Keadaan Alam dan Iklim

Terlepas dari benar atau tidaknya kisah dan misteri tersebut, kearifan lokal masyarakat Gayo telah membuat banyak pendatang baik luar datang mengais rejeki di kota ini. Dan Takengon bisa dikatakan sebagai kota teramah di seantero Provinsi Nangroe Aceh Darussalam. Sehingga tak heran Takengon menjadi ikon pariwisata Aceh. Berbeda dengan sebagian besar kota-kota di Aceh yang lebih ramai di malam hari, aktifitas di Takengon lebih banyak dilakukan di siang hari, sedangkan di malam hari nyaris sepi karena memang udara malam yang sangat dingin dan penduduk lebih banyak menghabiskan waktu di rumah.

3.3 Keadaan Alam dan Iklim

Kawasan takengon ini merupakan dataran tinggi yang berhawa sejuk dengan ketinggian sekitar 1200 m di atas permukaan laut. Banyak terdapat tempat wisata di kawasan ini. Sebagian besar penduduknya berasal dari suku Gayo. Selain itu terdapat pula suku-suku lainnya, seperti Suku Aceh dan Suku Jawa. 99 persen masyarakat Aceh Tengah beragama Islam. Masyarakat Aceh Tengah memiliki tradisi tahunan pada saat perayaan proklamasi Indonesia yaitu pacu kuda tradisional. Hal yang unik dari pacu kuda tradisional ini adalah jokinya yang muda berumur antara 10-16 tahun. Selain itu, joki juga tidak menggunakan sadel. Pada umumnya, orang Gayo, penduduk dominan di kabupaten ini dikenal dari sifat mereka yang sangat menentang segala bentuk penjajahan. Daerah ini dulu dikenal sebagai kawasan yang sangat menentang pemerintahan kolonial Belanda. Masyarakat Gayo adalah penganut Islam yang kuat. Masyarakat di Gayo banyak yang Universitas Sumatera Utara memelihara kerbau, sehingga ada yang mengatakan jika melihat banyak kerbau di Aceh maka orang itu sedang berada di Gayo. Penduduk asli Takengon adalah Suku Gayo. Mereka merupakan keturunan dari Batak Karo di Sumatera Utara. Bahasa daerahnya pun berbeda dengan bahasa daerah penduduk Aceh pada umumnya. Kota Takengon berhawa sejuk dengan keindahan alamnya yang luar biasa, dan berada di kawasan dataran tinggi Gayo. Komoditi-komoditi unggulan yang dipasarkan di Kota Takengon adalah komoditi-komoditi yang berasal dari dataran tinggi Gayo, seperti kopi Gayo kopi arabika yang terkenal yang diekspor ke Jepang, Amerika dan Eropa, tomat, markisa, sayur-sayuran, jagung, cabe dan kentang. markisa, tomat, cabe, jagung, sayur-sayuran, jeruk keprok Gayo, alpukat, tembakau dan damar. Akses menuju Takengon lebih mudah ditempuh melalui Kota Bireun. Ada sebuah terminal kecil tempat mangkal angkutan yang khusus ke Takengon dengan harga kurang lebih sebesar Rp. 25.000,00 Januari 2008. Lamanya perjalanan sekitar 5 jam. Selain dari Kota Bireun, jalan alternatif menuju Takengon dapat juga ditempuh melalui Blang Kejeren dan Kutacane. Sebagai informasi, Bireun adalah Ibu Kota Kabupaten Bireun, Nanggroe Aceh Darussalam, Indonesia. Takengon mempunyai iklim yang sangat sejuk dan basah yang dipengaruhi oleh angin monsun barat dan monsun timur.

3.4 Kepedudukan