Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Produksi Nilam di Kabupaten Pakpak Bharat

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PRODUKSI NILAM DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

Skripsi Diajukan Oleh: MIRAWATI BERUTU

070501002

Ekonomi Pembangunan

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Medan 2010


(2)

ABSTRACT

This research is entitled “ Determinate Analyze of Patchouli Production in Kabupaten Pakpak Bharat ”. The objective is to find out how the progress of productivity of patchouli in Kabupaten Pakpak Bharat and the effect of for long planting of patchouli, wade productive of farm, the fertilizer usage, the labor usage, bisulfate expenditure and distance between to patchouli plantation variables. The data of this research are primer data, which are gained from the farmer society of patchouli in Kabupaten Pakpak Bharat by doing observation and interview by using questions list.

In analyzing the effect of independent variables towards dependent variables is used econometric model by regressing all variables by using Ordinary Least Square Method. The regression result shows that the variable for long planting of patchouli has positive effect and is statistically significant toward the patchouli production, variable wade productive of farm has positive effect and is statistically significant toward the patchouli production, variable the fertilizer usage has positive effect but no significant by statistically toward the patchouli production, labor has positive effect and is statistically significant toward the patchouli production, bisulfate expenditure has positive effect and is statistically significant toward the patchouli production, and distance between to patchouli plantation has negative effect but no significant by statistically toward the patchouli production in Pakpak Bharat.

Keywords: For Long Planting of Patchouli, Wade Productive of Farm, Fertilizer, Labor, Bisulfate Expenditure and Distance Between to Patchouli Plantation, The Patchouli Production.


(3)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “ Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Produksi Nilam di Kabupaten Pakpak Bharat ”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana tingkat produksi nilam di Kabupaten Pakpak Bharat dan untuk mengetahui bagaimana pengaruh lama bertanam nilam, luas lahan produktif, penggunaan pupuk, penggunaan tenaga kerja, biaya penyulingan dan jarak antara permukiman dengan perkebunan nilam di Kabupaten Pakpak Bharat. Data yang digunakan adalah data primer yaitu data yang diperoleh dari masyarakat petani yang memiliki usaha perkebunan nilam di Kabupaten Pakpak Bharat melalui observasi dan wawancara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner).

Dalam menganalisis besarnya pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan model ekonometrika dengan meregresikan variabel-variabel yang ada dengan menggunakan metode kuadrat terkecil ( Ordinary least square ). Dari hasil regresi, variabel lama bertanam nilam berpengaruh positif dan signifikan secara statistic terhadap tingkat produksi nilam, variabel luas lahan produktif berpengaruh positif dan signifikan secara statistic terhadap tingkat produksi nilam, variabel penggunaan pupuk berpengaruh positif namun tidak signifikan secara statistic terhadap tingkat produksi nilam, variabel tenaga kerja berpengaruh positif namun tidak signifikan secara statistic terhadap tingkat produksi nilam, variabel biaya penyulingan berpengaruh positif dan signifikan secara statistic terhadap tingkat produksi nilam, dan variabel jarak antara permukiman dengan perkebunan berpengaruh negative dan tidak signifikan secara statistic terhadap tingkat produksi nilam.

Kata Kunci: Lama bertanam nilam, Luas lahan produktif, Pupuk, Tenaga kerja, Biaya penyulingan, Jarak antara permukiman dengan perkebunan nilam, Jumlah produksi Nilam.


(4)

KATA PENGANTAR

Segala Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan kasihnya yang begitu besar kepada penulis, atas hidup maupun kesempatan untuk kuliah bahkan menyelesaikan skripsi yang berjudul: “ Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Produksi Nilam di Kabupaten Pakpak Bharat ”.

Isi dari materi skripsi ini didasarkan pada penelitian langsung dengan menggunakan data primer, kepustakaan,data sekunder yang terkait dengan hal-hal yang diteliti. Besar harapan penulis, skripsi ini dapat menambah tulisan yang sejenis tentang pertanian yang menjadi tumpuan ekonomi khususnya di Sumatera Utara.

Dalam berbagai bentuk, penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna, hal ini tidak terlepas dari kurangnya pengalaman dan terbatasnya ilmu pengetahuan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna mencapai kesempurnaan skripsi ini pada masa mendatang.

Pada kesempatan ini Penulis juga ingin mengucapkan trima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, memberikan dukungan, memberikan bimbingan, saran dan menjadi inspirasi selama masa perkuliahan maupun dalam penyusunan skripsi ini, yakni

1. Kedua orang tuaku yang sangat saya sayangi Holong Berutu dan Bejo Br Tumangger, atas segala doa, dukungan yang diberikan bail moril maupun materil, dan juga telah menjadi inspirasi bagi penulis.

2. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, MEc, sebagai Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(5)

3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, MEc, sebagai Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. 4. Bapak Irsad Lubis, Ph.D, sebagai sekertaris Departemen Ekonomi

Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Drs. Rahmad S Hasibuan C.A.E, MSi sebagai Dosen Wali yang telah memberikan banyak waktu dan arahan bagi penulis selama menjadi mahasiswa di Fakultas Ekonomi Departemen Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.

6. Bapak Prof. Dr. Sya’ad afifuddin,MEc, sebagai dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan masukan, saran dan bimbingan mulai dari awal penulisan hingga selesainya skripsi ini.

7. Bapak Drs. Rujiman, MA, sebagai Dosen Penguji I yang telah memberikan saran – saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 8. Bapak Drs.H.B. Tarmizi, SU, sebagai Dosen Penguji II yang telah

memberikan saran-saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini 9. Seluruh staf pengajar dan staf administrasi Fakultas Ekonomi Universitas

Sumatera Utara khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara, K.Leny, B.Sugi dan B.Hery ,terima kasih atas bantuan yang telah diberikan kepada penulis mulai dari kuliah sampai selesainya penulisan skripsi ini.

10. Seluruh petani nilam di Kabupaten Pakpak Bharat selaku responden dalam penelitian ini yang telah banyak memberikan informasi-informasi penting bagi penulis dalam melakukan penelitian skripsi ini. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.


(6)

11. Terima kasih Kepada Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Pakpak Bharat yang telah membantu penulis dalam memberikan data-data yang penulis perlukan dalam penulisan skripsi ini.

12. Seluruh keluarga besar yang telah memberikan dukungan kepada penulis: Ringgas Berutu. Jama Berutu/Reniati, Naili Berutu/Juliansen Limbong, Alponco Berutu, Appen Berutu/Rohmalum Tindaon, Edyis Berutu, Ranning Berutu, Sukadi Berutu dan Sofia Reniati Berutu Terima kasih atas nasehat dan semangat yang telah diberikan kepada penulis, mulai dari kuliah sampai selesai.

13. Kepada teman - teman sekaligus saudara dikelompok kecil Imanuel (B’Daniel Hutabarat, Era Maranatha Sinaga) atas segala dukungan doa dan bantuannya.

14. Kepada seluruh senior di Ekonomi Pembangunan khususnya stambuk 2006 dan 2006 ada K’Mediawati Solin, K’Sidah Angkat, K’Lisna Bancin, B’Laju Maradu Sianturi, B’Daniel Hutabarat atas kerjasama dan dukungan yang diberikan.

15. Buat Mardin Banurea terima kasih atas dukungan dan motivasi serta nasehat yang diberikan, yang sangat berharga bagi penulis.

16. Kepada seluruh pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini.

Medan, Januari 2011 Penulis


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ...iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Hipotesis ... 7

1.4 Tujuan Penelitian ... 7

1.5 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi Ilmu Ekonomi Pertanian ... 9

2.2 Pembagian Bidang-bidang Pertanian ... 9

2.3 Kebijakan Pembangunan Pertanian ... 10

2.3.1 Pengertian Pembangunan ... 10

2.3.2 Hubungan Antara Pembangunan Pertanian dan Pembangunan Ekonomi ... 11

2.4 Pengertian Produksi ... 12

2.5. Fungsi Produksi ... 12

2.5.1 Fungsi Produksi Cobb Douglas ... 13

2.5.2 Faktor-faktor Produksi ... 16

2.5.3 Teori Produksi ... 19

2.6. Hasil Produksi dan Biaya Produksi ... 24

2.6.1. Efisiensi Usaha Tani ... 24

2.6.2. Biaya Produksi ... 25

2.7. Tinjauan Umum Mengenai Komoditi Tanaman Nilam ... 26

2.7.1. Morfologi Tanaman Nilam ... 26

2.7.2. Syarat Tumbuh Tanaman Nilam ... 26


(8)

2.7.4 Proses Produksi Komoditi Nilam ... 35

2.7.5 Manfaat Minyak Nilam ... 40

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian dan Daerah Penelitian ... 45

3.2 Jenis Data dan Sumber Data ... 45

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 46

3.4 Populasi dan Sampel ... 47

3.4.1 Populasi ... 47

3.4.2 Sampel ... 47

3.5 Teknik Analisis Data ... 48

3.5.1 Pengolahan Data ... 48

3.5.2 Model Analisis Data ... 48

3.6 Test Goodness of Fit (Uji Kesesuaian) ... 50

3.6.1 Koefisien Determinasi (R-Squared) ... 50

3.6.2 Uji t-statistik (Uji Parsial) ... 50

3.6.3 Uji f-statistik (Uji Serentak) ... 52

3.7 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik. ... 53

3.7.1 Multikolinearitas (Multikolinearity) ... 53

3.7.2 Heteroskedastisitas ... 54

3.7.3. Uji Normalitas ... 54

3.8 Defenisi Operasional Variabel ... 54

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Pakpak Bharat ... 56

4.1.1 Iklim ... 59

4.1.2 Demografis ... 60

4.1.3 Keadaan Sosial dan Budaya ... 61

4.1.4 Potensi Wilayah ... 61

4.1.5 Perkembangan Tanaman Nilam di Kabupaten Pakpak Bharat ... 62

4.2 Karakteristik Responden ... 63

4.2.1 Tingkat Umur Responden... 63


(9)

4.2.3 Jumlah Tanggungan Responden ... 65

4.2.4 Lama Bertanam Nilam ... 66

4.2.5 Luas Lahan Responden ... 67

4.2.6 Penggunaan Pupuk ... 68

4.2.7 Penggunaan Tenaga Kerja ... 69

4.2.8 Biaya Penyulingan ... 70

4.2.9 Jarak Permukiman dengan Perkebunan Nilam ... 71

4.2.10 Tingkat Produksi Nilam ... 72

4.2.11 Kendala-kendala yang Dihadapi Petani Nilam ... 73

4.3 Analisis Data ... 74

4.3.1 Interpretasi Model ... 75

4.3.2 Test of Goodness of Fit ... 77

4.3.3 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 83

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 88

5.2 Saran ... 89 DAFTAR PUSTAKA


(10)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

Tabel 1.3 Luas serta Produksi Komoditi Nilam di Kabupaten Pakpak

Bharat ... 5

Tabel 2.2. Manfaat Minyak nilam ... 41

Tabel 4.1 Kecamatan, Desa, Jumlah Penduduk dan Luas Setiap Kecamatan Kabupaten Pakpak Bharat... 58

Tabel 4.2 Umur Responden ... 64

Tabel 4.3 Tingkat Pendidikan Responden ... 65

Tabel 4.4 Jumlah Tanggungan Responden ... 66

Tabel 4.5 Lama Bertanam Nilam ... 67

Tabel 4.6 Luas Lahan Responden ... 68

Tabel 4.7 Jumlah Penggunaan Pupuk Responden ... 69

Tabel 4.8 Jumlah Tenaga Kerja ... 70

Tabel 4.9 Biaya Penyulingan ... 71

Tabel 4.10 Jarak Permukiman dengan Perkubunan nilam ... 72

Tabel 4.11 Jumlah Produksi Nilam Responden... 73

Tabel 4.12 Hasil Regresi Jumlah Produksi Nilam ... 75


(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman Gambar. 2.1 Hubungan Tenaga Kerja dengan Jumlah Produksi ... 21 Gambar 3.1 Kurva Uji t Statistik ... 52 Gambar 3.1 Kurva Uji F Statistik ... 53


(12)

ABSTRACT

This research is entitled “ Determinate Analyze of Patchouli Production in Kabupaten Pakpak Bharat ”. The objective is to find out how the progress of productivity of patchouli in Kabupaten Pakpak Bharat and the effect of for long planting of patchouli, wade productive of farm, the fertilizer usage, the labor usage, bisulfate expenditure and distance between to patchouli plantation variables. The data of this research are primer data, which are gained from the farmer society of patchouli in Kabupaten Pakpak Bharat by doing observation and interview by using questions list.

In analyzing the effect of independent variables towards dependent variables is used econometric model by regressing all variables by using Ordinary Least Square Method. The regression result shows that the variable for long planting of patchouli has positive effect and is statistically significant toward the patchouli production, variable wade productive of farm has positive effect and is statistically significant toward the patchouli production, variable the fertilizer usage has positive effect but no significant by statistically toward the patchouli production, labor has positive effect and is statistically significant toward the patchouli production, bisulfate expenditure has positive effect and is statistically significant toward the patchouli production, and distance between to patchouli plantation has negative effect but no significant by statistically toward the patchouli production in Pakpak Bharat.

Keywords: For Long Planting of Patchouli, Wade Productive of Farm, Fertilizer, Labor, Bisulfate Expenditure and Distance Between to Patchouli Plantation, The Patchouli Production.


(13)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “ Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Produksi Nilam di Kabupaten Pakpak Bharat ”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana tingkat produksi nilam di Kabupaten Pakpak Bharat dan untuk mengetahui bagaimana pengaruh lama bertanam nilam, luas lahan produktif, penggunaan pupuk, penggunaan tenaga kerja, biaya penyulingan dan jarak antara permukiman dengan perkebunan nilam di Kabupaten Pakpak Bharat. Data yang digunakan adalah data primer yaitu data yang diperoleh dari masyarakat petani yang memiliki usaha perkebunan nilam di Kabupaten Pakpak Bharat melalui observasi dan wawancara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner).

Dalam menganalisis besarnya pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan model ekonometrika dengan meregresikan variabel-variabel yang ada dengan menggunakan metode kuadrat terkecil ( Ordinary least square ). Dari hasil regresi, variabel lama bertanam nilam berpengaruh positif dan signifikan secara statistic terhadap tingkat produksi nilam, variabel luas lahan produktif berpengaruh positif dan signifikan secara statistic terhadap tingkat produksi nilam, variabel penggunaan pupuk berpengaruh positif namun tidak signifikan secara statistic terhadap tingkat produksi nilam, variabel tenaga kerja berpengaruh positif namun tidak signifikan secara statistic terhadap tingkat produksi nilam, variabel biaya penyulingan berpengaruh positif dan signifikan secara statistic terhadap tingkat produksi nilam, dan variabel jarak antara permukiman dengan perkebunan berpengaruh negative dan tidak signifikan secara statistic terhadap tingkat produksi nilam.

Kata Kunci: Lama bertanam nilam, Luas lahan produktif, Pupuk, Tenaga kerja, Biaya penyulingan, Jarak antara permukiman dengan perkebunan nilam, Jumlah produksi Nilam.


(14)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pertanian merupakan sektor terbesar di setiap ekonomi negara yang berkembang. Sektor ini menopang sebagian besar perekonomian penduduknya melalui penyediaan pangan dan juga memberikan lapangan pekerjaan. Hal ini disebabkan negara kita merupakan negara agraris sehingga peran sektor pertanian masih merupakan sektor yang memberikan kontribusi yang cukup besar bagi pembentukan PDB ( kedua setelah sektor industri ), yaitu sebesar Rp.547.223.60 Milyar atau 13.83% dari total PDB (BPS: 2007).

Hingga saat ini, sektor pertanian masih memegang peranaan penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya jumlah penduduk dan tenaga kerja yang diserap oleh sektor pertanian, mencapai 42,3 juta orang atau sekitar 44,5% dari total tenaga kerja nasional. Berhasil tidaknya pembangunan pertanian akan meningkatkan kesejahteraan hidup petani dan masyarakat perdesaan yang berarti pula meningkatkan taraf hidup sebagai golongan masyarakat Indonesia.

Segala potensi yang ada harus dimanfaatkan semaksimal mungkin. Agar potensi tersebut memberikan kontribusi yang nyata, maka sektor pertanian perlu dibangun dan dikembangkan secara berkesinambungan. Pembangunan adalah penciptaan sistem dan tata nilai yang lebih baik, sehingga terjadi keadilan dan tingkat kesejahteraan yang tinggi. Pembangunan pertanian harus mengantisipasi tantangan demokratisasi dan globalisasi untuk dapat menciptakan sistem yang adil. Selain itu, harus diarahkan untuk mewujudkan masyarakat sejahtera,


(15)

khususnya petani. Melalui pembangunan sistem pertanian dan usaha pertanian yang mapan. Sistem tersebut harus berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan dan desentralisasi pembangunan pertanian mutlak diperlukan mengingat pertanian merupakan salah satu motor penggerak pertumbuhan ekonomi.

Jika dilihat dari kondisi perekonomian Propinsi Sumatera utara, sektor pertanian mempunyai pranan yang strategis dalam menunjang pembangunan ekonomi. Selain itu Sumatera utara menunjukan kondisi yang tidak jauh berbeda, sebagian besar Kabupaten-kabupaten di Sumatera utara juga masih mengandalkan sektor pertanian. Hal ini dapat dilihat dari peranan sektor pertanian yang memberikan kontribusi cukup besar bagi PDRB Sumatera utara, yaitu 22,84% pada tahun 2008, mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya sebesar 22,56% (BPS:2008).

Kabupaten Pakpak Bharat merupakan salah satu dari beberapa wilayah Sumatera utara yang masih mengandalkan sektor pertanian, terutama pertanian pangan dan perkebunan rakyat seperti perkebunan rakyat seperti Nilam, Kopi, Karet dan Coklat. Kabupaten Pakpak Bharat memiliki luas 1.218.30 km2 yang terdiri dari 8 kecamatan, yakni Kecamatan Salak, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kecamatan Pagindar, Kecamatan Sitellu Tali Urang Julu, Kecamatan Pergetteng Sengkut, Kecamatan Siempat Rube, Kecamatan Kerajaan dan Kecamatan Tinada. Berdasarkan keadaan alam dan topografi Kabupaten Pakpak Bharat, sektor pertanian merupakan potensi yang terbesar mendukung perekonomian masyarakat. Dari seluruh jumlah rumah tangga pertanian di Kabupaten Pakpak Bharat 80% adalah merupakan petani pengguna lahan dengan


(16)

produksi jenis tanaman padi dan palawija, tanaman perkebunan rakyat dan hortikultura. ( BPS: Kabupaten Pakpak Bharat Daalam Angka: 2008 ).

Nilam (Pogestemon cablin Benth) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang penting, baik sebagai sumber devisa negara maupun sebagai sumber pendapatan petani. Ekspor minyak nilam meningkat pada tahun 1993 dimana volume ekspor mencapai 2.835 ton dan pemasukan devisa masing-masing sebesar US$ 20.691.000. Dalam 10 tahun terakhir laju peningkatan ekspor mencapai 6 % pertahun. Sedangkan Pada tahun 2004, volume ekspor minyak nilam mencapai 2.074 ton dengan nilai sebesar US$ 27.137.000. Indonesia merupakan produsen minyak nilam terbesar di dunia dengan kontribusi sekitar 90 %. Minyak nilam memiliki potensi strategis di pasar dunia sebagai bahan pengikat aroma wangi pada parfum dan kosmetika (Ditjen Perkebunan, 2006). Prospek ekspor minyak nilam cukup besar sejalan dengan semakin tingginya permintaan terhadap parfum dan kosmetika, trend mode dan belum berkembangnya materi subsitusi minyak nilam di dalam industri parfum maupun kosmetika.

Nilam berasal dari daerah tropis Asia Tenggara terutama Indonesia dan Philipina, serta India, Amerika selatan dan China. Di Indonesia, sentra produksi nilam di propinsi Nanggroe Aceh Darusalam dan Sumatera Utara. Sebagai penghasil minyak nilam terbesar, Propinsi Nanggroe Aceh Darusalam memberikan kontribusi 70 % terhadap produksi nasional.

Minyak nilam merupakan salah satu jenis minyak atsiri yang digunakan dalam industri parfum, sabun dan kosmetika disamping itu juga dapat digunakan sebagai bahan pembuatan pestisida nabati. Sedangkan limbah sisa dari hasil penyulingan yang jumlahnya berkisar 40-50 % dari bahan baku dapat


(17)

dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan dupa, obat nyamuk bakar, dan pupuk tanaman atau mulsa. Selanjutnya air sisa hasil penyulingan minyak nilam setelah dipekatkan masih dapat dimanfaatkan sebagai aroma terapi.

Minyak nilam diperoleh dari hasil penyulingan daun, batang dan cabang tanaman nilam. Kadar minyak tertinggi terdapat pada daun dengan kandungan utamanya adalah patchauoly alkohol yang berkisar antara 30 – 50 %. Aromanya segar dan khas dan mempunyai daya fiksasi yang kuat, sulit digantikan oleh bahan sintetis. Negara-negara pengimpor utama adalah Amerika Serikat, Perancis, Inggris, Jerman, Belanda, Jepang dan Australia.

Kabupaten Pakpak Bharat merupakan salah satu sentra produksi nilam yang terdapat di Sumatera Utara. Keadaan iklim dan tanahnya sangat mendukung untuk ditanami nilam. Oleh sebab itu, banyak masyarakat yang menanami lahannya dengan tanaman nilam. Yakni di kecamatan Salak, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kecamatan Sitellu Tali urang Julu, adalah penghasil produksi Nilam terbesar di bandingkan dengan beberapa kecamatan lainnya.

Berdasarkan data depertemen pertanian Kabupaten Pakpak Bharat, luas areal tanaman nilam di Kabupaten Pakpak Bharat adalah 33.6 Ha, total luas tanaman nilam dari 8 kecamatan di Kabupaten Pakpak Bharat. Sedangkan pada jumlah produksinya pertahun adalah 1.286.1 ton ( Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Pakpak Bharat 2008 ). Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel di bawah ini:


(18)

Tabel 1.3 Luas serta Produksi Komoditi Nilam di Kabupaten Pakpak Bharat

No Kecamatan Luas

Area (Ha) Produksi (Ton) Rata-Rata Produksi (Kg/Ha/Thn)

1 Salak 5.5 0.7 130.0

2 Sitellu Tali Urang Jehe 13.8 18.2 256.1

3 Pagindar 2.0 1.2 200.0

4 Sitellu Tali Urang Julu 3.0 0.5 100.0 5 Pergetteng G. Sengkut 0.5 0.7 100.0

6 Kerajaan 5.0 2.6 200.0

7 Tinada 2.8 1.2 200.0

8 Siempat Rube 1.0 0.5 100.0

Jumlah 33.6 25.6 1.286.1

Sumber : Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2008.

Perkembangan Harga minyak nilam di pasar lokal sangat menguntungkan bagi masyarakat petani nilam yakni mencapai Rp 1 juta per kilogram. Sedangkan Untuk daun Nilam 1 Kg dijual dengan harga Rp 4000 – 10.000 .

Penelitian mengenai masalah tingkat produksi nilam di Indonesia belum mendapatkan perhatian yang cukup. Program pembanguan pertanian perlu diarahkan kepada pencapaian tujuan pembangunan pertanian jangka panjang, yaitu sektor pertanian sebagai andalan pembangunan nasional.

Dalam prakteknya, faktor-faktor produksi mempunyai peranan besar terhadap tingkat produksi nilam melalui lama bertanam nilam, luas lahan produktif, penggunaan pupuk, penggunaan tenaga kerja, biaya penyulingan, dan jarak antara permukiman dengan perkebunan nilam serta peralatan pengolahan dan lain sebagainya yang mempengaruhi tingkat produksi nilam. Dalam hal ini, diperlukan bidang usaha yang mempergunakan minyak nilam tersebut sebagai bahan baku dari suatu produk.


(19)

Dengan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk meneliti dan menulis skripsi dengan judul “ Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat

Produksi Nilam di Kabupaten Pakpak Bharat ” . 1.2 Perumusan Masalah

Untuk menentukan perumusan masalah terhadap latar belakang penulisan skripsi ini, penulis membatasi aspek kajian yang akan di analisis yaitu “ Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat produksi Nilam di Kabupaten Pakpak Bharat ) ” yang dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain lama bertanam nilam, luas lahan produktif, penggunaan pupuk, tenaga kerja, biaya penyulingan dan jarak antara rumah dengan Perkebunan nilam. Dengan pembatasan perumusan masalah ini maka aspek yang akan dikaji dalam perumusan masalah ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh lama waktu bertanam nilam terhadap tingkat produksi nilam di Kabupaten Pakpak Bharat

2. Bagaimana pengaruh luas lahan produktif terhadap tingkat produksi Nilam di Kabupaten Pakpak Bharat

3. Bagaimana pengaruh penggunaan pupuk terhadap tingkat produksi Nilam di Kabupaten Pakpak Bharat

4. Bagaimana pengaruh penggunaan tenaga kerja terhadap tingkat produksi Nilam di Kabupaten Pakpak Bharat

5. Bagaimana pengaruh biaya penyulingan terhadap tingkat produksi Nilam di Kabupaten Pakpak Bharat

6. Bagaimana pengaruh jarak antara pemukiman responden dengan perkebunan Nilam terhadap tingkat produksi Nilam di Kabupaten Pakpak Bharat


(20)

1.3 Hipotesis

Hipotetis adalah jawaban sementara dari permasalahan yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris dalam penelitian. Berdasarkan perumusan masalah diatas maka untuk keperluan penelitian dibuat hipotetis sebagai berikut : 1. Lama bertanam nilam berpengaruh positif terhadap tingkat produksi nilam di

Kabupaten Pakpak Bharat, ceterius paribus.

2. Luas lahan produktif berpengaruh positif terhadap tingkat produksi Nilam di Kabupaten Pakpak Bharat, ceterius paribus.

3. Penggunaan pupuk berpengaruh positif terhadap tingkat produksi Nilam di kabupaten Pakpak Bharat, ceterius paribus.

4. Penggunaan tenaga kerja berpengaruh positif terhadap tingkat produksi Nilam di Kabupaten Pakpak Bharat, ceterius paribus.

5. Biaya penyulingan berpengaruh negatif terhadap tingkat produksi Nilam di Kabupaten Pakpak Bharat, ceterius paribus.

6. Jarak antara permukiman dengan perkebunan Nilam berpengaruh negatif terhadap tingkat produksi Nilam di Kabupaten Pakpak Bharat, ceterius paribus.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh lama bertanam nilam terhadap tingkat produksi nilam di Kabupaten Pakpak Bharat

2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh luas lahan produktif terhadap tingkat produksi Nilam di Kabupaten Pakpak Bharat

3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh penggunaan pupuk terhadap tingkat produksi Nilam di Kabupaten Pakpak Bharat


(21)

4. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh penggunaan tenaga kerja terhadap tingkat produksi Nilam di Kabupaten Pakpak Bharat

5. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh biaya penyulingan terhadap tingkat produksi Nilam di Kabupaten Pakpak Bharat

6. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh jarak antara pemukiman dengan perkebunan Nilam terhadap tingkat produksi Nilam di Kabupaten Pakpak Bharat.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah sumbangan ilmu pengetahuan Ekonomi khususnya di bidang Ekonomi Pertanian.

2. Sebagai bahan literature atau refrensi dalam melakukan penelitian dibidang Ekonomi yang terkait dengan permasalahan yang sama.

3. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah daerah Kabupaten Pakpak Bharat, terutama para pengambil keputusan maupun pelaksana pembangunan daerah dalam merumuskan perencanaan dan kebijakan pembangunan daerah yang berkaitan dengan peningkatan produksi Nilam, khususnya dinas Pertanian Kabupaten Pakpak Bharat.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi Ilmu Ekonomi Pertanian

Ilmu ekonomi pertanian adalah termasuk dalam kelompok ilmu – ilmu kemasyarakatan yaitu ilmu yang mempelajari prilaku dan upaya serta hubungannya antar manusia. Dalam hal ini yang dipelajari adalah prilaku petani dalam kehidupan pertanianny, dan mencakup juga persoalan ekonomi lainnya yang langsung berhubungan dengan produksi, pemasaran, dan konsumsi petani.

Menurut Kalson A tohir, pertanian adalah suatu usaha yang meliputi bidang-bidang seperti bercocok tanam (pertanian dalam arti sempit), perikanan, peternakan, perkebunan, kehutanan, pengelolaan hasil bumi (pertanian dalam arti luas). Dimana bahan-bahan atu zat-zat anorganis dengan bantuan tumbuhan dan hewan yang bersifat reproduktif dan usaha pelestariannya.

Dengan demikian, pertanian dapat didefenisikan sebagai bagian dari ilmu ekonomi yang mempelajari fenomena-fenomena dan persoalan-persoalan yang berhubungan dengan pertanian,baik secara mikro maupun makro. Dalam konteks PDRB sektor pertanian merupakan kegiatan pengusahaan dan pemanfaatan benda-benda biologis (hidup) yang diperoleh dari alam dengan tujuan untuk konsumsi. 2.2 Pembagian Bidang-Bidang Pertanian

Pertanian dalam arti sempit.

Pertanian rakyat adalah suatu pertanian keluarga dimana produksi bahan makanan utamanya seperti beras, palawija (jagung,ubi-ubian,kacang-kacangan) dan tanaman holtikultura yaitu sayur-sayuran dan buah-buahan. Pertanian rakyat diusahakan ditanah, tanah sawah,pekarangan dan lading. Dimana tujuan


(23)

penggunaan hasil-hasil tanaman ini tidak merupakan kriteria, namun sebagian besar pada umumnya hasil pertanian rakyat untuk keperluan konsumsi keluarga.

Pertanian dalam arti luas meliputi lima sub sektor yaitu : 1. Tanaman bahan makanan

2. Perkebunan 3. Kehutanan 4. Perikanan

5. Peternakan dan hasil-hasilnya 2.3 Kebijakan Pembangunan Pertanian 2.3.1 Pengertian Pembangunan

Pembangunan merupakan suatu proses yang berkelanjutan dan berkesinambungan. Pembangunan pertanian yang berhasil dapat diartikan jika terjadi pertumbuhan sektor pertanian yang tinggi dan sekaligus terjadi perubahan kearah yang lebih baik. (Soekartawi,1995)

Untuk mencapai hal tersebut maka haruslah ada langkah-langkah kebijaksanaan yang harus diambil dalam pembangunan pertanian. Langkah-langkah kebijaksanaan yang harus diambil tersebut meliputi intensifikasi, ekstensifikasi, diversifikasi, rehabilitasi yang intinya mencakup dalam pengertian Trimarta Pembangunan Pertanian yaitu kebijaksanaan usaha tani terpadu, komoditi terpadu dan wilayah terpadu.

Program pembngunan pertanian pada hakekatnya adalah serangkaian upaya untuk memfasilitasi, melayani dan mendorong berkembangnya sistem pertanian dan usaha pertanian yang berdaya saing, berkerakyatan, dan berkelanjutan. Program pembanguan pertanian diarahkan kepada pencapaian


(24)

tujuan pembangunan pertanian jangka panjang, yaitu sektor pertanian sebagai andalan pembangunan nasional. Ketangguhan perekonomian nasional dengan basis agraris sebagaimana di Indonesia tidak ada pilihan lain kecuali dengan meningkatkan sektor pertanian. Relevan sekali apabila visi, misi, tujuan dan strategi pembangunan pertanian adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pertanian dalam mendukung perekonomian nasional (Hanani, dkk, 2003: 75).

2.3.2 Hubungan Antara Pembangunan Pertanian dan Pembangunan Ekonomi

Menurut Sadono Sukirno pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu negara meningkat secara terus menerus dalam jangka panjang.(Sukirno:1982)

Dari defenisi diatas dapat diketahui bahwa pembangunan ekonomi mempunyai tiga sifat penting yaitu:

a. Suatu proses yang berarti perubahan secara terus-menerus b. Usaha untuk meningkatkan pendapatan perkapita

c. Kenaikan pendapatan perkapita berlangsung dalam jangka panjang Pembanguan ekonomi dapat dilihat dari peningkatan ekonomi dan taraf hidup masyarakat dari satu tahap pembangunan ketahap berikutnya. Agar proses pembangunan ini dapat menjadi wujud yang nyata, haruslah berlangsung secara berkesinambungan dan terus menerus sehingga akhirnya dapat dilihat dari suatu pembangunan ekonomi kearah yang positif. Akan tetapi pada prakteknya ada ada negara yang melihat laju pembangunan ekonominya dengan menggunakan tingkat pertambahan Produk Domestik Bruto.


(25)

Pertumbuhan ekonomi merupakan kenaikan Produk Domestik Bruto tanpa memperhatikan apakah kenaikan itu lebih besar dari tingkat pertambahan penduduk, atau apakah perubahan dalam struktur ekonomi berlaku atau tidak. Menurut Todaro tujuan pembangunan ada 3 yakni:

1. Menciptakan keadaan yang dapat membantu pertumbuhan rasa harga diri melebihi pembangunan sistem dan lembaga sosial, politik dan ekonomi yang dapat mengembangkan rasa harga diri dan rasa hormat terhadap kemanusiaan.

2. Mempertinggi tingkat penghidupan bangsa, yaitu tingkat pendapatan dan konsumsi pangan, pelayanan kesehatan, pendidikan dan sebagainya melalui proses pembangunan ekonomi.

3. Mengembangkan kebebasan penduduk untuk memilih dengan jalan memperluas rangkaian kesempatan untuk memilih, misalnya dengan menambah keanekaragaman jenis barang dan jasa yang tersedia.

2.4 Pengertian Produksi

Produksi adalah kegiatan mengolah faktor-faktor produksi menjadi barang setengah jadi atau barang jadi untuk kebutuhan konsumen.

Juga disebutkan bahwa pengertian produksi adalah segala kegiatan dalam rangka menciptakan dan menambah kegunaan (utility) suatu barang atau jasa untuk kegiatan, dimana kebutuhan faktor-faktor produksi yang didalam ilmu ekonomi terdiri dari modal, tenaga kerja dan managemen (skill).

2.5 Fungsi Produksi

Fungsi produksi menunjukan sifat hubungan antara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang dihasilkan. Fungsi produksi menentukan output


(26)

maksimum yang dapat dihasilkan dari sejumlah input tertentu. Juga fungsi produksi merupakan hubungan diantara faktor-faktor produksi yang diciptakannya (Sadono Sukirno,1994:hal 193).

Fungsi produksi dinyatakan dalam bentuk rumus yaitu sebagai berikut : Q = f ( K, L, R, T )

Dimana:

K = Jumlah stok modal L = Jumlah tenaga kerja R = Sumber Daya Alam T = Teknologi yang digunakan

Q = Jumlah produksi yang dihasilkan oleh berbagai jenis faktor produksi tersebut

Persamaan tersebut merupakan suatu pernyataan matematik yang pada dasarnya berarti bahwa tingkat produksi suatu barang tergantung kepada jumlah modal, jumlah tenaga kerja, jumlah Sumber Daya Alam, dan tingkat teknologi yang digunakan.

2.5.1 Fungsi Produksi Cobb Douglas

Fungsi produksi ini menjadi terkenal sejak diperkenalkan oleh Cobb C.W. dan Douglas, P.H. pada tahun 1928 melalui atrtikelnya yang berjudul “ A Theory of Production” (Suhartati,T,2003:104).

Secara matematis fungsi produksi Cobb Douglas dapat ditulis dengan persamaan:


(27)

Dimana:

Q = Output K = Input Modal L = Input Tenaga Kerja

A = Parameter Efisiensi / Koefisien Teknologi α = Elastisitas Input Modal

β = Elastisitas Tenaga Kerja

Fungsi produksi Cobb Douglas dapat diperoleh dengan membuat linier persamaan sehingga menjadi:

LnQ = LnA + αLn + βLnL+ ε

Dengan mengregres persamaan diatas maka secara mudah akan diperoleh parameter efisiensi (A) dan elastisitas inputnya. Salah satu kemudahan fungsi produksi Cobb Douglas adalah secara mudah dapat dibuat linier sehingga memudahkan untuk mendapatkannya.

a. Marginal Physical Productivity of Capital (MPk) = MPk = AαKα-1

b. Marginal Physical Productivity of Labor (MPl) = MPl = AβKαLβ-1

MPl = L AβKαLβ

MPl= ………... (1)

c. Average Productivity of Capital (Apk)


(28)

d. Average Productivity of Labor (Apl)

Apl = ………(3) e. Elasticity Product of Capital (Ek)

Ek = ……….(4)

f. Elasticity Product of Labor (El)

El = ……….…………(5)

Pada umumnya teori tersebut didasarkan pada fungsi produksi yang telah dikembangkan oleh Charles Cobb dan Paul Douglas yang lebih dikenal dengan nama fungsi produksi.

Fungsi tersebut adalah sebagai berikut: Yt = Tt . Ktα . Ltβ

Dimana:

Yt = tingkat produksi pada tahun t. Tt = tingkat teknologi pada tahun t. Kt = stok alat-alat modal pada tahun t.

α = pertambahan produksi yang diciptakan oleh pertambahan 1unit modal β = pertambahan produksi yang diciptakan oleh pertambahan 1 unit tenaga kerja

Nilai α dan β dapat ditulis secara empiris, akan tetapi umumnya nilai α dan β telah ditentukan besarnya dan dianggap bahwa α + β = 1. Persamaan fungsi produksi Cobb-Douglas dapat ditransformasikan dengan metode OLS ( Ordinary Least Square ) sehingga menjadi: ln Yt = Ln Tn . Αln Kt . β ln Lt


(29)

Sumbangan tersebut dari pertumbuhan ekonomi neoklasik bukan hanya menunjukan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, tetapi kemungkinan menggunakan teori tersebut untuk mengadakan penelitian empiris dengan menentukan peranan dari berbagai faktor dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi.

2.5.2 Faktor –Faktor Produksi

Dalam satuan kegiatan usaha tani selalu melibatkan faktor-faktor produksi (input) untuk menghasilkan suatu produk (output). Menurut mosher (1965), produksi pertanian dalam penguasaannya selalu mrnggunakan input untuk menghasilkan output. Dimana input merupakan segala sesuatu yang di ikut sertakan dalam proses produksi seperti penggunahan tanah (lahan), tenaga kerja, modal, sarana produksi, dan pengelolaan. Oleh sebab itu, perkembangan usaha tani dari suatu tingkat produksi tidak terlepas dari perkembangan faktor-faktor tersebut.

a. Tanah (Lahan)

Proses produksi pertanian pada dasarnya berlangsung pada sebidang tanah atau lahan, karena terjadi proses kimia, proses kehidupan biologi dan fisika yang dapat mendukung pertumbuhan tanaman atau budi daya tanaman. Tanah adalah lahan yang digunakan untuk usaha pertanian. Tanah berfungsi sebagai tunjangan mekanis sebagai tempat tanaman tegak dan tumbuh, penyedia unsure hara dan air dan lingkungan tempat akar atau batang dimana dalam tanah akan melakukan aktivitas fisiologi.

Menurut Mubiyarto (1989) lahan merupakan salah satu faktor produksi yang merupakan pabrik hasil-hasil pertanian yang dimana tempat produk itu berjalan


(30)

dan darimana hasil produksi itu keluar. Walaupun demikian, tanah (lahan) juga merupakan salah satu sumber daya alam yang jumlahnya terbatas. Tanah yang merupakan salah satu faktor produksi yang sangat terbatas, dan jika salah satu komoditas dikembangkan secara besar-besaran bisa mengakibatkan penggusuran lahan komoditas pertanian lainnya.

Dalam hubungannya dengan faktor produksi, dimana jumlah produksi ditentukan oleh keadaan lahan usaha tani yang meliputi kualitas (kesuburan) dan kuantitas (luas lahan).kualitas dan kuantitas lahan tersebut akan mempengaruhi produktivitas, lahan yang subur akan memberikan hasil yang lebih baik jika dibandingkan dengan lahan yang kurang subur. Pada lahan yang tingkat kesuburannya sama namun luas lahan yang diusahakan berbeda maka produksi yang dihasilkan akan berbeda pula.

Disamping itu, ada kemungkinan sebidang tanah tidak secara langsung dipakai oleh pemiliknya sebagai modal untuk usaha tani, tetapi dipakai sebagai alat mencari kredit atau membayar hutang-hutang. Sebagai faktor produksi, tanah mendapat bagian dari hasil produksi karena jasanya dalam produksi itu. Pembayaran atau jasa produksi ini dikatakan sewa tanah (rent).

Tanah merupakan salah satu usaha pada bidang pertanian yang memiliki kandungan nutrisi yang sangat diperlukan tumbuh-tumbuhan dan dipengaruhi oleh beberapa faktor penting lainnya. Oleh sebab itu, luas panen atau sering disebut luas tanah mampu memberikan hasil panen atau produktivitas pertanian sebagai suatu proses dalam produksi bidang pertanian.


(31)

b. Modal

Menurut Mubyarto modal merupakan bentuk kekayaan berupa uang tunai ataupun barang yang akan digunakan untuk menghasilkan barang. Pengertian barang disini meliputi alat-alat produksi dan sarana produksi pertanian lainnya seperti pupuk, bibit, obat-obatan. Sedangkan pengertian modal dalam ekonomi adalah barang atau uang yang bersama-sama faktor produksi lahan dan tenaga kerja digunakan untuk menghasilkan suatu barang baru atau hasil pertanian dalam suatu proses produksi.

Modal dalam usaha tani merupakan salah satu aspek penting penggunaannya dengan tingkat adopsi teknologi baru yang digunakan petani. Pendapatan petani yang rendah menyebabkan petani tidak melakukan investasi. Salah satu persoalan yang rumit diwilayah perdesaan adalah penyediaan aksesbilitas modal. Keterbatasan modal menyebabkan sirkulasi kegiatan produksi tidak dapat berjalan dengan baik.

Modal yang diciptakan petani dengan menahan diri dalam konsumsi dengan harapan pendapatannya akan lebih besar lagi dikemudian hari. Dapat diketahui bahwasanya pengembangan pertanian aka nada bila terjadi pembentukan modal. Oleh sebab itu, setip petani yang maju akan tetap berusaha agar alat-alat produksinya (modal) semakin lama semakin biak dan produktif.

c. Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting disamping sumber daya alam, modal dan teknologi. Ditinjau dari segi umum pengertian tenaga kerja menyangkut manusia yang mampu bekerja untuk dapat menghasilkan barang dan jasa dan yang mempunyai nilai ekonomi yang dapat


(32)

berguna bagi kebutuhan masyarakat,secara fisik kemampuan bekerja diukur dengan usia.

Tenaga kerja manusia yang dapat mengerjakansegala jenis pekerjaan usaha tani berdasarkan tingkat kemampuannya. Menuryt Hernanto (1993) tenaga kerja manusia dapat dipengaruhi oleh umur,tingkat pendidikan,pengalaman,faktor alam seperti iklim dan kondisi lahan usaha tani dan ketrampilan

Faktor produksi tenaga kerja merupakan faktor produksi yang penting dan yang memiliki pengaruh yang besar terhadap kegiata usaha pertanian. Julmah tenaga kerja yang digunakan untuk setiap kigiatan berbeda-beda, dimana semakin banyak tenaga kerja yang tersedia yang digunakan dalam kegiatan usaha pertanian maka jumlah produk yang dihasilkan semakin besar yang akan berdampak pada pendapatan yang semakin besar pula.

2.5.3 Teori Produksi

Teori produksi dalam ilmu ekonomi membedakan analisisnya kepada dua pendekatan yaitu :

- Teori produksi dengan satu faktor berubah - Teori produksi dengan dua faktor berubah Teori Produksi dengan Satu Faktor Berubah

Hukum pertambahan hasil yang semakin berkurang dalam produksi jangka pendek dikatakan bahwa ada faktor produksi yang bersifat tetap (fixed input) dan ada faktor produksi yang bersifat berubah (variable input). Jika faktor produksi yang bersifat variabel tersebut terus menerus ditambah maka produksi total akan semakin meningkat hingga sampai pada suatu tingkat tertentu (titik maksimum), dan apabila sudah pada tingkat maksimum maka faktor produksinya terus


(33)

ditambah sehingga poduksi totalnya akan semakin menurun. Hal ini berarti mulai berlakunya hukum tambahan hasil yang semakin berkurang (law of diminishing returns).

Hukum Hasil Lebih yang Semakin Berkurang (The Law of Diminishing Return) Hukum hasil yang semakin berkurang merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari teori produksi. Hukum hasil yang semakin berkurang menyatakan bahwa apabila factor produksi yang dapat diubah humlahnya (tenaga kerja) terus menerus ditambah sebanyak satu unit, pada mulanya produksi total akan semakin banyak pertambahannya, tetapi sesudah mencapai suatuy tingkat tertentu produksi tambahan akan semakin berkurang dan akhirnya akan mencapai nilai negative. Sifat pertambahan produksi seperti ini menyebabkan pertambahan produksi total semakin lambat dan akhirnya ia mencapai tingkat yang maksimum dan kemudian menurun.

Dengan demikian hukum hasil yang semakin berkurang dapat dibedakan menjadi tiga tahap yaitu:

a. Tahap Pertama: produksi total mengalami pertambahan yang semakin kuat.

b. Tahap Kedua: produksi total pertambahannya semakin lambat. c. Tahap Ketiga: produksi total semakin lama semakin berkurang


(34)

Tahapan Produksi

Gambar. 2.1 Hubungan Tenaga Kerja dengan Jumlah Produksi

Hubungan antara produksi total, produksi rata-rata dan produksi marginal dapat digambarkan secara grafik. Dapat ditunjukkan pada grafik di atas. Dalam kurva TP adalah kurva produksi total.

Tahap I : Menunjukan hubungan antara jumlah produksi dan jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan produksi suatu barang. Total prodact (TP) cekung keatas apabila tenaga kerja yang digunakan masih sedikit. Hal ini berarti masih terjadi kekurangan tenaga kerja dibandingkan dengan factor produksi lain misalnya tanah yang dianggap tetap jumlahnya. Dalam keadaan seperti ini produksi marginal bertambah tinggi, dapat dilihat pada kurva marginal product (MP) yang semakin m enaik.

TPL

APL

MPL

I II III


(35)

Tahap II : Pada tahap ini, dilakukan penambahan tenaga kerja. Pada tahap ini digunakan penambahan tenaga kerja tidak menambah produksi total seperti sebelumnya. Hal ini ditunjukkan oleh kurva produksi marginal yang menurun dan kurva produksi total yang semakin cembung keatas. Produksi marginal akan lebih tinggi dari pada produksi rata-rata, yaitu kurva average product (AP) akan bergerak keatas. Keadaan ini menggambarkan bahwa produksi rata-rata semakin tinggi. Maka kurva produksi marginal akan memotong kurva produksi rata-rata. Sesudah perpotongan tersebut maka kurva produksi rata-rata menurun kebawah yang menggambarkan bahwa produksi rata-rata semakin merosot. Perpotongan di antara kurva marginal produt (MP) dan kurva average product (AP) menggambarkan permulaan pada tahap kedua. Pada keadaan ini produksi rata-rata mencapai tingkat paling tinggi.

Tahap III : Dimulai ketika dilakukan bagi penambahan tenaga kerja. Pada tahap tersebut marginal produt (MP) memotong sumbu datar dan sesudahnya kurva tersebut berada dibawah sumbu datar. Keadaan ini menggambarkan bahwa produksi marginal mencapai angka yang negative. Kurva total product (TP) mulai menurun pada tingkat ini, yang menggambarkan bahwa produksi total semakin berkurang apabila lebih banyak tenaga kerja yang digunakan.

Produksi Total, Produksi Rata-Rata dan Produksi Marginal Produksi Total (TP)

Produksi total adalah jumlah produksi yang dihasilkan oleh sebuah perusahaan selama kurun waktu tertentu dengan sejumlah input yang dimiliki oleh perusahaan yang besangkutan. Dengan demikian produksi total ini merupakan fungsi dari input atau faktor-faktor produksi yang tersedia. Sehingga besarnya


(36)

sangat dipengaruhi oleh kepemilikan terhadap input yang diperlukan. Dalam hal ini, fungsi produksi total dapat di rumuskan sebagai berikut :

TP = f ( FP ) Dimana :

TP = Total Production ( Produksi Total ) FP = Faktor of Production ( Faktor Produksi ) Produksi Marginal (MP)

Produksi marginal adalah tambahan produksi yang diakibatkan oleh pertambahan tenaga kerja yang digunakan. Produksi marginal (marginal product) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

MP = dimana:

MP = Produksi Marjinal (marginal product) ΔTP = Pertambahan Produksi Total

ΔL = Pertambahan Tenaga Kerja Produksi Rata-Rata

Produksi rata-rata merupakan produksi yang secara rata-rata dihasilkan oleh setiap pekerja. Produksi rata-rata dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

AP = dimana:

AP = Produksi Rata-Rata TP = Total Produksi L = Tenaga Kerja


(37)

Teori Produksi dengan Dua Faktor Berubah

Dalam proses produksi ini digunakan dua input yang dapat diubah (misalnya tenaga kerja dan modal), dan kita misalkan kedua input ini dapat saling menggantikan. Hal ini berarti apabila harga tenaga kerja dan harga modal perunitnya kita ketahui, maka analisa tentang bagaimana seorang produsen akan dapat meminimumkan biaya di dalam usahanya untuk mencapai suatu tingkat produksi tertentu dapat ditunjukkan.

a. Kurva Produksi Sama (isoquant curve)

Kurva produksi sama (isoquant curve) adalah titik-titik yang menunjukan keseluruhan kombinasi penggunaan input yang diberikan untuk menghasilkan tingkat output yang sama. Keterangan ini didukung oleh pernyataan Robert S. Pindeyek dan Daniel L. Rubinfeld, halaman 180: an isoquant describe all combination of inputs that yield the same level of output.

b. Garis Ongko s Sama (isocost line)

Dengan input atau dengan biaya yang ada setiap produsen atau perusahaan dalam kegiatan usahanya pasti menginginkan adanya hasil preoduksi yang optimal. Sehingga keuntungan maksimum untuk perusahaan atau produsen dapat meminimumkan biaya. Untuk membuat analisis biaya produksi dan minimum perlu dibuat garis ongkos yang sama. isocost line pada prinsipnya menyatakan jumlah biaya produksi yang sama sepanjang garis.

2.6 Hasil Produksi dan Biaya Produksi 2.6.1 Efisiensi Usahatani

Efisiensi produksi merupakan banyaknya hasil produksi fisik yang dapat diperoleh dari satu kesatuan factor produksi (input). Dimana, pada setiap akhir


(38)

panen petani akan menghitung berapa hasil bruto produksinya yaitu luas tanah dikalikan hasil persatuan luas dan nilai dalam uang. Tetapi tidak semua diterima petani karena harus dikurangi dengan biaya-biaya yang harus dikeluarkannya yaitu harga pupuk dan bibit, biaya pengolahan tanah, upah menanam, dan memanen yang biasanya dalam bentuk bagi hasil (innatura).

2.6.2 Biaya Produksi

Biaya produksi dapat dibagai dua, yaitu biaya-biaya yang berupa uang tunai, misalnya upah tenaga kerja dan biaya persiapan atau penggarapan tanah, termasuk biaya upah ternak, biaya untuk membeli pupuk, pestisidadan lainya serta biaya in-natura yaitu biaya panen, bagi hasil, sumbangan, dan mungkin juga pajak.

1. Biaya Tetap dan Biaya Variabel

Biaya tetap adalah jenis biaya yang besar dan kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi, misalnya sewa atau bunga tanah yang berupa uang. Sedangkan untuk biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya tergantung pada besar kecilnya produksi, misalnya bibit, persiapan dan pengolahan tanah dan lain sebagainya.

2. Biaya Rata-Rata dan Biaya Marginal

Bagi para perencana ekonomi yang bertugas merumuskan kebijaksanaan harga akan menentukan harga minimum yang harus dijamin untuk petani, maka sering dinyatakan biaya produksi rata-rata. Yaitu hasil bagi usaha produksi total dengan jumlah produksi. (Mubyarto, bab 5 : hal 51). Dimana biaya rata-rata dapat dituliskan dengan rumus sebagai berikut :


(39)

Biaya marginal, yaitu kenaikan biaya produksi yang dikeluarkan untuk menambah produksi sebanyak satu unit. Biaya marginal dapat dituliskan dengan rumus sebagai berikut :

MCn = TCn – TCn-1, dimana:

MCn = Biaya Marginal Produksi ke n,

TCn = Biaya total pada waktu jumlah produksi adalah n

TCn-1 = Biaya total pada waktu jumlah produksi adalah n-1

Atau dengan rumus :

MCn = , dimana

MCn = Biaya Marginal Produksi Ke n

∆TC = Pertambahan Jumlah Biaya Total ∆Q = Pertambahan Jumlah Produksi

2.7 Tinjauan Umum Mengenai Komoditi Tanaman Nilam 2.7.1 Morfologi Tanaman Nilam

Tanaman nilam merupakan sejenis tanaman dengan cirri-ciri dimana bentuk akar serabut, bentuk daun bulat dan melonjong, dan batang yang berkayu diameter 10 – 20 mm. dimana sistem percabangannya banyak dan bertingkat mengelilingi batang antara 3 – 5 cabang pertingkat. Setelah tanaman berumur 6 bulan tingginya dapat mencaopai 1 meter dengan redius cabang selebar lebih kurang 60 cm

2.7.2 Syarat Tumbuh Tanaman Nilam

Pemilihan lahan untuk mengembangkan salah satu tanaman tidak terlepas dari kondisi agroklimat yang dikehendaki tiap tanaman, demikian halnya dengan tanaman nilam. Nilam merupakan tanaman daerah tropis sehingga mudah tumbuh


(40)

dengan baik di dataran rendah hingga dataran tinggi yaitu 2.000 m dpl, tetapi dapat tumbuh ideal pada ketinggian 400-700 m dpl. Kebutuhan curah hujan tanaman nilam per tahunnya sebesar 2.500-3.000 mm dengan penyebaran yang merata sepanjang tahun. Suhu ideal pertumbuhannya adalah 22-280C dengan kelembapan di atas 75 persen. Nilam membutuhkan banyak air, tetapi tidak tahan jika tergenang.

2.7.3 Teknis Budidaya Nilam

Budidaya merupakan upaya dalam rangka melestarikan tanaman dari bahaya atau ancaman kelangkaan dan kepunahan tanaman. Dengan budidaya diharapkan kebutuhan bahan tanaman untuk masa depan yang akan datang dapat dijamin pengadaannya dan sebagai bahan baku dapat terjaga ketersediaannya dengan baik.

a. Persiapan Bibit

Bibit setek yang digunakan petani merupakan bibit setek batang unggul yang diperoleh dari masyarakat sekitar. Sebelum melakukan penyemaian atau pembibitan, bibit tersebut terlebih dahulu direndam ke dalam air yang telah dicampur dengan bubuk perangsang akar (growtone). Kemudian bibit tersebut ditanam di dalam polibag. Proses pembibitan yang dilakukan petani nilam tidak menggunakan rumah naungan karena bibit yang telah ditanam di dalam polibag secara langsung. Pembibitan dalam polibag dilakukan maksimal 2 bulan. Selanjutnya, bibit dapat dipindahkan ke lahan perkebunan

b. Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah merupakan faktor yang menentukan dalam keberhasilan budidaya. Oleh sebab itu, diperlukan perhatian serius dalam mempersiapkan


(41)

penanaman sebelum realisasi penanaman setek dilakukan pada lahan yang dikelola. Proses pengolahan tanah diawali dengan proses penggemburan tanah dengan menggunakan cangkul. Setelah itu, lahan didiamkan selama 3-4 hari agar terjadi proses penguapan dari tanah yang telah diolah. Selanjutnya tanah tersebut diberi lubang yang disesuaikan dengan diameter polibag. Kemudian lubang didiamkan selama 2-3 hari. Setelah itu, proses penanaman bibit ke lahan dapat dilakukan.

c. Penanaman

Pada umumnya nilam ditanam dalam bentuk setek, diambil dari ranting - ranting muda yang telah berkayu. Ukuran setek 20 – 30 cm yang memiliki 3 – 4 mata tunas. Setek harus diambil dari tanaman induk yang sehat dan bebas hama penyakit, pertumbuhannya baik dan normal serta berproduksi tinggi. Sebelum ditanam, setek dapat diakarkan terlebih dahulu didalam polibag berisi campuran tanah dan pupuk kandang selama 3 – 4 minggu.

Dalam proses penanaman petani menggunakan teknik penanaman secara tidak langsung, dimana bibit yang digunakan melalui proses penyemaian atau pembibitan terlebih dahulu. Tanaman dipersiapkan selama 6 - 8 minggu sebelum ditanam pada lahan budidaya. Pembibitan dilakukan pada lahan tersendiri dibawah pohon coklat,kopi dan lain sebagainya. Sedangkan penanaman dilakukan pada lahan terbuka agar mendapatkan sinar matahari yang cukup. Selain itu penanaman nilam di lahan terbuka memungkinkan kandungan minyak nilam mencapai 5 persen.

Ada dua hal yang harus diperhatikan dalam penanaman nilam yaitu waktu dan jarak tanam. Hal ini terkait dengan ketersediaan air dan pencahayaan matahari.


(42)

a) Waktu Tanaman

Proses pemindahan dan penanaman bibit pada lahan perkebunan dilakukan pada sore hari setelah pukul 16.00 agar tanaman tidak layu. Selain itu, proses adaptasi tanaman pada lingkungan lahan perkebunan juga tidak mengalami hambatan. Sedangkan untuk waktu penanaman tidak ada waktu khusus. Penanaman dapat dilakukan baik pada musim hujan maupun kemarau karena sumber air sangat berlimpah.

b) Jarak Tanam

Jarak tanam disesuaikan dengan kontur dan kondisi lahan serta tingkat kesuburan tanah. Jarak tanam berada pada alur terbit dan tenggelamnya matahari. Hal ini bertujuan agar pada saat petumbuhan tanaman, sinar matahari dapat menembus celah pohon dan ranting antar satu dengan yang lainnya. Penanaman dilakukan dalam barisan dan terlebih dahulu membuat lubang tanaman dalam baris tersebut. Setiap lubang ditanami satu bibit yang sudah memiliki 2 – 4 helai daun, selanjutnya diberi pupuk kandang dan kompos. Penanaman dilakukan dalam barisan menggunakan jarak antara barisan 60 – 90 cm dan dalam barisan 40 – 50 cm. Sedangkan bila tanaman nilam pada lahan yang terbuka, jarak tanaman bisa lebih lebar agar kanopi tanaman tidak saling menutupi.

d. Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan atau perawatan tanaman nilam diantaranya berupa pemupukan, penyulaman, penyiangan, pemangkasan, dan pembubuman. Hasil produksi yang optimal sangat tergantung pada tata cara serta mekanisme pemeliharaan dan perawatan tanaman. Pemeliharaan yang baik akan memperpanjang umur tanaman hingga di atas tiga tahun dengan interval panen


(43)

antara 2-3 bulan. Selain itu, kandungan minyak atsiri serta rendemen yang dimiliki tanaman ini akan akan menjadi lebih tinggi. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa kunci sukses pencapaian mutu yang diinginkan serta hasil akhir panen berupa daun basah sangat tergantung pada kesungguhan melakukan monitoring terhadap pemeliharaan dan perawatan tanaman. Adapun kegiatan pemeliharaan tanaman dapat diuraikan sebagai berikut.

a). Pemupukan

Pupuk kandang yang diberikan pada saat tanam, sedangkan pupuk anorganik seperti Urea 50 Kg/ha dalam 75 g/tanaman yang diberikan setelah tanaman berumur 1 bulan atau setelah penyiangan dengan cara dibenamkan disekitar tanaman. Pemupukan kedua dilakukan pada waktu tanaman berumur 3 bulan dengan pupuk urea 200 kg/ha (200 – 300 g/tanaman) yang dicampur dengan pupuk SP-36 dan KCl dengan perbandingan 2:1:1 setiap 3 bulan sampai menjelang panen tanaman nilam.

b) Pemberian Mulsa

Mulsa diberikan untuk menjaga kestabilan suhu dan kelembaban tanah, memperbaiki sifat fisik dan biologi tanah serta sebagai tambahan bahan organik tanah. Berbagai jenis bahan dapat digunakan sebagai mulsa seperti daun alang-alang dan belukar. Pemberian limbah penyulingan daun nilam dapat juga dilakukan mengingat kandungan haranya yang cukup tinggi.

c) Penyulaman

Penyulaman dilakukan untuk mengganti tanaman yang sudah mati atau layu agar jumlah tanaman sesuai target yang diinginkan. Penentuan target jumlah tanaman disesuaikan dengan luas area dan jarak tanam. Penyulaman dilakukan


(44)

jika umur tanaman telah mencapai satu bulan. Hal ini dilakukan untuk menyesuaikan pertumbuhan tanaman baru dan lama agar panen dalam satu lahan dapat dilakukan secara bersamaan. Selain itu, agar pertumbuhan tanaman seragam dan jadwal panen dilakukan sesuai target waktu maka penyulaman dilakukan secara rutin setiap minggu.

d) Penyiangan

Penyiangan dilakukan setelah tanaman berumur sekitar dua bulan. Pada umur tersebut, ketinggian tanaman mencapai 20-30 cm dan mempunyai cabang bertingkat dengan radius 20 cm. Penyiangan berfungsi untuk membersihkan gulma pengganggu, sehingga tidak terjadi persaingan pengambilan hara tanaman dan sinar matahari. Selain itu, penyiangan juga berfungsi untuk menghilangkan gulma sebagai sarang hama. Penyiangan selanjutnya dilakukan secara rutin, dengan selang waktu 2 - 3 bulan tergantung pertumbuhan gulma. Penyiangan dilakukan dengan cara mekanis yaitu dilakukan dengan menggunakan alat-alat pertanian umum seperti cangkul, sabit, parang dan sebagainya.

e) Pemangkasan

Pemangkasan dilakukan setelah tanaman berumur tiga bulan, yaitu setelah terbentuk perdu yang saling menutupi satu sama lain diantara pohon atau tanaman. Pemangkasan dilakukan pada cabang tingkat tiga ke atas. Pemangkasan dan penjarangan dilakukan agar tanaman terhindar dari serangan hama dan penyakit tanaman. Selain itu, pemangkasan memberi ruang gerak lebih luas terhadap tanaman. Salah satu tujuan dilakukannya pemangkasan atau penjarangan adalah agar proses fotosintesis berjalan dengan baik sehingga kadar minyak nilam yang terkandung dalam daun, ranting, serta dahan dan batang menjadi lebih


(45)

tinggi. Hal ini disebabkan karena sinar matahari dapat lebih leluasa masuk menyinari bagian-bagian tanaman.

f) Pembubuman

Pembubuman dilakukan setelah proses panen selesai. Cabang-cabang dan dahan serta ranting yang ditinggalkan sesudah panen yang letaknya dekat dengan tanah ditimbun setinggi 10-15 cm. Cabang yang letaknya jauh dari tanah dipatahkan bagian ujungnya (tidak terputus dari batang) dan bagian yang patah ditimbun dengan tanah. Dengan pembubuman ini diharapkan terbentuk rumpun tanaman yang padat dengan beberapa anakannya. Hasilnya diperoleh tunas dan dahan yang lebih banyak untuk pertumbuhan berikutnya.

e. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman

Hama yang sering menyerang tanaman adalah ulat pemakan daun, ulat penggulung daun dan belalang. Cara tanam yang baik meliputi jarak tanaman yang teratur, sanitasi kebun, pemangkaasan, tanam serempak, pergiliran tanaman, dimana memangkas bagian tanaman yang terserang dapat mengurangi serangan hama.

Penyakit yang sering menyerang adalah penyakit daun yang disebabkan oleh virus bekerjasama dengan nematode dan biasanya muncul setelah musim kemarau yang agak panjang. Gejala serangan daunmenjadi keriting dan bewarna abu-abu dan kemudian rontok. Pada batang terbentuk benjolan sampai keakar dan bila dipijit akan mengeluarkan bau yang tidak sedap. Cara pengendalian yang efektif adalah dengan eradikasi yaitu mencabut dan memusnahkan tanaman yang terserang, dengan memilih bibit yang sehat dan penggunaan alat yang steril.


(46)

f. Panen dan Pascapanen

Kualitas minyak nilam yang dihasilkan tergantung dari kegiatan budidaya sampai pengolahan, termasuk kegiatan panen dan pasca panen.

a) Panen

Panen merupakan saat yang ditunggu oleh petani nilam. Panen merupakan masa perhitungan hasil yang akan diperoleh setelah menunggu berbulan-bulan waktu yang dihabiskan selama budidaya. Nilam dapat dipanen setelah tanaman berumur sekitar 6-7 bulan dan panen selanjutnya dilakukan setiap 2-3 bulan sekali, tergantung jadwal dan program penanaman.

Pemanenan dilakukan dengan cara memotong daun dan ranting dengan menyisakan cabang dan daun setinggi minimal 15 cm. Pemotongan ranting dapat menumbuhkan tunas baru. Panen dilakukan pada pagi hari karena jika pemetikan daun dilakukan siang hari maka dikhawatirkan sel-sel daun menjadi kurang elastis dan mudah sobek. Sebagian besar bagian dari nilam mengandung minyak, seperti akar, batang, cabang, dan daun. Namun, kandungan minyak dalam daun nilam lebih tinggi daripada cabang, batang, dan akarnya. Alat yang biasanya digunakan pada saat panen adalah sabit, gunting, atau pisau yang tajam. Alat harus selalu bersih pada saat proses panen berlangsung. Pemotongan cabang atau ranting dilakukan dari daun tingkat dua ke atas. Sementara cabang atau ranting tingkat pertama ditinggalkan untuk pertumbuhan ranting dan daun baru.

b) Pascapanen

Pascapanen merupakan kegiatan yang dilakukan setelah pemanenan. Pada nilam, kegiatan pasca panen terdiri dari penjemuran hasil panen dan perawatan tanaman. Hasil panen berupa daun basah yang terdiri dari daun, ranting, dahan


(47)

dan batang sebaiknya dipotong atau dicincang atau dirajang sepanjang 10-15 cm. Pemotongan dilakukan secara manual yaitu dengan menggunakan gunting. Setelah itu, daun dijemur di bawah sinar matahari sekitar 4 jam sehari selama 2-3 hari, yaitu mulai dari pukul 10.00-14.00.

Penjemuran daun nilam dilakukan dengan meletakkan daun di atas gelaran tikar atau lantai semen yang bersih. Penjemuran dilakukan pada lahan terbuka agar memperoleh sinar matahari secara langsung. Daun nilam dijemur sambil diangin-anginkan dengan ketebalam lapisan maksimal 50 cm. Lapisan daun dibolak-balik sebanyak 2-3 kali sehari selama 2-3 hari hingga diperoleh kadar air sebesar rata-rata 15 persen. Kadar air yang terkandung dalam daun ini harus dipertahankan sampai proses penyulingan berlangsung.

Selain penjemuran secara langsung dibawah sinar matahari, petani juga melakukan penjemuran dalam suatu ruangan. Hal ini merupakan suatu alternatif jika panen terjadi saat musim hujan. Daun nilam kering yang belum diproses atau disuling disimpan dalam gudang dan disusun dalam bentuk rak yang mempunyai ventilasi cukup untuk memperoleh angin/udara dengan tujuan untuk menghindari daun nilam kering terkena jamur. Agar diperoleh hasil yang sesuai dengan harapan pada panen berikutnya, baik dalam jumlah maupun percepatan waktu, maka dilakukan pemeliharaan terhadap tanaman pascapanen. Pemeliharaan tersebut berupa pembumbuman serta penyiraman secara teratur agar segera diperoleh daun dan ranting serta dahan yang baru.


(48)

2.7.4 Proses Produksi Komoditi Nilam A. Lokasi Penyulingan

Beberapa hal yang perlu diperhatikan di dalam menentukan lokasi penyulingan.

a. Harus dekat dengan sumber bahan baku. Hal ini bertujuan untuk mengurangi bianya pengangkutan dari kebun ke lokasi penyulingan.

b. Harus dekat dengan sumber air. Air harus dapat mengaliri secara tetap untuk mempelancar proses kondensasi uap menjadi minyak dan air.

c. Dalam penyulingan minyak nilam, pembakaran harus terus menerus dan tetap. Oleh sebab itu ketersediaan bahan baku harus cukup. Karena pembakaran yang tidak secara terus menerus akan menyebabkan proses penyulingan tidak sempurna, dan dapat menurunkan mutu dan rendemen minyak.

B. Alat-alat Penyulingan a. Ketel Penyulingan (octar)

• Berbentuk Silinder

• Dapat terbuat dari drum atau bahan-bahan lain dan harus anti karat untuk menghindari terjadinya reaksi antara minyak nilam dan logam-logam

• Pada bagian atas ketel terdapat sebuah pipa yang akan mengalirkan uap kealat pendingin

b. Alat Pendinginan

• Berupa pipa yang panjang, diletakan mendatar atau melingkar berbentuk spiral


(49)

• Dalam proses penyulingan, pipa tersebut dibenamkan kedalam air yang berfungsi sebagai pendinginan

• Pipa harus terbuat dari bahan yang anti karat, misalnya dari besi atau tembaga yang dilapisi alumunium atau stainless steel

c. Bak Pemisah Cairan

Dapat terbuat dari alumunium atau bahan gelas.

• Pada bak ini terdapat dua pipa, satu dibagian atas untuk menyalurkan minyak dan satu lagi terletak dibagian dan satu lagi terletak dibagian bawah yang berguna untuk membuang air yang berlebihan.

d. Ketel Uap

• Digunakan khusus untuk penyulingan dengan uap langsung • Gunanya untuk merebus air sehingga menghasilkan uap • Dibuat dari drum-drum bekas atau plat baja yang anti karat

• Alat ini mempunyai penutup yang rapat di bagian atasnya. Ketel uap ini dihubungkan oleh pipa ke ketel penyulingan.

C. Cara Pengolahan Nilam

Ada tiga tata cara penyulingan berdasarkan jenis mesin penyuling yang sering digunakan adalah sebagai berikut:

1) Penyulingan Dengan air

Penyulingan dengan air termasuk cara yang paling sederhana dibandingkan dengan cara penyulingan lain. Bahkan, bahan ketel yang digunakan oleh penyuling berasal dari bekas drum aspal atau oli. Pengolahan dilakukan dengan memasak daun kering dalam air hingga mendidih dalam satu tangki atau


(50)

ketel penyuling. Komposisi air dan daun nilam dibuat hampir berimbang, tergantung kapasitas muat ketel tersebut. Uap perebusan mengalami proses kondensasi hingga menjadi air dan minyak. Air dan minyak kemudian ditampung pada bak pemisah melalui sebuah pipa yang berhubungan dengan tabung pendingin untuk memilah antara minyak dan air. Proses penyulingan dengan cara ini sangat membutuhkan waktu lama karena bahan yang disuling tercampur menjadi satu dengan air sehingga proses pergerakan bahan menjadi uap air juga bergerak lambat. Biasanya cara seperti ini masih kurang disukai karena minyak yang dihasilkan kurang banyak dan mutunya kurang baik.

2) Penyulingan Dengan Uap Langsung (Uap dan Air)

Penyulingan dengan uap langsung banyak digunakan oleh para petani penyuling yang tersebar hampir di seluruh wilayah yang memiliki lahan nilam, baik Sumatera, Jawa, maupun Kalimantan. Proses pengolahan dengan cara ini mudah dan sangat sederhana. Prinsip dasar dari cara penyulingan sistem ini yaitu menggunakan tekanan uap rendah. Adapun mekanisme pengolahannya yaitu bahan yang akan disuling dikukus/di-steam dengan tekanan rendah dalam satu ketel atau tabung. Namun penempatan air dan daun yang disuling dilakukan secara terpisah atau tidak berhubungan langsung dengan air.

Selanjutnya, kandungan minyak dalam daun akan terbawa bersama uap air melalui pipa dan selanjutnya masuk ke ketel pendingin. Penggunaan cara penyulingan dengan sistem ini mempunyai kelebihan tersendiri yaitu uap air yang dihasilkan selalu dalam kondisi jernih. Selain itu, suhu yang dihasilkan tidak terlalu panas sehingga tingkat kegosongan minyak lebih terkendali. Namun, dibalik kelebihannya terdapat suatu kelemahan, yaitu tekanan uap yang dihasilkan


(51)

relatif rendah sehingga belum bisa menghasilkan minyak dengan waktu yang cepat. Untuk menghasilkan rendemen minyak yang banyak serta tingkat persentase patchouli alkohol tinggi diperlukan waktu cukup panjang, yaitu lebih dari 8 jam dalam setiap sekali suling.

3) Penyulingan Dengan Uap Tidak Langsung

Prinsip dasar sistem penyulingan dengan uap tidak langsung adalah penggunaan uap bertekanan tinggi. Tabung pendidih dipisahkan dari tabung penyulingan. Artinya, tabung air tersendiri dan tabung tempat bahan yang disuling juga tersendiri. Jumlah tabung bahan dapat ditempatkan beberapa buah secara terpisah, sesuai kapasitas dari ketel/tabung air dengan kapasitas ketel tempat bahan atau daun kering. Metode ini menghasilkan minyak berkualitas dengan rendemen tinggi. Selain itu, proses penyulingan berjalan relatif lebih cepat. Untuk menghasilkan jumlah minyak lebih banyak, pembuatan mesin suling dapat dilakukan dengan melakukan pemisahan beberapa tabung bahan (dua atau tiga buah) dengan kapasitas yang sesuai dengan kemampuan tabung atau ketel uap.

Hasil minyak yang akan diperoleh dari proses penyulingan merupakan output yang akan dijual dan dinilai serta dijadikan standar keberhasilan usaha. Mutu minyak nilam serta rendemen yang sesuai kriteria sangat dipengaruhi oleh jenis mesin dan sistem penyulingan yang digunakan. Pada dasar sistem penyulingan dengan uap tidak langsung adalah panggunaan uap bertekanan tinggi. Dimana, Tabung pendidih dipisahkan dari tabung penyulingan. Artinya, tabung air tersendiri dan tabung tempat bahan yang disuling juga tersendiri. Jumlah tabung bahan dapat ditempatkan beberapa buah secara terpisah, sesuai kapasitas dari ketel uap (boiler) dengan kapasitas ketel tempat bahan atau daun kering.


(52)

Namun dalam hal ini tempat penyulingan masih menggunakan satu tabung bahan baku (ketel) dengan kapasitas 30 kg.

Metode ini menghasilkan minyak berkualitas dengan rendemen tinggi. Selain itu, proses penyulingan berjalan relatif lebih cepat yaitu hanya 3 jam. Dalam satu hari proses penyulingan dilakukan sebanyak empat kali. Dimana dalam satu kali produksi menghasilkan minyak nilam sebanyak 0,9 ons. Untuk menghasilkan jumlah minyak lebih banyak, pembuatan mesin suling dapat dilakukan dengan memisahkan beberapa tabung bahan baku (2 atau 3 buah) dengan kapasitas yang sesuai dengan kemampuan boiler. Keberhasilan metode ini juga ditunjang oleh perlengkapan dan jenis bahan yang digunakan dalam penyulingan seperti bahan pipa pada bak penampung/kolam air yang tersedia, serta jumlah dan kapasitas air dalam jumlah banyak, cukup, serta mengalir.

Hal-hal lain yang harus Diperhatikan dalam Proses Penyulingan a. Bau Daun

Daun yang baik akan berbau khas nilam tanpa disertai bau apak karena adanya penjamuran. Penjamuran dapat terjadi apabila pengeringan daun belum cukup kering.

b. Perbandingan Daun dan Bagian Cabang

Usahakan dalam memasukkan bagian cabang sedikit mungkin, karena bagian cabang kurang kandungan minyaknya. Dan hal ini akan menyebabkan rendahnya kadar minyak rata-rata dari bahan.

c. Ukuran Ketel

Hasil minyak yang diperoleh dalam penyulingana pada umumnya berbandingan terbalik dengan ukuran atau besarnya ketel. Ketel yang


(53)

berkapasitas kecil memberikan lebih banyak hasil dibandingkan dengan ketel yang berkapasitas besar. Hal ini disebabkan karena uap panas yang disalurkan untuk memanasi bahan akan lebih merata, jika dibandingkan dengan ketel yang berukuran besar.

d. Waktu Pemisahan Air dengan Minyak

Uap yang keluar, dialirkan kedalam pipa pendinginan. Dalam pipa ini uap akan mencair, cairan yang merupakan campuran minyak dan air akan tertampung dalam bak pemisah. Minyak yang telah terbentuk itu, harus segera dipisahkan dari air untuk menghindari kemungkinan terjadinya hidrolis ester-ester yang dapat menurunkan bilangan asam dari minyak. Aroma khas nilam akan diperoleh setelah minyak disimpan beberapa lama, dan penyimpanannya haruslah ditempat yang sejuk, dalam wadah yang tidak mudah berkarat dan bertutup rapat. Untuk menghindari penurunan mutu selama penyimpanan, sebaiknya nilam dikemas dalam botol-botol yang berwarna gelap yang terbuat dari gelas dan tertutup rapat. Botol diusahakan tidak di isi penuh tetapi disisakan ruang yang kosong 5-10% dari volume botol. Hal ini untuk mencagah terjadinya peledakan sewaktu disimpan.

2.7.5 Manfaat Minyak Nilam

Minyak atsiri merupakan minyak yang diperoleh dari daun, batang dan cabang nilam dengan cara penyulingan. Minyak yang dihasilkan terdiri dari komponen bertitik didih tinggi seperti patchouli alcohol, patchoulen, kariofilen dan non patchoulenol yang berfungsi sebagai zat pengikat. Minyak nilam yang terdapat pada daun adalah yang terbaik, oleh karena itu daun nilam merupakan


(54)

bagian terpenting dan berharga dari tanaman nilam. Apabila daunnya diremas atau dihaluskan, maka akan keluar bau harum yang khas. Ini yang menyebabkan banyak masyarakat desa secara tradisonal memanfaatkannya sebagai bahan pewangi ketika mandi atau mencuci pakaian sebagai pengganti sabun.

Tabel 2.2. Manfaat Minyak nilam

No Jenis Industri Minyak Nilam Maanfaatnya

1 Industri Parfum Pewangi Ruangan, osephix,Cologne,Spray fixative,

2 Industri Kosmetik Kosmetik untuk Mandi, Kosmetik Wangi-Wangian, Kosmetik Tradisional

3 Industri Obat-obatan Obat Kulit, Obat anti bau badan 4 Industri makanan dan minuman Permen, Minuman

5 Industri Sabun Sabun Cuci, Sabun Mandi, Sabun Cuci Piring,

Sumber: Kabupaten Pakpak Bharat dalam Angka 2008 1. Industri parfum

Perkembangan industri parfum dalam negeri terus berkembang sehingga permintaan akan minyak nilam cukup besar, dan ini akan terus berkembang sesuai dengan kemajuan teknologi khususnya dalam bidang gaya hidup (style). Minyak nilam adalah minyak atsiri yang tergolong pada kelompok aroma akhir (end note) dimana aromanya dapat bertahan lama, dan minyak nilam sendiri sebenarnya telah dapat disebut sebagai parfum.

Minyak nilam dapat berfungsi sebagai zat pengikat yang baik dan sangat penting sebagai bahan pembuatan parfum. Zat pengikat adalah suatu senyawa yang mempunyai daya menguap lebih rendah atau titik uapnya lebih tinggi dari zat pewangi, sehingga kecepatan penguapan zat pewangi dapat dikurangi atau


(55)

dihambat. Penambahan zat pengikat ini didalam parfum bertujuan untuk mengikat bau wangi dengan mencegah laju penguapan zat pewangi yang terlalu cepat, sehingga bau wangi tidak cepat hilang. Komposisi minyak nilam yang digunakan dalam suatu parfum dapat mencapai 50%.

Dalam industri parfum, minyak nilam tidak dapat digantikan oleh zat sintetik lainnya karena sangat berperan dalam menetukan kekuatan, sifat dan ketahanan wangi. Hal ini disebabkan oleh sifatnya yang dapat mengikat bau wangi dari bahan pewangi lain dan sekaligus dapat membentuk bau yang harmonis dalam suatu campuran parfum.

2. Industri sabun dan kosmetik

Industri sabun dan kosmetik dalam negeri juga berkembang dengan baik sehingga kebutuhan akan minyak nilam sebagai bahan baku industri terus meningkat. Fungsi minyak nilam dalam industri sabun dan kosmetik tidak berbeda dengan pada industri parfum yaitu sebagai zat pengikat agar wewangian tidak cepat hilang pada saat pemakaian. Banyaknya industri sabun dan kosmetik menggunakan minyak nilam sebagai pengikat karena sampai saat ini minyak nilam masih yang terbaik sebagai pengikat bahan. Disamping itu juga dapat bermanfaat sebagai antiseptik untuk mengobati gatal-gatal pada kulit.

3. Pestisida

Daun Tanaman nilam dapat digunakan sebagai bahan baku pestisida, dimana daun nilam digunakan sebagai insektisida terutama untuk mengusir ngengat kain (Thysanura) karena didalam mengandung zat yang tidak disukai oleh serangga tersebut, karena terdapat dalam komponen minyak nilam seperti pinen. Dari hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa


(56)

minyak nilam dapat digunakan sebagai pengendali populasi serangga karena sifatnya sebagai bahan penolak dan penghambat pertumbuhan serangga. Sebagai pengendali hama, minyak nilam mempunyai prospek yang cukup baik untuk dikembangkan sebagai salah satu bahan baku insektisida nabati.

Minyak nilam dapat digunakan untuk mengendalikan hama, baik hama gudang maupun hama tanaman. Minyak nilam mampu mematikan populasi Stegobium paniceum, yang merupakan hama ketumbar selama penyimpanan. Dengan mengoleskan sedikit minyak nilam disekitar dinding tempat penyimpanan, populasi Stegobium paniceum dapat berkurang sebesar 25 - 42 % setelah penyimpanan 9 hari. Dimana bagian akar, batang dan daun tanaman nilam dapat membunuh ulat Crocidolomia binotalis dan Spodotera litura yang merupakan hama penting pada tanaman, sedangkan daun dan pucuk nilam dapat membasmi semut (Formicida) dan kecoa (Blattidae) didalam rumah.

4. Dupa

Sisa dari hasil penyulingan minyak nilam masih dapat dimanfaatkan untuk bahan pembuat dupa, karena mempunyai aroma yang khas atau harum. Ampas tersebut dijemur kemudian digiling dan siap digunakan sebagai bahan baku pembuat dupa berbentuk lidi (joss stick). Dalam pemrosesannya bubuk halus ampas dicampur dengan bahan perekat (gum Arabic, dan dentrose), tepung onggok, tepung tempurung, pewarna dan pewangi lainnya. Semua bahan tersebut dicampur dibuat adonan dan selanjutnya dicetak berbentuk lidi.

5. Obat nyamuk bakar

Seperti diketahui bahwa minyak nilam selain mempunyai aroma yang khas juga bersifat menolak serangga. Pada saat ini industri obat nyamuk bakar


(57)

berkembang pesat di Indonesia dan pemakaiannya mencapai seluruh pelosok ditanah air. Komponen yang terkandung dalam formula obat nyamuk bakar antara lain adalah bahan pengisi (organic filler) dan bahan pewangi. Bahan pengisi yang biasa digunakan untuk obat nyamuk bakar antara lain serbuk tempurung kelapa atau ampas tebu. Sedangkan pewangi yang biasa digunakan misalnya kenanga dan bunga melati. Dengan menggunakan ampas dari penyulingan minyak nilam sebagai organic filler, maka obat nyamuk bakar akan beraroma harum ketika digunakan. Sebagai bahan pengisi, ampas nilam selain berbau harum juga bersifat menolak nyamuk ketika obat nyamuk tersebut dibakar.

6. Penggunaan lainnya

Limbah nilam yang berupa daundaunan dan batang dapat digunakan sebagai pupuk kompos atau mulsa. Ampas nilam yang digunakan sebagai pupuk pada tanaman lada mampu meningkatkan produksi lada. Hal ini disebabkan karena didalam limbah nilam masih terdapat bahan aktif yang dapat bersifat menolak (repellent) serangga Lophobaris piperis yang merupakan salah satu hama tanaman lada.

Penggunaan limbah nilam sebagai pupuk kompos dapat menghemat pemakaian pupuk Nitrogen sebesar 10 % dan disamping itu juga dapat meningkatkan kesuburan tanah. Di Bengkulu limbah nilam disamping digunakan sebagai pupuk di sawah, juga berfungsi sebagai penolak hama wereng. Kompos limbah sisa hasil prosesing minyak nilam mempunyai kandungan hara yang cukup tinggi dan potensial bagi sumber pupuk organik alternatif yang bermutuh tinggi.


(58)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah langkah dan prosedur yang dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi empiris guna memecahkan masalah dan menguji hipotesis dan penelitian. Metode penelitian ini untuk mengetahui permasalahan apa yang sedang dihadapi dan bagaimana memecahkan permasalahan tersebut. Dalam mengumpulkan data yang diperlukan untuk menyusun skripsi penulis menggunakan cara sebagai berikut:

3.1Ruang Lingkup Penelitian dan Daerah Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini dilakukan di Kabupaten Pakpak Bharat. Di kecamatan Sala, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kecamatan Sitellu Tali urang Julu. Dengan alasan, karena di Kecamatan tersebut sebagian besar penduduknya bermata pencaharian usaha tanaman dan pengolahan daun nilam. Sehingga sangat mendukung untuk dilakukan penelitian di Kabupaten tersebut.

3.2 Jenis Data dan Sumber Data

Dalam pengumpulan data dan informasi tentang berbagai hal yang menyangkut lama bertanam nilam, luas lahan produktif, banyaknya pupuk yang digunakan, biaya penyulingan, jumlah tenaga kerja yang digunakan, jarak antara permukiman responden dengan perkebunan nilam, serta informasi lain yang berkaitan dengan tanaman Nilam tersebut tentunya diperoleh melalui wawancara langsung dengan petani Nilam di Kabupaten Pakpak Bharat. Jenis data yang di gunakan adalah data Primer dan Data Sekunder.


(59)

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan, atau hasil observasi dari masyarakat yang memiliki usaha tanaman Nilam di Kabupaten Pakpak Bharat dengan menggunakan daftar pertanyaan atau kuesioner yang telah dipersiapkan penulis sebelumnya.

Data sekunder adalah data yang telah diolah. Diperoleh dari studi kepustakaan, buku literature, internet, jurnal, Dinas Pertanian daerah setempat, serta bacaan lain yang berhubungan dengan penelitian.

3.3Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi, yaitu dengan melakukan pengamatan langsung terhadap objek yang akan diteliti. Dalam hal ini pengamatan langsung ke Kabupaten Pakpak Bharat dengan melihat faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat produksi Nilam. 2. Wawancara, yaitu salah satu tekhnik pengumpulan data dan informasi dengan

mewawancarai masyarakat yang memiliki usaha tanaman Nilam di Kabupaten Pakpak Bharat.

3. Kuesioner ( Daftar Pertanyaan ), yaitu salah satu tekhnik pengumpulan data dan informasi dengan cara menyebarkan angket ( daftar pertanyaan ) kepada responden yang dijadikan sampel penelitian.

4. Studi Kepustakaan, yaitu mengumpulkan data dan informasi melalui berbagai literature yang relevan yang berhubungan dengan permasalahan yang ada dalam penulisan skripsi ini, dapat diperoleh dari buku-buku, internet dan lain-lain.


(60)

3.4Populasi dan Sampel 3.4.1Populasi

Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian yang akan diteliti. Dalam hal ini adalah seluruh masyarakat petani yang memiliki tanaman Nilam di Kabupaten Pakpak Bharat.

Populasi adalah kelompok element yang lengkap, yang biasanya berupa orang, objek, atau transaksi atau kejadian dimana kita tertarik untuk mempelajarinya atau objek penelitian ( Kuncoro, 2001: bab 3 ).

3.4.2Sampel

Sampel adalah sebagian / himpunan bagian dari unit populasi yang mewakili keseluruhan objek penelitian.

Kriteria pengambilan sampel dilakukan dengan Judgement sampling.

Judgement sampling adalah salah satu jenis Purposive sampling selain quota samping dimana penelintian memilih sampel berdasarkan penelitian terhadap beberapa karakteristik anggota sampel yang disesuaikan dengan maksud penelitian ( Kuncoro, 2003: bab 7 ). Dalam hal ini, penulis memilih Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kecamatan Sitellu Tali urang Julu dan Kecamatan Salak yang memiliki usaha budidaya tanaman nilam dan pengolahan melalui penyulingan daun nilam menjadi minyak. Jumlah Jumlah petani nilam yang menjadi responden dari Kecamatan Salak sebanyak 4 orang, jumlah responden dari kecamatan Salak relatif sedikit, hal ini disebabkan luas dan produksi nilam dari kecamatan Salak lebih sedikit jika dibandingkan dengan luas dan produksi nilam dari Kecamatan Sitellu Tali Urang Julu dan kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe. Responden dari Kecamatan Sitellu Tali Urang Julu berjumlah 12 orang dan


(1)

Lampiran VI. Hasil Estimasi Regresi Uji Normalitas

0 1 2 3 4 5 6 7 8

-1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0

Series: Residuals Sample 1 30 Observations 30 Mean -1.04e-16 Median -0.012872 Maximum 0.849591 Minimum -0.779854 Std. Dev. 0.347142 Skewness -0.009482 Kurtosis 3.163801 Jarque-Bera 0.033988 Probability 0.983150


(2)

Kuisioner Penelitian

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhu Tingkat Produksi Nilam Di Kabupaten Pakpak Bharat

I. Identitas Responden

1. Nama :

2. Umur :

3. Desa :

4. Kecamatan :

5. Kabupaten : Pakpak Bharat

6. Pendidikan a. Tidak pernah sekolah b. Tidak tamat SD c. Tamat SD d. Tamat SLTP e. Tamat SMA f. Diploma / sarjana

7. Jumlah tanggungan……….. ……orang 8. Pengalaman sebagai petani Nilam………..….. tahun 9. Pekerjaan sampingan selain petani nilam………..

II. Identitas Lahan

1. Sejak tahun berapa usaha bertanam dan mengolah daun nilam menjadi minyak?...

2. Bagaimana status lahan yang dikerjakan: ….……….?

a. Milik sendiri c. Menyewa


(3)

3. Jika menyewa, berapa sewa per Ha? Rp……… 4. Luas lahan produktif yang ditanami nilam saat ini.

a. 0,25 Ha c. 0,50 – 0,75 Ha

b. 0,25 – 0,50 Ha d. ≥ 0,75 Ha

e. Lain-lain, sebutkan……… 5. Tanaman nilam yang sudah menghasilkan

a. 0,25 Ha c. 0,50 – 0,75 Ha

c. 0,25 – 0,50 Ha d. ≥ 0,75 Ha

e. Lain-lain, sebutkan………. 6. Berapa jarak penanaman nilam dalam satu lahan?

a. 05 – 10 cm c. 30 – 45 cm

b. 15 – 25 cm d. 50 – 60 cm

e. Lain-lain,Sebutkan……….

III.Tenaga kerja

1. Berapa upah perharinya yang diberikan kepada

pekerja?Rp………..

2. Berapa jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk perawatan dan penyulingan daun nilam?

a. 1 orang c. 3 orang

b. 2 orang d. 4 orang

d. Lain-lain, sebutkan ………

3. Jika bukan perhari, berapa upah yang diberikan kepada pekerja dalam 1Ha?Rp……..


(4)

IV.Identitas produksi dan pendapatan usaha tani

1. Nilam dapat dipanen setelah berumur ………bulan 2. Berapa frekuensi kunjungan petani ke perkebunan untuk perawatan

tanaman nilam?

a. 10 kali c. 25 kali

b. 20 kali d. 30 kali

e. Lain-lain, sebutkan………

3. Berapa luas lahan nilam yang telah dapat menghasilkan minyak ?... 4. Dalam menghasilkan 1 Kg minyak nilam, Berapa Kg daun nilam kering

yang disuling?...

5. Dalam setahun, berapa kali daun nilam dapat diolah?

a. 2 kali c. 4 kali

b. 3 kali d. 6 kali

e. Lain-lain, sebutkan……….. 6. Dalam satu tahun berapa kali diberikan pupuk / kompos terhadap tanaman

Nilam?

a. 2 kali c.4 kali

b. 3 kali d. 5 kali

f. Lain-lain, Sebutkan………

7. Dalam pemberian pupuk, pupuk apa yang digunakan dan berapa harga pupuk per kilogram?

a. ………... sebanyak... / Rp ……….

b. ………..sebanyak……… / Rp ………


(5)

d. Kompos sebanyak………./ Rp………pergoni 8. Berapa biaya yang di gunakan dalam proses produksi penyulingan

nilam?...

9. Berapa jarak antara perkebunan nilam dengan permukiman anda? 10.Berapa rata-rata produksi minyak nilam/minggu?

a. 1 Kg c. 5 Kg

b. 3 Kg d. 10 Kg

e. Lain-lain, sebutkan………..

11.Berapa harga jual per Kg 6 bulan yang lalu? Rp………. Berapa harga jual per Kg 3 bulan yang lalu? Rp……… Berapa harga jual per Kg 2 tahun yang lalu? Rp……… 12.Kepada siapa hasil nilam dijual?

a. Pabrik

b. Agen (Toke,pedagang pengumpul,pemasaran sendiri, pedagang grosir) 13.Bagaimana sistem pembayaran?

a. Tunai b. Perminggu / Perbulan

c. Lain-lain,sebutkan………

14.Berasal dari manakah sumber modal usaha tanaman nilam anda sekarang? a. Dana sendiri c. Kredit perbankanAgen/toke

b. Koperasi

15.Jenis bibit yang digunakan?

a. Stek b. Semai

16.Bagaimana menurut Bapak / Ibu masa depan usaha tanaman nilam di Kabupaten Pakpak Bharat?


(6)

a. Baik,karena………...

b. Kurang baik,karena………

V. Hambatan-hambatan dalam pengelolaan usaha tanaman Nilam

1. Hambatan apa saja yang dihadapi dalam mengelola tanaman nilam?

a. ………..

b. ………..

c. ………

2. Bagaiman cara Bapak / Ibu mengatasi masalah tersebut?

a. ………

b. ………

Saya ucapkan trimakasih sebesar-besarnya atas waktu dan kesempatan yang diberikan Bapak/Ibu