26 nakan untuk keputusan strategik antara lain sumbang
saran, consensus, Delphi, fish bowling, interaksi di- daktik, tawar-menawar kolektif.
Teknik pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan teknik tradisional, modern, kuantitatif dan
kualitatif. Dalam teknik pengambilan keputusan hal terpenting adalah keakuratan pengumpulan data dan
fakta serta informasi. Hal tersebut mempengaruhi kualitas dari keputusan yang akan diambil. Pengam-
bilan keputusan yang tidak berdasarkan hasil analisis yang tepat dapat menghasilkan keputusan yang tidak
tepat pula.
2.3 Pelatihan Manajemen Konflik
Pelatihan manajemen konflik merupakan proses penyusunan rencana untuk memanajemeni konflik
karena jika konflik tidak dikendalikan maka akan ber- kembang menjadi konflik destruktif sehingga individu
hanya akan memfokuskan perhatian, tenaga dan pikiran, bukan mengembangkan potensi diri dalam
menyelesaikan konflik. Pelatihan manajemen konflik sangat dibutuhkan karena berpengaruh terhadap kete-
patan pengambilan keputusan, hal ini dikarenakan setiap kelompok dalam satu organisasi dimana di
dalamnya terjadi interaksi antara satu dengan lain- nya, maka memiliki kecenderungan timbulnya konflik.
Konflik sangat erat kaitannya dengan perasaan manusia, termasuk perasaan diabaikan, disepelekan,
27 tidak dihargai, ditinggalkan, dan juga perasaan jengkel
karena kelebihan beban kerja. Perasaan-perasaan tersebut sewaktu-waktu dapat memicu timbulnya
kemarahan yang berujung pada konflik. Keadaan ter- sebut akan mempengaruhi individu dalam melaksana-
kan kegiatannya secara langsung, dan dapat menu- runkan produktivitas kerja secara tidak langsung
dengan melakukan banyak kesalahan yang disengaja maupun tidak disengaja.
Dalam suatu organisasi institusi maupun lokal pemerintah, kecenderungan terjadinya konflik dapat
disebabkan oleh suatu perubahan secara tiba-tiba, antara lain: kemajuan teknologi baru, persaingan
ketat, perbedaan kebudayaan, perubahan sistem nilai, serta berbagai macam kepribadian individu. Melalui
pelatihan manajemen konflik membantu individu dalam memahami faktor-faktor apa saja yang menye-
babkan timbulnya konflik, baik konflik di dalam indi- vidu maupun konflik antar perorangan, konflik di
dalam kelompok maupun konflik antar kelompok. Pemahaman faktor-faktor tersebut akan lebih
memudahkan tugasnya dalam hal menyelesaikan konflik-konflik yang terjadi dan menyalurkannya ke
arah perkembangan yang positif. Layaknya suatu organisasi, dunia pendidikan juga tidak lepas dari
konflik. Konflik pendidikan dapat terjadi disebabkan adanya pertentangan maupun kesenjangan dari pihak-
pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan, baik itu guru, kepala sekolah maupun lainnya. Oleh karena itu
28 diperlukan strategi manajemen yang tepat agar konflik
dapat ditanggulangi sehingga tepat dalam pengambil- an keputusan sehingga tercipta lingkungan kerja yang
nyaman dan kondusif. Pendekatan dalam pelatihan manajemen konflik
berorientasi pada proses yang mengarahkan pada bentuk komunikasi termasuk tingkah laku dari
pelaku maupun pihak luar dan bagaimana mereka mempengaruhi kepentingan interests dan interpretasi
demi tercapainya penyelesaian suatu persoalan yang terjadi. Bagi pihak luar di luar yang berkonflik se-
bagai pihak ketiga, yang diperlukan adalah informasi yang akurat tentang situasi konflik. Hal ini karena
komunikasi efektif di antara pelaku dapat terjadi jika ada kepercayaan terhadap pihak ketiga.
Dalam pelatihan manajemen konflik langkah- langkah yang diambil individu dalam rangka menga-
rahkan perselisihan ke arah hasil tertentu yang mungkintidak mungkin menghasilkan suatu akhir
berupa penyelesaian konflik dan mungkintidak mungkin menghasilkan ketenangan, hal positif, kreatif
dan bermufakat. Pelatihan manajemen konflik dapat melibatkan bantuan diri sendiri, kerjasama dalam
memecahkan masalah dengan atau tanpa bantuan pihak ketiga atau pengambilan keputusan oleh pihak
ketiga. Tujuan adanya pelatihan manajemen konflik
pendidikan antara lain sebagai berikut: 1 konflik bisa
29 jadi merupakan sumber energi dan kreativitas yang
positif apabila dikelola dengan baik; 2 membantu setiap individu untuk saling memahami tentang perbe-
daan pekerjaan dan tanggung jawab mereka; 3 mem- berikan saluran baru untuk komunikasi; 4 menum-
buhkan semangat baru pada individu; 5 memberikan kesempatan untuk menyalurkan emosi; 6 menghasil-
kan distribusi sumber tenaga yang lebih merata dalam organisasi.
Pelatihan manajemen konflik mencegah terjadi- nya konflik yang mengarah pada kondisi destruktif
yang mana hal ini dapat berdampak pada penurunan efektivitas kerja dalam organisasi baik secara pero-
rangan maupun kelompok. Biasanya tiap kelompok berupaya melakukan aksi berupa penolakan, resis-
tensi terhadap perubahan, apatis, acuh tak acuh, bahkan mungkin muncul luapan emosi destruktif,
berupa demonstrasi. Materi dalam modul pelatihan manajemen
konflik tidak menguraikan topik-topik secara spesifik untuk kasus tertentu tetapi lebih mengarah pada
refleksi pengalaman yang dilengkapi penjelasan teoritis dan praktis yang lebih menonjolkan kebermanfaatan
dan keterpaduan dengan situasi yang dihadapi oleh para pendidik yang telibat dalam penyelesaian konflik.
dalam modul pelatihan manajemen konflik ini terdiri dari empat pokok bahasan yaitu: 1 memahami
konflik, 2 identifikasi dan analisis konflik, 3 meru-
30 muskan program dan strategi mengelola konflik,
4 mengelola konflik.
2.4 Penelitian Relevan