Akibat Hukum yang Timbul dari Wanprestasi

Akta sejenis ini merupakan peringatan secara tertulis, maksudnya dapat berupa akta di bawah tangan atau dengan akta notaris. 3. Tersimpul dari perjanjiannya sendiri Maksudnya sejak membuat perjanjian para pihak sudah menentukan saat kapan terjadinya wanprestasi. Pernyataan lalai sebenarnya merupakan suatu peringatan dari kredituragar debitur berprestasi, selambat-lambatnya pada suatu saat tertentu. 50 a. Pemenuhan perjanjian; Menurut Pasal 1267 KUH Perdata, pihak kreditur dapat menuntut pihakdebitur yang lalai dengan memilih beberapa kemungkinan tuntutan sebagaiberikut : b. Pemenuhan perjanjian disertai dengan ganti rugi; c. Ganti rugi saja; d. Pembatalan perjanjian; e. Pembatalan perjanjian disertai dengan ganti rugi. Sedangkan bagi seorang debitur yang dituduh wanprestasi dapat mengajukan beberapa alasan sebagai alat untuk membela diri, yaitu 51 1 Mengajukan alasan bahwa kreditur telah lalai; : 2 Mengajukan tuntutan adanya keadaan memaksa; 3 Mengajukan alasan bahwa kreditur telah melepaskan haknya untuk menuntut ganti rugi.

B. Akibat Hukum yang Timbul dari Wanprestasi

50 J. Satrio, Op.Cit., hal. 106. 51 R. Subekti, HukumPerjanjian, Intermasa, Jakarta, 1985, hal 47-49. Universitas Sumatera Utara Bank sebagai pemberi jaminan akan melaksanakan pemberianjaminan atau dengan perkataan lain melaksanakan pembayaran kepada pihakyang menerima jaminan apabila dikemudian hari terjamin cidera janji wanprestasi, yakni : tidak memenuhi kewajibannya sebagairnana telah ditentukan diperjanjikan kepada penerima jaminan. 52 Wanprestasi menimbulkan akibat hokum bagi perjanjian yang telah disepakati oleh para pihak karena perjanjian tersebut sejak tanggal disetujui dan ditandatangani berlaku sebagai undang-undang yang harus dipatuhi. Ada empat akibat hokum sebagai akibat adanya wanprestasi dari salah satu pihak yaitu : 53 1. Perikatan tetap ada Kreditur masih tetap dapat menuntut kepada debitur pelaksanaan prestasi, apabila ia terlambat memenuhi prestasi. Di samping itu, kreditur berhak menuntut ganti rugi akibat keterlambatan melaksanakan prestasinya. Hal ini disebabkan kreditur akan mendapat keuntungan apabila debitur melaksanakan prestasi tepat pada waktunya. 2. Debitur harus membayar ganti rugi kepada kreditur Pasal 1243 KUHPerdata. 3. Beban resiko beralih. Untuk kerugian debitur, jika halangan itu timbul setelah debitur wanprestasi, kecuali bila ada kesengajaan atau kesalahan besar dari pihak kreditur. Oleh karena itu debitur tidak dibenarkan untuk berpegang pada keadaan memaksa overmacht. 52 Huyarso dan Achmad Anwari, Bank Garansi Menjamin Berhasilnya Usaha Anda, Balai Aksara, Jakarta, 1981, hal 33. 53 HardyanRusli, HukumPerjanjian Indonesia dan Common Law, SinarHarapan, Jakarta, 1998, hal. 26 Universitas Sumatera Utara 4.Jika perikatan lahir dari perjanjian timbale balik kreditur dapat membebaskan diri dari kewajibannya memberikan kontra prestasi dengan menggunakan Pasal 1266 KUHPerdata. Pasal 1266 KUH Perdata menyatakan bahwa, “syarat batal dianggap selalu dicantumkan dalam persetujuan-persetujuan yang bertimbal balik, manakala salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya. Dalam hal yang demikian persetujuan tidak batal demi hukum, tetapi pembatalan harus dimintakan kepada hakim. Permintaan ini juga harus dilakukan meskipun syarat batal mengenai tidak dipenuhinya kewajiban dinyatakan di dalam perjanjian. Jika syarat batal tidak dinyatakan dalam persetujuan, hakim adalah leluasa untuk menurut keadaan, atas permintaan si tergugat, memberikan suatu jangka waktu untuk masih juga memenuhi kewajibannya jangka waktu mana namun itu tidak boleh lebih dari satu bulan”. Kreditur dapat menuntut kepada debitur yang telah melakukan wanprestasi hal-hal sebagai berikut : 54 1. Kreditur dapat meminta pemenuhan prestasi saja dari debitur. 2. Kreditur dapat menuntut prestasi disertai ganti rugi kepada debitur Pasal 1267 KUHPerdata. Pasal 1267 KUH Perdata menyatakan bahwa, “Pihak terhadap siapa perikatan tidak dipenuhi, dapat memilih apakah ia, jika hal itu masih dapat dilakukan, akan 54 Handri Raharjo, Op.Cit., hal 81-84. Universitas Sumatera Utara memaksa pihak yang lain untuk memenuhi perjanjian, apakah ia akan menuntut pembatalan perjanjian, disertai penggantian biaya kerugian dan bunga”. 3. Kreditur dapat menuntut dan meminta ganti rugi, hanya mungkin kerugian karena keterlambatan. 4. Kreditur dapat menuntut pembatalan perjanjian. 5. Kreditur dapat menuntut pembatalan disertai ganti rugi kepada debitur, ganti rugi itu berupa pembayaran uang denda. Pada dasarnya perbuatan wanprestasi dalam suatu perikatan akan menimbulkan kerugian bagi salah satu pihak. Oleh karena itu pihak yang melakukan wanprestasi tersebut diwajibkan untuk melakukan ganti rugi atas perbuatan wanprestasi yang dilakukannya tersebut. Akibat hukum yang timbul dari wanprestasi dapat juga disebabkan karenakeadaan memaksa force majeur. Keadaan memaksa force majeur yaitu salahsatu alasan pembenar untuk membebaskan seseorang dari kewajiban untukmengganti kerugian Pasal 1244 dan Pasal 1445 KUHPerdata. Menurut Undang- undangada tiga hal yang harus dipenuhi untuk adanya keadaan memaksa, yaitu: a. Tidak memenuhi prestasi, b. Ada sebab yang terletak di luar kesehatan debitur, c. Faktor penyebab itu tidak terduga sebelumnya dan tidak dapat dipertanggungjawabkan kepada debitur. Pasal 1244 KUHPerdata berbunyi: Universitas Sumatera Utara “Jika ada alasan untuk itu, si berhutang harus dihukum mengganti biaya, rugi dan bunga, apabila ia tidak dapat membuktikan bahwa hal tidak dilaksanakan atau tidak pada waktu yang tepat dilaksanakannya perjanjian itu, pun tidak dapat dipertanggungjawabkan padanya, kesemuanya itupun jika itikad buruk tidaklah ada pada pihaknya

C. Keadaan Memaksa