Jenis-jenis perjanjian kredit atau Bank Garansi

satu dasar yang cukup jelas bagi bank mengenai keharusan adanya suatu perjanjian kredit adalah bunyi Pasal 1 ayat 12 Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan, disebutkan bahwa kredit diberikan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dan pihak lain, dengan demikian maksud pembentuk undang-undang untuk mengharuskan hubungan kredit dibuat perjanjian tertulis, namun untuk lebih jelasnya ketentuan undang-undang tersebut harus dikaitkan dengan Instruksi Presidium Kabinet No.15EKIN101966 tanggal 3 Oktober 1966 dan Instruksi Presidium Kabinet Ampera No.10EKIN21967 tanggal 6 Februari 1967, yang menentukan bahwa dalam memberikan kredit dalam bentuk apapun bank-bank wajib mempergunakan atau membuat akad perjanjian kredit. 32 Sehubungan dengan itu yang paling penting diadakannya perjanjian kredit adalah filosofi dari keharusan adanya perjanjian kredit atas setiap pemberian kredit atau Bank Garansi kepada nasabahnya. Selanjutnya untuk pemberian Bank Garansi, perjanjian Bank Garansi adalah merupakan hal yang sangat penting karena apabila Bank Garansi tersebut diterbitkan oleh bank kemudian dilakukan klaim oleh pihak penerima Bank Garansi atau pihak ketiga bouwheer, maka Bank Garansi tersebut akan otomatis berubah menjadi pemberian fasilitas kredit oleh bank kepada nasabahnya.

2.2. Jenis-jenis perjanjian kredit atau Bank Garansi

Secara yuridis formal ada dua jenis perjanjian kredit atau pemberian Bank Garansiyaitu : 32 Sutan Remy Sjahdeini,Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan Yang Seimbang Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, Institut Bankir Indonesia, Jakarta, 1993, hal.180-181. Universitas Sumatera Utara 1 Perjanjian kredit atau pemberian Bank Garansi yang dibuat dibawah tangan. Yang dimaksud dengan akta perjanjian kredit atau Bank Garansi dibawah tangan adalah perjanjian kredit atau pemberian Bank Garansi yang dibuat diantara mereka dan perjanjian kredit atau Bank Garansi tanpa dihadapan Notaris.Bahkan penerapan dalam prakteknya bahwa dalam penandatangannya yang dipersiapkan oleh bank tanpa adanya saksi yang turut serta dalam membubuhkan tandatangannya. a Kelemahan; Ada beberapa kelemahan dari akta perjanjian kredit atau pemberian Bank Garansi di bawah tangan antara lain ; Bahwa apabila suatu saat nanti terjadi wanprestasi oleh debitor, pada akhirnya akan diambil tindakan hukum melalui proses pengadilan, maka debitor yang bersangkutan menyangkali atau memungkiri tanda tangannya, akan berakibat mentahnya kekuatan hukum perjanjian kredit atau pemberian Bank Garansi yang telah dibuat tersebut, dalam Pasal 1877 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata disebutkan bahwa jika seorang memungkiri tulisan atau tandatangannya, hakim harus memerintahkan supaya kebenaran dari tulisan atau tandatangannya diperiksa dimuka pengadilan, yang mana formulirnya telah disediakan oleh bank form standar atau baku, maka tidak mungkin terdapat kekurangan data-data yang seharusnya dilengkapi untuk suatu kepentingan pengikatan bukan tidak mungkin kredit atau pemberian Bank Garansi, bahkan bukan tidak mungkin pelayanan, penandatanganan Universitas Sumatera Utara perjanjian dilakukan walaupun formulir perjanjian masih dalam perjanjian dalam bentuk blangko atau kosong, kelemahan ini pada hakekatnya akan merugikan bank jika suatu saat berperkara dengan nasabahnya. Sehubungan dengan itu untuk menyempurnakan permulaan pembuktian tulisan sebagaimana diatur dalam Pasal 1902 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, dalam suatu peristiwa atau hubungan hukum menurut undang- undang hanya dapat dibuktikan dengan tulisan atau akta, namun alat bukti tulisan tersebut hanya berkualitas sebagai pembuktian tulisan, penyempurnaan pembuktiannya dapat ditambah dengan saksi. 33 b Arsip atau File surat asli Pada dasarnya merupakan suatu kelemahan dari perjanjian yang dibuat dibawah tangan, dalam arti bahwa apabila akta perjanjian kredit atau Bank Garansi yang dibuat dibawah tangan aslinya hilang karena sebab apapun, bank tidak memiliki arsip atau file asli, hal ini akan membuat posisi bank akan menjadi lemah jika terjadi perselisihan. c Isian blangko perjanjian Dalam hal perjanjian kredit atau pemberian Bank Garansi dilakukan dibawah tangan, kemungkinan terjadi debitor mengingkari atau memungkiri isi perjanjian, hal ini disebabkan dalam pembuatan akta perjanjian kredit atau pemberian Bank Garansi, form blangkonya telah disiapkan bank, sehingga debitor atau pemohon Bank Garansi dapat mengelak bahwa yang 33 M.Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata, Sinar Grafika, Jakarta, 2007, hal.624. Universitas Sumatera Utara bersangkutan pada waktu menandatangani blangko kosong, sehingga tidak mengetahui isi perjanjian tersebut. 2 Perjanjian kredit atau Bank Garansi yang dibuat dihadapan Notarisdan akta otentik. Yang dimaksud dengan akta perjanjian kredit atau pemberian Bank Garansi notaril otentik adalah perjanjian pemberian kredit atau Bank Garansi oleh bank kepada nasabahnya yang hanya dibuat oleh atau dihadapan Notaris. 34 Sehubungan dengan itu bahwa kekuatan pembuktian formil pada akta otentik dijelaskan dalam Pasal 1871 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, bahwa segala keterangan yang tertuang didalamnya adalah benar diberikan dan disampaikan penandatangan kepada pejabat yang membuatnya, untuk itu kebenaran yang tercantum didalamnya benar dari orang yang menandatanganinya, tetapi juga meliputi kebenaran formil yang dicantum oleh pejabat pembuat akta yaitu mengenai tanggal yang tertera didalamnya, dalam Undang-Undang Jabatan Notaris Nomor 30 tahun 2004,Pasal 15 ayat 1 menyebutkan bahwa Notaris Dalam Pasal 1868 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyebutkan : bahwa suatu akta otentik ialah suatu akta yang didalam bentuk yang ditentukan oleh undang- undang, dibuat oleh atau dihadapan pegawai-pegawai umum yang berkuasa untuk itu ditempat dimana akta dibuatnya, dari penjelasan Pasal 1868 Kitab Undang- Undang Hukum Perdata bahwa akta otentik dibuat oleh atau dihadapan pejabat yang berwenang dalam hal ini disebut pejabat umum. 34 H.R.Daeng Naja, Hukum Kredit Dan Bank Garansi, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, 2005, hal.185. Universitas Sumatera Utara berwenang membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian, dan ketetapan yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangan dan atau atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta otentik, menjamin kepastian tanggal pembuatan akta, menyimpan akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan akta, semuanya itu sepanjang pembuatan akta-akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh undang-undang. 35 Dalam putusan Mahkamah Agung Nomor 3917 KPdt1986, dapat ditarik kesimpulan, pada dasarnya apa yang tertuang dalam akta notaris, harus dianggap benar merupakan kehendak para pihak. 36 Berkaitan dengan yang tersebut diatas bahwa notaris adalah sebagai pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik sebagaimana disebutkan dalam pasal 1 angka 1 Undang-Undang Jabatan Notaris Nomor 30 tahun 2004. 37

2.3. Komposisi perjanjian kredit atau pemberian Bank Garansi