Faktor-Faktor Produksi Pengolahan Gambir

Fungsi produksi menetapkan bahwa suatu perusahaan tidak bisa mencapai suatu output yang lebih tinggi tanpa menggunakan input yang lebih banyak, dan suatu perusahaan tidak bisa menggunakan lebih sedikit input tanpa mengurangi tingkat outputnya. Dalam pembahasan teori ekonomi produksi, maka telaahan yang banyak diminati dan dianggap penting adalah telaahan fungsi produksi ini. Dengan fungsi produksi, maka peneliti dapat mengetahui hubungan antara faktor produksi input dan produksi output secara langsung dan hubungan tersebut dapat lebih mudah dimengerti. Dengan fungsi produksi, maka peneliti dapat mengetahui hubungan antara variabel yang dijelaskan dependent variable, Y, dan variabel yang menjelaskan independent variable, X, serta sekaligus mengetahui hubungan antar variabel penjelas. Secara matematis, hubungan ini dapat dijelaskan sebagai berikut: Y = f X1, X2 Dengan fungsi produksi seperti tersebut diatas, maka hubungan Y dan X dapat diketahui dan sekaligus hubungan X1 dan X2 dan variabel bebas lainnya juga dapat diketahui.

2.2.3. Faktor-Faktor Produksi

Dalam usaha pertanian, produksi diperoleh melalui suatu proses yang cukup panjang dan penuh resiko. Panjangnya waktu yang dibutuhkan tidak sama tergantung pada jenis komoditas yang diusahakan. Tidak hanya waktu, kecukupan faktor produksi juga turut serta sebagai penentu pencapaian prroduksi. Masing masing faktor produksi mempunyai fungsi yang berbeda dan saling terkait satu Universitas Sumatera Utara sama lain. Jika salah satu faktor tidak tersedia maka proses produksi tidak akan berjalan.

2.2.4. Pengolahan Gambir

Pengolahan gambir secara tradisional yang umumnya dilakukan petani melalui enam tahap, yaitu perebusan daun dan ranting, “pengempaan”, pengendapan getah, penirisan, pencetakan dan pengeringan. Pengolahan ini akan menghasilkan produk yang terdiri atas 2 jenis yaitu gambir untuk makan sirih dan bahan baku industri. Perbedaan pengolahan kedua jenis adalah pada cara perebusan. Produk makan sirih perebusannya hanya menggunakan air biasa, sedangkan untuk bahan baku industri menggunakan air yang dicampur dengan air limbah dari penirisan getah gambir selama proses penirisan getah berlangsung serta ditambah zat kimia tertentu sebagai suplemen. Oleh karena itu, produk gambir untuk makan sirih kadar katechinnya lebih tinggi 71, lebih rapuh, berwarna lebih cerah dan rasanya lebih enak disbanding untuk gambir industri Suherdi dkk, 1994. Mengenai air limbah penirisan, menurut Heyne 1987 banyak mengandung asam lemak yang berguna dalam pencelupan tekstil dan penyamakan kulit. Pengempaan adalah pengolahan gambir yang menggunakan alat tradisionil yang terbuat dari kayu dan merupakan tahap yang sangat menetukan dalam pengolahan gambir, karena menentukan kualitas dan kuantitas getah yang keluar dari daun dan ranting, di samping oleh jenis alat yang digunakan dan kemampuan tenaga manusia dalam pengempaan. Terdapat dua jenis alat kempa, yaitu alat kempa kayu dan alat kempa dongkrak. Kempa kayu merupakan alat pengolahan Universitas Sumatera Utara peninggalan nenek moyang yang dalam operasionalnya cukup menguras tenaga manusia, sedangkan pengolahan dengan kempa dongkrak sudah lebih ringan, walaupun tingkat keamanan dan kebersihannya masih kurang terjaga Hasan dkk, 2000. Saat ini telah berkembang 4 jenis alat yang menggunakan teknologi, yaitu alat kempa sistem dongkrak, sistem ulir, sistem dongkrak hidrolik dan sistem pabrik. Kelebihan alat-alat ini lebih efesien dibandingkan alat tradisional karena tidak menggunakan tenaga kerja manusia, di samping kualitas dan kapasitasnya lebih tinggi, penangannya lebih mudah dan mampu memberikan daya tekanan yang lebih tinggi. Oleh karena itu, penggunaan alat yang mengandung teknologi ini perlu lebih disosialisasikan di dalam masyarakat agar lebih cepat berkembang Dhalimi, 2006.

2.3. Kerangka Pemikiran