Pengetahuan Gizi Ibu Karakteristik Keluarga

Menurut Budi 2006, perilaku ibu dalam menghadapi anak balita yang sakit dan pemantauan kesehatan terprogram adalah pola pengasuhan kesehatan yang sangat mempengaruhi status gizi anak balita. Anak balita yang mendapatkan imunisasi akan lebih rendah mengalami risiko penyakit. Anak balita yang dipantau status gizinya di Posyandu melalui kegiatan penimbangan akan lebih dini mendapatkan informasi akan adanya gangguan status gizi. Sakit yang lama, berulang akan mengurangi nafsu makan yang berakibat pada rendahnya asupan gizi. Pemantuan pertumbuhan anak dapat dilakukan dengan aktif mendatangi kegiatan pemeliharaan gizi, misalkan posyandu. Sebagian aktif mengikuti pemeliharaan gizi maka orang tua dapat melihat pertumbuhan anak melalui penimbangan bayi, pemberian vitamin A pada bulan Februari dan Agustus serta pemberian makanan tambahan Shochib, 1998.

2.2. Karakteristik Keluarga

2.2.1. Pengetahuan Gizi Ibu

Menurut Notoatmodjo 1997, pengetahuan adalah merupakan hasil dan “tahu”, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengetahuan berasal dan kata tahu yang berarti mengerti sesudah melihat, menyaksikan, mengalami. Pengetahuan itu sendiri berarti berkenan dengan hal mata pelajaran. Pengetahuan itu dapat diperoleh dan pengalaman langsung maupun pengalaman dan orang lain yang sampai Universitas Sumatera Utara kepadanya. Selain itu dapat juga melalui media komunikasi seperti radio, televisi, poster, majalah, dan surat kabar. Suatu hal yang menyakinkan tentang pentingnya pengetahuan gizi didasarkan pada tiga kenyataan : 1 Status gizi yang cukup adalah penting bagi kesehatan dan kesejahteraan. 2 Setiap orang hanya akan cukup gizi jika makanan yang dimakannya mampu menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh yang optimal, pemeliharaan dan energi. 3 Ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk dapat belajar menggunakan pangan dengan baik bagi kesejahteraan gizi. Kurangnya pengetahuan dan salah konsepsi tentang kebutuhan pangan dan nilai pangan adalah umum di setiap negara di dunia. Kemiskinan dan kekurangan persediaan pangan yang bergizi merupakan faktor penting dalam masalah kurang gizi Lain sebab yang penting dan gangguan gizi adalah kurangnya pengetahuan tentang gizi ataupun kemampuan untuk menerapkan informasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Kebutuhan pangan teristimewa anak-anak dan wanita selama hamil dan menyusui sering tidak dimengerti sop, bubur encer atau kuah daging kadang-kadang dianggap sebagai suatu susunan makanan yang baik untuk anak-anak kecil pada masa disapih. Berhubung mereka kecil dan laju pertumbuhannya cepat, anak-anak kecil perlu makanan yang mudah dicerna dan mutu gizinya sangat baik serta disajikan kepada mereka beberapa kali setiap hari, dan sudah tentu, tidak kurang dari tiga kali sehari Suhardjo, 1986. Universitas Sumatera Utara Perilaku seseorang dalam memilih makanan sangatlah subjektif. Hal ini dapat dimengerti karena pemilihan dipengaruhi oleh latar belakang hidup seseorang khususnya seorang ibu. Pada umumnya ada tiga pengaruh seseorang dalam memilih makanan, yaitu 1 lingkungan keluarga, tempat seseorang hidup dan dibesarkan; 2 lingkungan kepada dirinya maupun keluarganya; dan 3 dorongan yang berasal dalam diri atau disebut faktor internal. Lingkungan keluarga mengajarkan untuk menyukai makanan tertentu sesuai dengan ragam pangan keluarga. Sejak kecil anak dikenalkan berbagai aroma, rasa, rupa, dan bentuk secara terus-menerus sebatas konsep pangan yang dinnliki keluarga. Ibu sebagai pemegang konsep pangan keluarga memiliki peran yang penting dalam mengajarkan arti pangan kepada anaknya. Kemampuan ini didukung oleh seberapa banyak pengetahuan seorang ibu tentang kualitas, kuantitas, variasi, ataupun ragam pangan yang diselaraskan dengan pangan. Misalnya konsep pangan yang berkaitan dengan kebutuhan fisik, apakah makan asal kenyang atau makan untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Selain itu konsep pangan yang berhubungan dengan aspek psikologis, yaitu kesukaan terhadap beberapa jenis makanan tertentu. Bisa juga konsep pangan yang hubungan dengan pengertian tabu. Seorang ibu yang memiliki pandangan tradisional tentu akan tetap mempertahankan konsep pangan seperti yang diajarkan oleh kedua orang tuanya yang bersifat turun-temurun. Kondisi ini semakin berakar kuat ketika fungsi keluarga sebagai penopang pemenuhan kebutuhan makan masih dominan Marwanti, 2000 Universitas Sumatera Utara Tingkat pengetahuan akan berpengaruh terhadap tindakan dan perilaku seseorang karena berhubungan dengan daya nalar, pengalaman, dan kejelasan konsep mengenai objek tertentu. Pengetahuan serta kesukaan ibu terhadap jenis-jenis makanan tertentu sangat berpengaruh terhadap hidangan-hidangan yang disajikan kepada anak balita yang sudah mulai disapih. Pengetahuan gizi ibu sangat diperlukan dalam upaya pemilihan makanan yang akan dikonsumsi, dengan tujuan agar makanan tersebut memberikan gizi yang sesuai dengan yang dibutuhkan oleh tubuh. Kurangnya pengetahuan tentang gizi merupakan faktor yang sangat penting dalam menimbulkan keadaan gizi salah terutama pada golongan yang masih rawan seperti balita. Hal yang sangat berpengaruh pada kurangnya pemahaman ibu tentang gizi adalah karena tiadanya informasi yang memadai. Sekalipun kurangnya daya beli merupakan hal yang utama, tetapi masalah kebutuhan gizi akan bisa diatasi kalau si ibu mempunyai pemahaman dan tahu bagaimana seharusnya memanfaatkan segala sumber yang dimiliki.

2.2.2 Peran Ibu dalam Keluarga