14 guru dengan siswa berkenaan penegakan disiplin oleh
guru, proses belajar yang kurang memuaskan siswa, atau guru kurang perhatian terhadap siswa. Konflik
antara guru dengan kepala sekolah menyangkut masalah pembagian tugas yang tidak merata, sistem
ganjaran tidak berdasarkan prestasi kerja. Perbedaan pendapat antara orang tua dengan guru sering terjadi
karena orang tua terlalu banyak mencampuri kuri- kulum sekolah, orang tua memandang guru tidak
mampu meningkatkan prestasi belajar anak. Penulis menyimpulkan bahwa jenis-jenis konflik
dalam pendidikan adalah konflik intrapersonal, inter- personal, antar individu dan kelompok, konflik antar
kelompok, dan konflik antar organisasi.
2.1.4 Dampak Konflik
Gibson dalam Wahyudi, 2011: 28 mengemuka- kan bahwa konflik mempunyai dampak positif dan
negatif.
Dampak negatif dari konflik interpersonal pada tahap awal menyebabkan stres dan mempenga-
ruhi psikologis dan perilaku orang yang menga- lami. Pada tahap berikutnya, mempengaruhi pres-
tasi secara keseluruhan.
Sedangkan dampak positif konflik:
1 dapat menimbulkan perubahan secara kons- truktif; 2 segala daya dan motivasi tertuju pada
pencapaian tujuan; 3 merangsang inovasi, me- ningkatkan keeratan kelompok; 4 menggantikan
tujuan yang tidak relevan; 5 manajemen konflik menguntungkan organisasi; 6 hubungan antar
pribadi dan antar kelompok mendorong ke arah
15
peningkatan kesehatan organisasi; 7 konflik dapat mengurangi ketegangan dalam bekerja.
Wijono 2003: 2-3 mengemukakan bahwa konflik dapat berdampak positif dan negatif yaitu sebagai
berikut:
a. Dampak positif konflik meliputi: 1 meningkatnya ketertiban dan kedisiplinan dalam menggunakan
waktu bekerja; 2 meningkatnya hubungan kerja- sama yang produktif; 3 meningkatnya motivasi
kerja untuk melakukan kompetisi secara sehat antar pribadi maupun antar kelompok dalam or-
ganisasi; 4 semakin berkurangnya tekanan dan intrik yang dapat membuat stres bahkan produk-
tivitas kerja semakin meningkat; 5 banyaknya pegawai yang dapat mengembangkan kariernya
sesuai dengan potensinya melalui pelayanan pendidikan education, pelatihan training dan
konseling counseling dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotor;
b. Dampak negatif konflik, meliputi: 1 meningkat- kan jumlah absensi pegawai dan seringnya pega-
wai tidak bekerja pada waktu jam-jam kerja berlangsung; 2 banyak pegawai mengeluh karena
sikap atau perilaku teman kerjanya yang dirasa- kan kurang adil dalam membagi tugas dan
tanggung jawab; 3 banyak pegawai yang sakit- sakitan, sulit untuk konsentrasi dalam pekerjaan-
nya dan muncul perasaan-perasaan kurang aman dan nyaman; 4 seringnya pegawai melakukan
mekanisme pertahanan diri bila memperoleh teguran dari atasan; 5 meningkatnya kecende-
rungan pegawai yang keluar masuk dan ini disebut labor turn over.
Sementara itu Stevenin Sutabri, 2010: 131-132 menjelaskan bahwa konflik yang tidak terselesaikan
dapat merusak lingkungan kerja sekaligus orang- orang di dalamnya. Oleh karena itu konflik harus
16 mendapat perhatian. Jika tidak, maka seorang pemim-
pin akan terjebak pada hal-hal seperti:
a kehilangan pegawai yang berharga dan memiliki
keahlian teknis; b menahan atau mengubah infor- masi yang diperlukan rekan-rekan sekerja yang
lurus hati agar tetap dapat mencapai prestasi; c keputusan yang lebih buruk yang diambil oleh
perseorangan atau tim karena mereka sibuk me- musatkan perhatian pada orangnya bukan pada
masalahnya; d kemungkinan sabotase terhadap pekerjaan atau peralatan. Seringkali dimaklumi se-
bagai faktor “kecelakaan” atau “lupa”; e sabotase terhadap hubungan pribadi dan reputasi anggota
tim melalui gosip dan kabar burung; f menurun- kan moral, semangat dan motivasi kerja; g ma-
salah yang berkaitan dengan stres.
Konflik mempunyai dua dampak yaitu dampak positif dan dampak negatif. Dengan demikian kemam-
puan manajemen konflik menjadi prasyarat penting dalam dunia pendidikan karena akan berpengaruh
terhadap kelangsungan sekolah.
2.1.5 Tahap-tahap Manajemen Konflik