` 10
ini sejalan dengan teori belajar sekolah Teory Of School Learning dari Bloom yang mengatakan ada tiga variabel utama dalam teori belajar di sekolah, yakni
Karakteristik individu, kualitas pengajaran dan hasil belajar siswa. Sedangkan Caroll Sabri, 2007:46 berpendapat bahwa hasil belajar siswa
dipengaruhi oleh lima faktor yaitu 1 Bakat mengajar, 2 Waktu yang tersedia untuk belajar, 3 waktu yang diperlukan siswa untuk menjelaskan pelajaran, 4
Kualitas mengajar dan 5 Kemampuan individu. Menurut
Hudoyo 1990
mengemukakan bahwa
faktor yang
mempengaruhi hasil belajar matematika siswa adalah 1.
Faktor siswa siswa yang meliputi : kemampuan, kesiapan, sikap, minat dan intelegensi
2. Faktor sarana prasarana yang meliputi : ruang, alat bantu belajar, buku
teks dan sumber belajar 3.
Faktor pengajar guru yang meliputi pengalaman, kepribadian, kemampuan matematika dan penyampaian pembelajaran
4. Faktor penilaian evaluasi
2.1.2 Model Pembelajaran Van Hiele
2.1.2.1 Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran dimaksudkan sebagai interaksi siswa dengan guru dikelas yang menyangkut strategi, pendekatan, metode dan teknik pembelajaran
yang diterapkan dalam pelaksanan kegiatan belajar mengajar di kelas Suherman, 2003:7. Sehingga model pembelajaran merupakan bungkusan atau bingkai dari
penerapan suatu strategi, pendekatan, metode dan teknik pembelajaran. Jorome Bruner dalam teorinya menyatakan bahwa dalam kegiatan belajar
matematika lebih berhasil jika proses pengajaranya diarahkan kepada konsep- konsep struktur yang terbuat dalam pokok bahasan yang diajarkan, disamping
hubungan yang terkait antara konsep-konsep dan struktur-struktur Suherman, 2003:43
Menurut Karso 2004 matematika mempelajari tentang keteraturan, tentang struktur yang terorganisasi. Konsep-konsep matematika tersusun secara
hirarkis, terstruktur, logis dan sistematis mulai dari konsep yang paling sederhana
` 11
sampai yang paling kompleks. Matematika terdapat konsep persyaratan sebagai dasar untuk memahami topik atau konsep selanjutnya. Dengan demikian
mempelajari matematika konsep sebelumnya harus benar-benar dikuasai agar dapat memahami konsep-konsep selanjutnya. Maka mempelajari matematika
tidak dapat melakukan secara melompat-lompat tetapi harus tahap demi tahap, dimulai dengan pemahaman ide dan konsep yang sedehana sampai kejenjang yang
lebih kompleks.
2.1.2.2 Tahap – Tahap Pemahaman Geometri Teori Van Hiele
Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP 2006, Standar Kompetensi Sekolah Dasar SD yang membahas geometri dan
pengukuran, salah satunya adalah membahas tentang pokok bahasan bangun datar. Bangun datar meliputi segitiga, persegi panjang, persegi, trapesium, belah
ketupat, layang-layang, jajar genjang dan lingkaran. Menurut Van Hiele ada tiga unsur utama pembelajaran geometri yaitu
waktu, materi pemebelajaran dan metode pengajaran yang diterapkan. Bila ketiganya ditata secara terpadu dapat berakibat pada meningkatanya kemampuan
berpikir siswa kepada tahap yang lebih tinggi dari tahap yang sebelumnya. Untuk mendapatkan hasil belajar yang diinginkan, yaitu siswa dapat
memahami geometri dengan penuh pemahaman, pembelajaran harus sesuai dengan tingkat perkembangan siswa atau sesuai taraf berpikirnya. Sesuai dengan
teori perkembangan kognitif Peaget yaitu anak usia SD masih menempati taraf berfikir operasional konkrit.
Penelitian yang dilakukan Van Hiele menyatakan perkembangan kognitif anak dalam memahami geometri. Van Hiele Karso, 2004:1.20-1.22 menyatakan
bahwa terdapat 5 tahap pemahaman geometri yaitu: Tahap pengenalan, analisis, pengurutan, deduksi, dan akurasi.
1. Tahap Pengenalan
Pada tahap ini siswa mengenal konsep geometri secara keseluruhan, tetapi ia belum mampu mengetahui adanya sifat-sifat bangun geometri yang dilihat.
siswa hanya baru mengenal nama-nama bangun-bangun geometri seperti, segitiga, persegi, persegi panjang dan bangun-bangun geometri lainnya. Siswa pada tahap
` 12
berpikir ini belum bisa memahami atau menentukan sifat-sifat geometri dan karakteristik bangun yang ditunjukkan.
2. Tahap Analisis
Pada tahap analisis anak sudah dapat memahami sifat-sifat dari bangun- bangun geometri. Pada tahap ini anak sudah mengenal sifat-sifat bangun geometri,
siswa menyadari dan dapat mencirikan bentuk bangun geometri berdasarkan sifatnya dan sudah tampak adanya analisis terhadap konsep geometri. Misalnya
siswa telah mengenal sifat-sifat persegi panjang bahwa dua sisi yang berhadapan sejajar dan sama panjang. Namun dalam tahap ini siswa belum mampu
mengetahui hubungan yang terkait antara suatu bangun geometri dengan bangun geometri lainnya.
3. Tahap Pengurutan
Pada tahap ketiga ini, siswa sudah mengenal dan memahami sifat-sifat suatu bangun geometri serta sudah dapat mengurutkan bangun-bangun geometri yang
satu dengan yang lainnya saling berhubungan. Misalnya mengenal bahwa bujursangkar itu adalah jajar genjang, bahwa jajar genjang adalah trapesium,
bahwa kubus adalah balok.
4. Tahap Deduksi
Pada tahap ini, siswa telah mampu menarik kesimpulan secara deduktif, yaitu menarik kesimpulan yang bersifat umum dan menuju ke hal-hal yang lebih
khusus.Siswa sudah mulai memahami perlunya mengambil kesimpulan secara deduktif. Pada tahap ini siswa sudah memahami pentingnya unsur-unsur yang
tidak didefinisikan, aksioma atau postulat, dalil atau teorema, tetapi ia belum bisa mengerti mengapa sesuatu itu dijadikan postulat atau dijadikan dalil.
5. Tahap akurasi
Pada tahap kelima ini siswa sudah mulai menyadari pentingnya ketepatan prinsip-prinsip dasr yang melandasi suatu pembuktian. Misalnya ia mengetahui
pentingnya aksionomi-aksionomi atau postulat-postulat dari geometri. Tahap berpikir ini merupakan tahap berpikir yang paling tinggi, rumit dan kompleks
karena itu tahap akurasi rigor ini jangkauannya usia anak-anak SD sampai tingkat SMP.
` 13
Tahap V
Menurut Van Hiele, semua anak mempelajari gometri melalui tahap-tahap tersebut, dengan urutan yang sama dan tidak dimungkinkan adanya tahap
diloncati. Akan tetapi, kapan seseorang siswa mulai memasuki sesuatu tahap baru tidak selalu sama antara siswa yang satu dengan siswa yang lain.
Hubungan antara kelima tahap kemampuan berpikir siswa dalam geometri menurut Van Hiele dapat penulis gambarkan dengan diagram Venn sebagai
berikut :
Gambar 2.1 Hubungan antara Tahap-tahap berfikir Van Hiele
Penjelasan dari gambar 2.1 adalah jika kemampuan berpikir siswa berada pada Tahap V Tahap Akurasi, tahap tertinggi kemampuan berpikir Van Hiele,
maka termasuk di dalamnya penguasai Tahap IV Tahap Deduksi, III Tahap Pengurutan, II Tahap Analisis dan I tahap Pengenalan, jika kemampuan
berpikir siswa berada pada Tahap IV Tahap Deduksi, maka termasuk di dalamnya menguasai Tahap III Tahap Analisis dan I Tahap Pengenalan. Jika
kemampuan berfikir siswa berada Tahap II Tahap Analisis, maka termasuk di dalamnya menguasai Tahap I Tahap Pengenalan
2.1.2.3 Fase-Fase Model Pembelajaran Van Hiele
Model pembelajaran Van Hiele merupakan model yang didasarkan pada teori belajar Van Hiele dalam mata pelajaran matematika, khususnya geometri.
Van Hiele adalah seorang pengajar matematika Belanda. Menurut pandangan Van Hiele, pembelajaran geometri hanya akan efektif apabila sesuai dengan
struktur kemampuan berpikir siswa. Untuk memperoleh hasil belajar yang diharapkan, Van Hiele menawarkan model pembelajaran yang terdiri dari lima
Tahap IV Tahap III
Tahap II Tahap I
` 14
fase pembelajaran , yang sekaligus sebagai tujuan pembelajaran Crowley, 1987 dalam sebagai berikut.
Fase-fase model pembelajaran Van Hiele tersebut adalah: fase informasi, fase orientasi, fase penjelasan, fase orientasi bebas dan fase integrasi.
a. Fase 1. Informasi: Pada awal tingkat ini, guru dan siswa menggunakan
tanya-jawab dan kegiatan tentang objek-objek yang dipelajari pada tahap
berpikir siswa.
b. Fase 2. Orientasi: Siswa menggali topik yang dipelajari melalui alat-alat
yang dengan cermat telah disiapkan guru. Siswa mengeksplorasi objek istruksi sebagai tugas terstruktur seperti melipat, mengukur atau
membangun. c.
Fase 3. Penjelasan: Berdasarkan pengalaman sebelumnya, siswa
menyatakan pandangan yang muncul mengenai struktur yang diobservasi. d.
Fase 4. Orientasi Bebas: Siswa menghadapi tugas-tugas yang lebih kompleks berupa tugas yang memerlukan banyak langkah, tugas yang
dilengkapi dengan banyak cara. e.
Fase 5. Integrasi: Siswa meninjau kembali dan meringkas apa yang telah dipelajari. Guru dapat membantu siswa dalam membuat sintesis.
Didalam fase-fase model Van Hiele terkandung proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Proses eksplorasi terjadi pada fase informasi dan fase
orientasi. Proses elabolasi terjadi pada fase integrasi. Ini berarti fase-fase dalam model pembelajaran Van Hiele tidak bertentangan dengan pedoman pelaksanaan
pembelajaran berdasarkan Peraturan Mentari Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 yang menyatakan bahwa dalam kegiatan inti pembelajaran harus
terjadi proses eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi.
2.1.2.4 Implikasi Model Van Hiele Dalam Pembelajaran Geometri