1 Adanya syarat-syarat tangguh yang harus dipenuhi terlebih dahulu oleh nasabah sebelum bank berkewajiban untuk Bank Garansi tersebut kepada
nasabah yang selanjutnya menyerahkan kepada bouwheer. 2 Adanya janji-janji nasabah untuk melakukan hal-hal tertentu selama
perjanjian pemberian Bank Garansi masih berlaku d Klausul biaya-biaya yang harus dibayar nasabah
Klausul ini penting karena hanya dari biaya-biaya inilah bank memperoleh pendapatan dari pemberian Bank Garansi. Tidak adanya pembebanan bunga pada
pemberian Bank Garansi karena tidak adanya cash out pengeluaran dengan tunai oleh bank kepada nasabah, cash out terjadi setelah adanya klaim dari
pemegang Bank Garansi. Adapun biaya-biaya tersebut adalah provisi dan administrasi.
e Klausul barang jaminan. Klausul ini sangat penting karena apabila terjadi klaim atas Bank Garansi
tersebut, bank akan mengeluarkan dana klaim yang harus dibayar kepada pemegang Bank Garansi. Dengan demikian dana yang dikeluarkan tersebut
tercover tertutupi oleh suatu jaminan yang telah diikat sebelumnya oleh bank dalam suatu perjanjian pemberian Bank Garansi.
2.5. Hubungan Hukum Para Pihak Dalam Bank Garansi
Jika suatu bank bersedia untuk menerbitkan suatu Bank Garansi berarti bank menjamin menggaransi untuk memenuhi suatu kewajiban atau prestasi tertentu
Universitas Sumatera Utara
apabila pihak terjamin dikemudian hari tidak memenuhi prestasinya wanprestasi kepada pihak yang menerima jaminan sebagaimana dengan yang telah diperjanjikan
sebelumnya. Ditinjau dari segi hukum, pola hubungan tersebut di atas pada hakekatnya
merupakan perjanjian borgtocht atau perjanjian penangguhan. Perjanjian penangguhan atau borgtocht pengaturannya dapat ditemukan pada KUH Perdata dalam buku ketiga
bab XVII Pasal 1820 sampai dengan Pasal 1850. Substansi borgtocht atau perjanjian ini adalah suatu persetujuan dimana pihak ketiga, guna kepentingan kreditur berjanji dan
mengikat diri akan memenuhi kewajiban debitur, jika si debitur sendiri tidak mungkin atau tidak sanggup memenuhi kewajiban yang diperjanjikan. Mengenai yang demikian
ini pengaturannya terdapat pada Pasal 1820 KUH Perdata. Dalam pemberian Bank Garansi, bank sebagai pihak yang memberikan jaminan
yang akan menggantikan kedudukan pihak yang lalai atau yang melakukan wanprestasi untuk memenuhi kewajiban memberikan prestasinya menurut perjanjian kepada pihak
penerima jaminan. Dalam hal ini bank yang mengikat diri untuk memenuhi kewajiban terjamin pada pihak ketiga atau pihak penerima jaminan apabila terjadi wanprestasi.
Melihat dari sudut keterkaitan bank, Bank Garansi merupakan suatu pengakuan atau perjanjian tertulis dimana bank bersedia untuk mengikatkan diri kepada penerima
jaminan guna memenuhi kewajiban terjamin dalam suatu jangka waktu tertentu dan dengan syarat-syarat tertentu berupa pembayaran sejumlah uang tertentu apabila
Universitas Sumatera Utara
terjamin dikemudian hari ternyata tidak memenuhi kewajibannya kepada pihak penerima jaminan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan bagi penerima Bank Garansidalam pemberian garansi bank adalah:
39
1. Memastikan keaslian dan keabsahan Bank Garansi dengan cara menghubungi bank penerbit;
2. Memeriksa masa berlaku Bank Garansi sesuai dengan jangka waktu proyek; dan 3. Memeriksa dan memahami syarat-syarat klaim untuk memudahkan pihak
penerima Bank Garansi melakukan claim apabila diperlukan. Sedangkan bagi pihak yang dijamin Bank Garansi, hal yang perlu diperhatikan
adalah:
40
a. Memperhatikan biaya-biaya yang harus dibayar dalam rangka penerbitan Bank Garansi;
b. Dalam melaksanakan kewajiban sesuai dengan yang diperjanjikan dengan pihak penerima jaminan sehingga tidak terjadi klaim atas Bank Garansiyang diterbitkan;
c. Proses penerbitan Bank Garansisama halnya dengan proses pemberian kredit, sehingga pihak yang dijamin perlu menjelaskan usaha tersebut secara terbuka
kepada Bank. Sebagaimana diuraikan di atas, bahwa garansi bank diterbitkan oleh perbankan untuk meminjam pelaksanaan prestasi yang dijanjikan terjamin
39
H.R. Daeng Naja, Op. cit., hal. 162.
40
Ibid, hal. 164.
Universitas Sumatera Utara
kepada penerima jaminan apabila terjamin tidak melakukan prestasi tersebut. Dengan demikian, lembaga garansi bank merupakan bentuk dari perjanjian
penanggungan borghtoch yang diatur dalam Buku III KUH Perdata dalam Pasal 1820-1850 KUH Perdata.
Akibat-akibat hukum yang timbul dari suatu perjanjian jaminan antara penjamin dan penerima jaminan diatur dalam Pasal 1831-1838 KUH Perdata sedangkan akibat-
akibat hukum yang muncul antara penjamin dan terjamin ditentukan dalam Pasal 839- 1844 KUH Perdata. Ketentuan tentang perjanjian yang diatur dalam buku III KUH
Perdata, termasuk ketentuan mengenai perjanjian jaminan penaggungan hutang dalam Pasal 1820-1850 KUH Perdata menganut sistem terbuka.Para pihak bebas
menentukan sendiri isi perjanjian diantara mereka.Peraturan dalam hukum perjanjian bersifat pelengkap yang berarti ketentuan tersebut disediakan oleh pembentuk
undang-undang untuk dipergunakan oleh para pihak yang membuat perjanjian apabila ternyata mereka kurang lengkap atau belum mengatur suatu hal tertentu.
Dalam pelaksananan perjanjian garansi bank, apabila terjamin tidak melakukan kewajibannya kepada penerima jaminan maka pihak bank yang harus menunaikan
kewajiban tersebut dengan membayar sejumlah uang seperti yang tertera dalam garansi bank.Dengan dilaksanakannya pembayaran garansi bank kepada penerima
jaminan, maka jumlah yang dibayarkan itu menjadi hutang terjamin kepada bank. Pihak bank akan segera mencairkan counter guarantee yang telah diberikan terjamin untuk
membayar kembali dana yang diserahkan bank kepada pihak penerima jaminan.
Universitas Sumatera Utara
Apabila langkah tersebut masih menyisakan hutang bagi terjamin kepada pihak bank maka terjamin harus membayar hutang tersebut dalam suatu jangka waktu
tertentu.Apabila dalam durasi waktu yang telah ditentukan, terjamin tidak melunasi hutangnya maka hubungan hukum antara penjamin bank dengan terjamin nasabah
berubah menjadi hubungan kreditor dengan debitor dalam suatu perjanjian kredit biasa.Berdasarkan hal ini, maka diantara terjamin dan bank dibuat akta perjanjian
kredit untuk jangka waktu yang ditentukan pihak bank.
Universitas Sumatera Utara
BAB III AKIBAT HUKUM WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT
A. Wanprestasi DalamPerjanjian
Suatu perjanjian dalam pelaksanaannya ada kemungkinan tidak sesuaidengan yang diperjanjikan atau mungkin tidak dapat dilaksanakan karena adanya
hambatan-hambatan dalam pelaksanaannya. Hambatan-hambatan tersebutdapat terjadi berupa wanprestasi dan keadaan memaksa.
41
Prestasi dari perikatan harus memenuhi syarat: Sebelum membahas tentang wanprestasi,
terlebih dahuluharusdiketahui arti dari prestasi. Prestasi adalah segala sesuatu yangmenjadi hak kreditur dan merupakan kewajiban bagi debitur. Menurut Pasal
1234KUHPerdata, prestasi dapat berupa: memberi sesuatu; berbuat sesuatu;dan tidak berbuat sesuatu.
1. Harus diperkenankan, artinya prestasi itu tidak melanggar ketertiban,kesusilaan, dan Undang-undang.
2. Harus tertentu atau dapat ditentukan. 3. Harus memungkinkan untuk dilakukan menurut kemampuan manusia.
42
Prestasi atau yang dalam bahasa Inggris disebut juga denganistilah “performance” dalam hukum kontrak dimaksudkan sebagaisuatu pelaksanaan hal-hal
yang tertulis dalam suatu kontrak olehpihak yang telah mengikatkan diri untuk itu,
41
J. Satrio, Hukum Perikatan
‐
Perikatan Pada Umumnya, Alumni, Bandung, 1999, hal. 83.
42
HandriRaharjo, Hukum Perjanjian di Indonesia, Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2009, hal. 79.
Universitas Sumatera Utara