lxv
D. Convention on Protection of World Cultural and Natural Heritage
1. Latar Belakang
94
Konvensi ini dibentuk ketika perang yang terus-menerus berkecamuk di dunia Perang Dunia I dan II mengakibatkan ancaman dan menyebabkan
kerusakan terhadap banyak tempat peninggalan sejarah. Benda benda bersejarah tersebut tidak hanya rusak namun juga hilang
95
budaya dunia. Selain itu konvensi bertujuan untuk memastikan keselamatan dan perlindungan terhadap warisan budaya dunia tersebut
. Karena hal tersebutlah maka muncul ide untuk memberikan
perlindungan terhadap situs-situs bersejarah, baik yang tergolong di dalam Warisan Budaya maupun Warisan Alamiah Cultural and Natural Heritage. International
Union for Conservation of Nature IUCN mengajukan pembentukan sebuah konvensi internasional yang dapat memberikan perlindungan terhadap situs-situs
tersebut. Pada tahun 1972 dalam konvensi Unites Nations Conference on Human Environment UNCHE, sebuah tugas diberikan kepada UNESCO untuk memperluas
rancangan konvensi tersebut, yang kemudian menciptakan The Convention Concerning the Protection of the World Cultural and Natural Heritage. Konvensi ini
mulai berlaku pada tanggal 17 Desember 1975. Konvensi ini memiliki misi mengidentifikasikan warisan alamiah dan
96
94
David Hunter, et.al., op.cit.
95
UNESCO, World Heritage in Young Hands, An Educational Resource Kit for Teachers, Paris :UNESCO halaman 62.
. Konvensi ini juga
96
http:www.unesco.orgwhckit-ratification.htm, diakses pada tgl 12 Februari 2011
lxvi
merupakan konvensi yang menggabungkan pengaturan antara warisan alamiah dan warisan budaya yang dianggap sebagai satu kesatuan warisan bersama dunia
common heritage of mankind.
2. Sovereign Rights over Natural Resources.
Pasal 4 dari konvensi ini menyebutkan bahwa : “Each state party to this convention recognize that duty of ensuring the
identification, protection, conservation, presentation, and transmission to future generation of the cultural and natural heritage…situated in its territory, belongs
primarily to that State. It will do all it can to this end, to the utmost of its own resources and…”
setiap Negara yang tergabung dalam konvensi ini, harus menyadari kewajiban atas proses identifikasi, perlindungan, konservasi, presentasi dan transmisi
kepada generasi masa depan dalam masalah adat istiadat dan kekayaan alam yang terdapat dalam situasi masa kini. Berdasarkan pernyataan tersebut, konvensi ini akan
melakukan segala daya upaya untuk untuk mempertahankan sumber daya itu sendiri sampai pada akhirnya
Pasal 6 Huruf 1 menyatakan: “ Whilst fully respecting the sovereignity of the state on whose territory the cultural
and natural heritage… is situated and without prejudice to property rights provided by national legislation, …”
Dari ketentuan-ketentuan di atas dapat dilihat bagaimana konvensi ini mengakui bahwa warisan alamiah yang terdapat di dalam teritori negara tersebut
lxvii
adalah milik atau berada di bawah kedaulatan negara itu dan konvensi juga menghormati kedaulatan negara tersebut. Hak berdaulat untuk
mengeksploitasimemanfaatkan sumber daya alam adalah meliputi juga hak untuk bebas dari campur tangan pihak luar terhadap pengeskpolitasianpemanfaatan
tersebut.
97
3. Reponsibility Not to Cause Enviromental Damage
Maksudnya adalah bahwa suatu negara tidak boleh mengakibatkan kerusakan lingkungan atau sumber daya alam yang terletak di negara lain, prinsip ini
dapat dilihat dalam pasal 6 huruf 3 Konvensi Warisan Dunia yang berbunyi : “Each state party to this convention undertakes not to take any deliberate measure which
might damage directly or indirectly the… natural heritage.. situated on the territory of other state perties to this Convention”
Tanggung jawab untuk tidak mengakibatkan kerusakan pada lingkungan berlekatan dengan sovereign rights atau hak berdaulat yang dimiliki oleh suatu
negara atau sumber daya alam hal ini “warisan alamiah” yang dimilikinya. Adanya hak berdaulat suatu negara mewajibakan negara tersebut disisi lain untuk tidak
melakukan tindakan yang dapat merusak warisan alamiah yang dimiliki negara lain, karena hak berdaulat suatu negara dibatasi oleh hak berdaulat Negara lainnya. Jadi
97
Ibid, halaman 188
lxviii
dalam pengaturan dalam pasal di atas, negara anggota tidak diperbolehkan melakukan perbuatan suatu perbuatan secara sengaja yang dapat mengakibatkan
kerusakan baik secara langsung maupun tidak terhadap warisan alamiah yang terletak di teritori negara lain.
4. Principle of Preventive Action
Prinsip ini berbeda dengan prinsip “Not to Cause Enviromental Damage”. Ada dua hal yang menbedakannya , yaitu
98
Melalui ketentuan di atas, konvensi ini mendorong setiap negara peserta untuk mengambil langkah-langkah tertentu khususnya melalui penelitian dan studi
pertama, prinsip sebelumnya bersumber dari penghargaan atas prinsip hak berdaulat suatu negara, sedangkan
prinsip preventive action menitikberatkan pada bagaimana meminimalisir kerusakan lingkungan itu sendiri. Perbedaan kedua, pada prinsip ini, suatu negara berkewajiban
mencegah kerusakan atas lingkungan yang terletak dalam teritori negara itu sendiri, bukan atas negara lain seperti pada prinsip sebelumnya.
Prinsip ini dimuat dalam pasal 5 konvensi yang mengatur: “to ensure that effective and active measures are taken for the protection,
conservation and presentation, of the… natural heritage situated on its territory , each state party to this convention shall endeavour, …
To develop scientific and technical studies and research and to workout such operating methods as will make the state capable of counteracting the dangers that
threaten its cultural or natural heritage…”
98
Ibid , hal 194
lxix
ilmiah serta metode tertentu untuk meniadakan bahaya yang mengancam keberadaan warisan alamiah yang terletak di teritori negara yang bersangkutan .
5. Principle of good neighbourliness and international cooperation.
Kerjasama internasional merupakan salah satu prinsip yang dipakai dalam konvensi ini. Situs-situs nasional yang dianggap sebagai warisan dunia
merupakan tanggung jawab seluruh negara sebagai suatu masyarakat internasional untuk melalui sebuah kerjasama internasional. Prinsip kerjasama internasional
menjadi latar belakang dan tujuan konvensi ini dimana situs-situs nasional tertentu dianggap memiliki relevansi internasional sehingga konvensi mendorong terciptanya
kerjasama internasional dalam situs-situs yang dianggap sebagai warisan dunia tanpa mengesampingkan hak berdaulat negara tersebut. Perlindungan terhadap situs-situs
ini merupakan tanggung jawab masyarakat internasional, pengaturannya dapat dilihat dalam beberapa bagian seperti :
“…it is incumbent on the international community as a whole to participate…”
99
“…where appropriate, with any international assistance and cooperation in particular, financial, artistic, scientific, and technical…”
100
“…it is the duty of international community as a whole to cooperate.”
101
“The state party undertake… to give their help… if the state on whose territory is situated due request…”
102
99
Konvensi Warisan Dunia, Pembukaan
100
Konvensi Warisan Dunia, Pasal 4
101
Konvensi Warisan Dunia, Pasal 6 1
lxx
“…A system of International cooperation and assistance design to support state parties…”
103
Selain itu, prinsip ini juga tersebar dalam pasal-pasal lain dalam konvensi
104
6. Principle of Sustainable Development
Meskipun secara konsep prinsip ini sudah muncul sejak lama, namun istilah Sustainable development pembangunan berkelanjutan ini baru muncul pada
perjanjian-perjanijan internasional pada tahun 1980-an
105
. Ada empat unsure yang terkandung dalam prinsip ini , yaitu
106
i. Kebutuhan untuk melestarikan sumber daya alam bagi kepentingan generasi
masa depan. :
ii. Pemanfaatannya haruslah dengan cara yang sustainable atau prudent atau
rational atau wise atau appropriate. iii.
Bahwa pemanfaatan tersebut haruslah adil, pemanfaatan oleh suatu negara haruslah dengan memperhatikan kebutuhan negara-negara lain,
iv. Ada kebutuhan untuk memastikan bahwa pertimbangan-pertimbangan
lingkungan tersebut telah terintegrasi dengan ekonomi dan rencana pembangunan.
102
Konvensi Warisan Dunia, Pasal 6 2
103
Konvensi Warisan Dunia, Pasal 7
104
Lihat konvensi Warisan Dunia pasal 13,15, 18, 19, 20,21, 23, 25, 26, dan 28. Perhatikan adanya istilah Internatinal Assistance.
105
Phillipe Sands, op.cit, Halaman 198.
106
Ibid, halaman 198
lxxi
Penerapan prinsip ini khusus nya mengenai pentingnya perlindungan bagi generasi masa depan . Dalam konvensi dapat dilihat dalam pengaturan konvensi
pasal 4, yaitu : “…identification, protection, conservation, presentation, and transmission to future
generation of the cultural and natural heritage…”
7. Principle of Common but Differentiated Responsibilities.
Prinsip ini berkembang dari aplikasi dari prinsip equity atau keadilan dalam hukum internasional secara umum, dan dari kebutuhan-kebutuhan khusus dari
negara-negara berkembang harus diperhitungakan dalam perkembangan, aplikasi, dan interpretasi dari aturan-aturan dalam hukum lingkugan internasional.
Dengan demikian prinsip ini mengandung dua unsur, yaitu
107
i. Adanya tanggung jawab yang sama dari negara untuk melindungi
lingkungan; :
ii. Adanya kebutuhan untuk memperhitungkan adanya
perbedaanperbedaan dalam kondisi , khususnya dalam kontribusi masing-masing negara, dalam membahayakan lingkungan dan juga
dalam kemampuan masing-masing negara untuk mencegah, mengontrol dan mengurangi ancaman atas lingkungan.
107
Ibid, halaman 117
lxxii
Elemen pertama dari prinsip ini terdapat dalam paragraf tujuh pembukaan Konvensi Warisan Dunia yang menyatakan :
“…parts of culture or the natural heritage… need to be preserved as part of the world heritage of mankind as a whole,…”
Elemen kedua dapat dilihat dari pengaturan mengenai pendanaan yang diatur dalam bab IV konvensi. Pasal 15 ayat 3 konvensi menyatakan bahwa salah satu
sumber dana adalah dari kontribusi wajib dan sukarela negara anggota. Adanya ketentuan mengenai iuran sukarela merupakan salah satu pencerminan adanya
differentiated responsibility terhadap negara-negara karena dengan demikian berarti ada pengakuan akan berbedanya kemampuan tiap-tiap Negara dalam memberikan
iuran. Berikut bunyi pengaturannya : “the resources of the fund shall consist of : “compulsory and voluntary contribution made by the state parties…”
Selain itu pada pasal 16 ayat 2, negara peserta dapat menyatakan tidak terikat pada pengaturan pasal 16 ayat 1 yang mengatur agar negara peserta memberikan
iuran setiap dua tahun secara teratur pada World Heritage Fund. World Heritage Fund merupakan trust fund yang diatur dalam konvensi, sebagai lembaga yang
mengatur pemberian bantuan dana bagi situs-situs yang dilindungi konvensi.
Berikut bunyi pengaturan dalam pasal 16 : 1 “… the state parties…undertake to pay regularly, every two years,…contribution,
the amount which, in the form of uniform percentage, applicable to all states, shall be determined, by the general assembly of the state parties…”
lxxiii
2 “however, each State… may declare, … acceptance or accession, that it shall not be bound by the provision of paragraph one of this article.”
Terjemahan :
1. “ Negara…memiliki kewajiban untuk membayar secara teratur setiap tahun
atau tiap-tiap dua tahun,…sejumlah bagian kontribusi, jumlah yang mana, dalam wujud persentase dapat digunakan untuk semua keperluan negara,
akan ditentukan, melaui dewan perwakilan dari ketentuan dan peran serta tiap negara…
2. bagaimanapun, masing-masing negara… boleh mengumumkan,…
penerimaan atau aksesi, bahwa itu tidak akan terikat oleh ketetapan [paragraph ayat] salah satu artikel ini.
Konvensi Warisan Dunia juga mengakui adanya perbedaan kemampuan masing-masing negara untuk mencegah, mengontrol dan mengurangi ancaman atas
lingkungan. Hal ini terlihat dalam pasal 5 yang menyatakan : “…each state parties shall endavour,in so far as possible, an as appropriate for each
country…” setiap Negara diharuskan untuk mengusahakan kelestarian lingkungan sepanjang
hal itu dimungkinkan sebagai bentuk penghargaan dari tiap negara
lxxiv
BAB IV ANALISA KASUS-KASUS PERDAGANGAN TERHADAP SPESIES YANG
TERANCAM OLEH KEPUNAHAN.
A. Perdagangan untuk Kepentingan Ilmu Pengetahuan. 1.