Tahap Pengenalan Tahap Analisis Tahap Pengurutan Tahap Deduksi Tahap akurasi

` 11 sampai yang paling kompleks. Matematika terdapat konsep persyaratan sebagai dasar untuk memahami topik atau konsep selanjutnya. Dengan demikian mempelajari matematika konsep sebelumnya harus benar-benar dikuasai agar dapat memahami konsep-konsep selanjutnya. Maka mempelajari matematika tidak dapat melakukan secara melompat-lompat tetapi harus tahap demi tahap, dimulai dengan pemahaman ide dan konsep yang sedehana sampai kejenjang yang lebih kompleks.

2.1.2.2 Tahap – Tahap Pemahaman Geometri Teori Van Hiele

Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP 2006, Standar Kompetensi Sekolah Dasar SD yang membahas geometri dan pengukuran, salah satunya adalah membahas tentang pokok bahasan bangun datar. Bangun datar meliputi segitiga, persegi panjang, persegi, trapesium, belah ketupat, layang-layang, jajar genjang dan lingkaran. Menurut Van Hiele ada tiga unsur utama pembelajaran geometri yaitu waktu, materi pemebelajaran dan metode pengajaran yang diterapkan. Bila ketiganya ditata secara terpadu dapat berakibat pada meningkatanya kemampuan berpikir siswa kepada tahap yang lebih tinggi dari tahap yang sebelumnya. Untuk mendapatkan hasil belajar yang diinginkan, yaitu siswa dapat memahami geometri dengan penuh pemahaman, pembelajaran harus sesuai dengan tingkat perkembangan siswa atau sesuai taraf berpikirnya. Sesuai dengan teori perkembangan kognitif Peaget yaitu anak usia SD masih menempati taraf berfikir operasional konkrit. Penelitian yang dilakukan Van Hiele menyatakan perkembangan kognitif anak dalam memahami geometri. Van Hiele Karso, 2004:1.20-1.22 menyatakan bahwa terdapat 5 tahap pemahaman geometri yaitu: Tahap pengenalan, analisis, pengurutan, deduksi, dan akurasi.

1. Tahap Pengenalan

Pada tahap ini siswa mengenal konsep geometri secara keseluruhan, tetapi ia belum mampu mengetahui adanya sifat-sifat bangun geometri yang dilihat. siswa hanya baru mengenal nama-nama bangun-bangun geometri seperti, segitiga, persegi, persegi panjang dan bangun-bangun geometri lainnya. Siswa pada tahap ` 12 berpikir ini belum bisa memahami atau menentukan sifat-sifat geometri dan karakteristik bangun yang ditunjukkan.

2. Tahap Analisis

Pada tahap analisis anak sudah dapat memahami sifat-sifat dari bangun- bangun geometri. Pada tahap ini anak sudah mengenal sifat-sifat bangun geometri, siswa menyadari dan dapat mencirikan bentuk bangun geometri berdasarkan sifatnya dan sudah tampak adanya analisis terhadap konsep geometri. Misalnya siswa telah mengenal sifat-sifat persegi panjang bahwa dua sisi yang berhadapan sejajar dan sama panjang. Namun dalam tahap ini siswa belum mampu mengetahui hubungan yang terkait antara suatu bangun geometri dengan bangun geometri lainnya.

3. Tahap Pengurutan

Pada tahap ketiga ini, siswa sudah mengenal dan memahami sifat-sifat suatu bangun geometri serta sudah dapat mengurutkan bangun-bangun geometri yang satu dengan yang lainnya saling berhubungan. Misalnya mengenal bahwa bujursangkar itu adalah jajar genjang, bahwa jajar genjang adalah trapesium, bahwa kubus adalah balok.

4. Tahap Deduksi

Pada tahap ini, siswa telah mampu menarik kesimpulan secara deduktif, yaitu menarik kesimpulan yang bersifat umum dan menuju ke hal-hal yang lebih khusus.Siswa sudah mulai memahami perlunya mengambil kesimpulan secara deduktif. Pada tahap ini siswa sudah memahami pentingnya unsur-unsur yang tidak didefinisikan, aksioma atau postulat, dalil atau teorema, tetapi ia belum bisa mengerti mengapa sesuatu itu dijadikan postulat atau dijadikan dalil.

5. Tahap akurasi

Pada tahap kelima ini siswa sudah mulai menyadari pentingnya ketepatan prinsip-prinsip dasr yang melandasi suatu pembuktian. Misalnya ia mengetahui pentingnya aksionomi-aksionomi atau postulat-postulat dari geometri. Tahap berpikir ini merupakan tahap berpikir yang paling tinggi, rumit dan kompleks karena itu tahap akurasi rigor ini jangkauannya usia anak-anak SD sampai tingkat SMP. ` 13 Tahap V Menurut Van Hiele, semua anak mempelajari gometri melalui tahap-tahap tersebut, dengan urutan yang sama dan tidak dimungkinkan adanya tahap diloncati. Akan tetapi, kapan seseorang siswa mulai memasuki sesuatu tahap baru tidak selalu sama antara siswa yang satu dengan siswa yang lain. Hubungan antara kelima tahap kemampuan berpikir siswa dalam geometri menurut Van Hiele dapat penulis gambarkan dengan diagram Venn sebagai berikut : Gambar 2.1 Hubungan antara Tahap-tahap berfikir Van Hiele Penjelasan dari gambar 2.1 adalah jika kemampuan berpikir siswa berada pada Tahap V Tahap Akurasi, tahap tertinggi kemampuan berpikir Van Hiele, maka termasuk di dalamnya penguasai Tahap IV Tahap Deduksi, III Tahap Pengurutan, II Tahap Analisis dan I tahap Pengenalan, jika kemampuan berpikir siswa berada pada Tahap IV Tahap Deduksi, maka termasuk di dalamnya menguasai Tahap III Tahap Analisis dan I Tahap Pengenalan. Jika kemampuan berfikir siswa berada Tahap II Tahap Analisis, maka termasuk di dalamnya menguasai Tahap I Tahap Pengenalan

2.1.2.3 Fase-Fase Model Pembelajaran Van Hiele

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Teori Van Hiele dengan Bruner Terhadap Hasil Belajar Matematika dengan Pokok Bahasan Geometri siswa Kelas V SD. T1 292008263 BAB II

0 0 30

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Teori Van Hiele dengan Bruner Terhadap Hasil Belajar Matematika dengan Pokok Bahasan Geometri siswa Kelas V SD. T1 292008263 BAB V

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V Menggunakan Model Pembelajaran Van Hiele dan Model Pembelajaran Mekanistik.

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V Menggunakan Model Pembelajaran Van Hiele dan Model Pembelajaran Mekanistik. T1 292008181 BAB I

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V Menggunakan Model Pembelajaran Van Hiele dan Model Pembelajaran Mekanistik. T1 292008181 BAB IV

0 0 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V Menggunakan Model Pembelajaran Van Hiele dan Model Pembelajaran Mekanistik. T1 292008181 BAB V

0 0 1

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V Menggunakan Model Pembelajaran Van Hiele dan Model Pembelajaran Mekanistik.

0 0 87

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas III Antara yang Menggunakan Model Pembelajaran SAVI dan Model Pembelajaran Konvensional. T1 292008198 BAB I

0 0 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas III Antara yang Menggunakan Model Pembelajaran SAVI dan Model Pembelajaran Konvensional. T1 292008198 BAB II

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas III Antara yang Menggunakan Model Pembelajaran SAVI dan Model Pembelajaran Konvensional. T1 292008198 BAB V

0 0 2