khususnya perdagangan
liar. Dalam
bab ini
akan dibahas
mengenai definisi dan faktor-faktor yang mendukung terjadinya perdagangan terhadap spesies tersebut.
Bab III : Menjelaskan mengenai tinjauan umum CITES sebagai konvensi utama dan konvensi-konvensi internasional lainnya mengenai
lingkungan hidup yang mendukung, seperti Convention on Biological Diversity CBD dan Convention on
the Protection of the Wolrd Cultural and Natural Heritage.
xxx
Bab IV : Diawali dengan potret perdaganagn spesies terancam punah pada saat ini, pada bab ini juga dijelaskan bagaimana perdagangan
ini dilakukan dan diatur di negara lain dan potensi yang terkandung di dalamnya. Bab ini juga menjelaskan mengenai
pelaksanaan perdagangan spesies-spesies ini dalam kaitannya dengan peraturan-peraturan yang berlaku di dalam hukum
Indonesia.
Bab V : Berisi penutup dari penelitian ini. Penutup terdiri dari
kesimpulan dan saran- saran yang merupakan rekomendasi solusi atas persoalan-persoalan yang ditemukan dalam
penelitian.
xxxi
BAB II MASALAH YANG MENDUKUNG TIMBULNYA PERDAGANGAN ILEGAL
TERHADAP KEHIDUPAN LIAR SPESIES
Ribuan spesies ditangkap dan diperdagangkan untuk memenuhi pemintaan domestik maupun internasional. Perdagangan internasional yang tanpa batasan
terhadap spesies-spesies ini mengancam kelangsungan hidup dan populasi dari spesies-spesies tersebut
34
. Perdagangan ilegal yang terjadi terhadap flora dan fauna liar yang terjadi di dunia mengancam kelangsungan hidup dari sumber daya alam
hayati yang terdapat di bumi ini. Perdagangan yang menghasilkan milyaran dollar ini menjadi masalah yang sangat besar di Asia Tenggara
35
. Perdagangan ini meliputi binatang dalam keadaan hidup maupun bagian-bagian dari binatang itu sendiri
gading, kulit, maupun dagingnya. Spesies yang diperdagangkan pun seringkali meliputi spesies-spesies yang tergolong dalam kategori threatened
36
Indonesia, seperti halnya negara lain di Asia Tenggara, menjadi salah satu pasar yang besar dan menjanjikan bagi para pedagang ilegal tersebut. Sebagai
ilustrasi, di Lampung terdapat 12 pemburu gading gajah yang sejak tahun 2003 telah memperdagangkan lebih dari 1,200 kilogram yang diambil dari 47 gajah. Di Way
atau terancam.
34
Butet Sihotang, “Press Release Profauna : Pro Fauna Demand Stop for Illegal Wildlife Trade in Sumatra to Stop”, Juli 2006
35
Michael Sullivan, “Southeast Asia Illegal Wildlife Trade”, http:www.npr.org, 3 November 2010.
36
IUCN dan RED List criteria review working group membagi binatang yang terancam threatened ke dalam tiga kategori yaitu :
a. Vulnerable b. Endangered, dan
c. Critically endangered.
xxxii
Kambas sendiri, terdapat sekitar 19 kelompok pemburu, penyokong dana dan pengrajin yang telah memperdagangkan lebih dari 1.800 kilogram gading dari 52
ekor gajah
37
Dari hasil pengamatan pada tahun 2007, di Bali, setiap tahunnya 500 ekor burung diselundupkan dan diperdagangkan. Jumlah yang tidak sedikit dan sebagian
besar diantaranya merupakan spesies-spesies yang dilindungi seperti kakatua jambul kuning cacatua galerita, dan kakatua hitam lorius lory
.
38
Dalam Laporan profauna tercatat penyelundupan kakatua di kepulauan Halmahera mencapai sekitar 10,000 ekor untuk memenuhi permintaan lokal dan
internasional akan binatang ini. Sekitar 40 dari jumlah tersebut diselundupkan ke Filipina dan 60 diselundupkan untuk di perdagangkan di Surabaya, Bali, dan
Jakarta .
39
. Pasar Pramuka sendiri merupakan pasar hewan ilegal terbesar di dunia
40
A. Definisi