Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak autis adalah seseorang anak yang mengalami gangguan komunikasi, keterampilan sosial, kemampuan bermain, kognitif, dan adaptif. Gangguan ini biasanya muncul pada saat anak sebelum berusia 3 tahun. Anak-anak autis ini belajar tidak seperti anak-anak lainnya namun mereka memerlukan bimbingan khusus untuk mendapatkan pendidikan seperti warga negara Indonesia yang lainnya. Anak-anak autis membutuhkan penanganan individual yang intensif agar mereka dapat belajar berbagai keterampilan dan mendukung perkembangan akademik, komunikasi dan sosial anak. Subjek penelitian ini mengalami gangguan autis dengan karakteristik tertib bila diberikan perintah, hanya dalam penyelesaiannya cukup lambat, kontak mata sering kosong bila melakukan tatapan dengan lawan bicara, kecerdasan mental yang cukup baik, tetapi subjek sering mengoceh-ngoceh sendiri baik diluar kelas maupun didalam kelas. Subjek sering menulis hal yang diucapkan diatas meja dan tdak memperhatikan tugas yang diberikan guru, sehingga membuat tugas yang diberikan guru sering lambat diselesaikannya. Aktivitas pembelajaran didalam kelas menggunakan pendekatan tematik, dengan memberikan dua sampai tiga mata pelajaran dalam satu hari yang disesuaikan oleh kemampuan subjek. Proses pembelajaran di 2 SLB Autisma Dian Amanah pada mulanya peserta didik disiapkan buku tulis dan alat tulis yang lain kemudian guru membimbing subjek untuk berdoa. Setelah itu mata pelajaran matematika untuk kelas VII di SLB Autisma Dian Amanah dilakukan dengan metode pemberian tugas yaitu guru memberikan soal berhitung dari yang sederhana sampai kompleks hingga bilangan pulhan dan ratusan dengan didukung oleh media sempoa atau bagan fakta penjumlahan dan perkalian yang dibuat sendiri oleh guru kelas. Cara belajar tersebut kurang mendorong untuk belajar dan interaktif bagi peserta didik karena terlalu membosankan dan kurang dapat dipahami subjek. Peserta didik diharapkan mampu mengitung langsung dipandu dengan sebuah media pendukung yaitu kartu angka. Peserta didik kelas VII SLB Autisma Dian Amanah sudah setiap hari belajar matematika dengan menggunakan pemberian tugas berupa soal-soal yang hanya diberikan penjelasan diawal tema baru kemudian selanjutnya guru memberikan soal-soal saja tanpa dijelaskan terlebih dahulu dan hanya didukung ole media sempoa juga bagan fakta penjumlahan-perkalian. Akan tetapi, peserta didik kelas VII kurang mendapatkan suasana belajar yang dapat mendorong semangat subjek dalam kemampuan berhitung. Ketika mendapatkan mata pelajaran matematika yaitu semenjak saat Sekolah Dasar, dan dikelas VII SMPLB ini subjek mulai mendalami cara berhitung yang mulai kompleks dengan menghitung kebawah. Oleh karena itu, berhitung kebawah yang semakin kompleks Penjumalahan dan perkalian dua angka masih terasa asing bagi 3 subjek, walaupun sudah berkali-kali diberikan materi dan pemberian tugas yang sama , subjek sering bingung dengan cara menghitung sederhana. Sebagai contoh, peserta didik kebingungan ketika diberi soal penjumlahan dan perkalian kebawah sehingga cara menghitungnya kurang runtut. Nampak sekali bahwa ternyata penjelasan dari guru secara keseluruhan kurang dapat dipahami oleh subjek. Dari hasil observasi yang telah dilakukan peneliti, dapat dilihat bahwa karakteristik subjek penelitian dalam pembelajaran matematika masih sulit memahami pengoperasian penjumlahan dan perkalian bersusun kebawah. Subjek masih belum paham meletakkan angka yang sudah dihitung kedalam letak satuan, puluhan, dan ratusan. Maka dari itu peneliti memberikan media kartu angka sebagai alternatif dalam melakukan operasi hitungan penjumalahan dan perkalian bersusun kebawah. Dari permasalahan yang ada, penting bagi peserta didik memiliki pemahaman berhitung antara lain dengan menggunakan kartu angka supaya tidak terjadi masalah saat menghitung penjumlahan maupun perkalian. Oleh karena itu, perlu digunakan media pembelajaran interaktif dalam permainan kartu angka. Kartu angka yang dihasilkan dibuat dari kertas foto yang telah diprint menjadi potongan angka dari 0 sampai 9. Kartu angka dibuat dengan desain yang menarik. Kartu angka ini memiliki keunggulan tidak mudah robek, cetakan angka jelas sehingga membuat siswa lebih mudah memahami, dan mudah dirapihkan kembali setelah digunakan. 4 Kartu angka yang digunakan dalam bentuk permainan. Permainan dalam hal ini tentunya yang berhubungan dengan cara menghitung dalam mata pelajaran matematika. Pemilihan media pembelajaran dalam bentuk permainan karena dari hasil pengamatan peserta didik kelas VII SLB Autisma Dian Amanah membutuh metode belajar yang menyenangkan dan mudah dipahami subjek. Media kartu angka sudah digunakan pada kelas sebelumnya tetapi kurang efektif dalam penggunaannya digunakan dalam pembelajaran matematika disekolah tersebut, maka penelitian terhadap kemampuan berhitung anak autis kelas VII di SLB Autisma Dian Amanah Yogyakarta tentang pengaruh penggunaan media kartu angka terhadap kemampuan berhitung anak autis dalam materi penjumlahan dan perkalian penting untuk dilakukan.

B. Identifikasi Masalah