Pola Asuh Makan Pola Asuh

Menurut Soekirman 2000, Pola asuh adalah praktek di rumah tangga yang diwujudkan dengan tersedianya pangan dan perawatan kesehatan serta sumber lainnya untuk kelangsungan pangan, pertumbuhan dan perkembangan anak. Pola asuh yang baik akan mempengaruhi keadaan kesehatan dan keadaan gizi pada anak, dimana pola pengasuhan ini mencakup bagaimana cara ibu memberikan makan, bagaimana ibu merawat, memelihara kesehatan dan hygiene anak dan ibu serta bagaimana ibu memberikan kasih sayang pada anaknya.

2.1.2 Pola Asuh Makan

Pola asuh makan adalah cara seseorang, kelompok orang dan keluarga dalam memilih jenis dan jumlah bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang atau lebih dan mempunyai khas untuk satu kelompok tertentu. Pola pemberian makan adalah pemberian makan harus disesuaikan dengan usia anak balita. Makanan harus mengandung energi dan semua zat gizi yang dibutuhkan pada tingkat umurnya Triton, 2006. Sedangkan menurut Wijaya 2007 pola asuh makan merupakan praktek pengasuhan yg diterapkan oleh ibu kepada anaknya yang berkaitan dengan cara dan sanitasi makan. Jumlah dan kualitas makanan yang dibutuhkan untuk konsumsi anak penting sekali dipikirkan, direncanakan dan dilaksanakan oleh ibu atau pengasuhnya. Pola asuh makan merupakan praktek-praktek pengasuhan yang diterapkan oleh ibupengasuh kepada anak yang berkaitan dengan pemberian makanan. Pemberian makanan kepada anak diperlukan untuk memperoleh kebutuhan zat gizi yang cukup untuk kelangsungan hidup, pemulihan kesehatan sesudah sakit, aktivitas, pertumbuhan dan perkembangan. Secara fisiologik, makan merupakan suatu bentuk Universitas Sumatera Utara pemenuhan atau pemuasan rasa lapar. Untuk seorang anak, makan dapat dijadikan media untuk mendidik anak supaya dapat menerima, menyukai dan memilih makanan yang baik Santoso Ranti, 2004. Di Indonesia pola asuh makan terhadap anak sangat dipengaruhi oleh budaya, unsur-unsur budaya mampu menciptakan suatu kebiasaan makan dalam masyarakat yang diajarkan secara turun temurun kepada seluruh anggota keluarganya, padahal kadang-kadang unsur budaya tersebut bertentangan dengan prinsip-prinsip ilmu gizi Suharjo, 2003. Aspek budaya dalam kehidupan masyarakat Indonesia berkembang sesuai dengan keadaan lingkungan, agama, adat dan kebiasaan masyarakat. Sampai saat ini aspek budaya sangat mempengaruhi perilaku kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia Suhardjo, 2003. Ada 2 tujuan pengaturan makanan untuk bayi dan anak balita : 1. Memberikan zat gizi yang cukup bagi kebutuhan hidup, yaitu untuk pemeliharaan dan atau pemuithan serta peningkatan kesehatan, pertumbuhan, perkembaiiguu fisik dan psikomotor, serta melakukan aktifitas fisik. 2. Untuk mendidik kebiasaan makan yang baik. Makanan untuk bayi dan anak balita yang baik harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 1. Memenuhi kecukupan energi dan semua zat gizi sesuai dengan umur. 2. Susunan hidangan disesuaikan dengan pola menu seimbang, bahan makanan yang tersedia setempat, kebiasaan makan, dan selera terhadap makan. Universitas Sumatera Utara 3. Bentuk dan porsi makanan disesuaikan dengan daya terima, toleransi, dan keadaan pada bayianak. 4. Memperhatikan kebersihan perorangan dan lingkungan. Menurut Persatuan Ahli Gizi IndonesiaPersagi 1992 yang dikutip oleh Kristiadi, E. 2007, berdasarkan karakteristiknya balita usia 1-5 tahun dapat dibedakan menjadi dua, yaitu anak usia lebih dari 1-3 tahun yang dikenal dengan batita dan anak usia lebih dari 3-5 tahun yang dikenal dengan usia prasekolah. Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif, yaitu anak menerima makanan dari apa yang disediakan ibunya. Penyajian makanan untuk balita diperlukan kreatifitas ibu agar makanan terlihat menarik sehingga dapat menimbulkan selera makan anak balita. Penyajian makanan yang akan diberikan kepada anak balita harus memperhatikan porsi atau takaran konsumsi makan serta frekuensi makan yang dianjurkan dalam sehari. Waktu pemberian makan untuk balita sebaiknya disesuaikan dengan waktu pada umunmnya. Pemberian makanan dibagi menjadi tiga waktu makan yaitu pagi hari pada pukul 07.00-08.00, siang hari pada pukul 12.00-13.00, dan malam hari pada pukul 18.00- 19.00, dan pemberian makanan selingan yaitu diantara dua waktu makan yaitu pukul 10.00-11.00 dan pukul 16.00-17.00, seperti yang tercantum dalam tabel 2.1. Universitas Sumatera Utara Tabel 2.1. Pola Pemberian Makanan Balita Umur Bentuk Makanan Frekuensi 0-6 bulan ASI Eksklusif Sesering mungkin minimal 8 kalihari 6-9 bulan Makanan Lumatlembek 2x sehari, 2 sendok makan setiap kali makan 9-12 bulan Makanan lembek 3x sehari, plus 2x makanan selingan 1-3 tahun Makanan Keluarga 3x sehari, plus 2x makanan selingan 1 - 1 12 piring nasipengganti 2-3 potong sedang lauk hewani 1-2 potong sedang lauk nabati 12 mangkuk sayur 2-3 potong buah-buahan 1 gelas susu 4-6 tahun 1-3 piring nasipengganti 3x sehari, plus 2x makanan selingan 2-3 potong lauk hewani 1-2 potong lauk nabati 1 - 1 12 mangkuk sayur 2-3 potong buah-buahan 1-2 gelas susu Sumber : Depkes RI, 2006 Selain takaran dan frekuensi makanan untuk balita ada juga anjuran pemberian makanan untuk anak balita berdasarkan Depkes RI 2006, yaitu : 1. umur 1-6 bulan, anjuran pemberian makanan yaitu : a Beri ASI setiap kali bayi menginginkan sedikitnya 8 kali sehari yaitu pagi, siang maupun malam. b Jangan berikan makanan atau minuman lain selain ASI c Susui bayi dengan payudara kanan dan kiri secara bergantian. Universitas Sumatera Utara 2. Umur 6-12 bulan, anjuran pemberian makanan yaitu : a Teruskan pemberian ASI sampai umur 2 tahun. b Umur 6-9 bulan, kenalkan makanan pendamping ASI dalam bentuk lumat dimulai dari bubur susu sampai nasi tim lumat, 2 kali sehari. Setiap kali makan diberikan sesuai umur: - 6 bulan: 6 sendok makan - 7 bulan: 7 sendok makan - 8 bulan: 8 sendok makan c Beri ASI terlebih dahulu kemudian makanan pendimping ASI. d Umur 9-12 bulan, beri makanan pendamping ASI, dimulai dari bubur nasi sampai nasi tim, 3 kali sehari. Setiap kali makan diberikan sesuai umur: - 9 bulan: 9 sendok makan - 10 bulan: 10 sendok makan - 11 bulan: 11 sendok makan e Pada makanan pendamping ASI, tambahan telur atau ayam atau ikan atau tempe atau tahu atau daging sapi atau wortel atau bayam atau kacang hijau atau santan atau minyak. f Bila menggunakan makanan pendamping ASI dari pabrik, baca cara memakainya, batas umur dan tanggal kadaluwarsa. g Beri makanan selingan 2 kali sehari diantara waktu makan, seperti: bubur kacang hijau, pisang, biskuit, nagasari, dan sebagainya. h Beri buah-buahan atau sari buah seperti air jeruk manis, air tomat saring, dan sebagainya. Universitas Sumatera Utara i Mulai mengajari bayi minum dan makan menggunakan gelas dan sendok. 3. Umur 1-2 tahun, anjuran pemberian makanan yaitu: a Beri ASI setiap kali balita menginginkan. b Beri nasi lembek 3 kali sehari. c Tambahan telur atau ayam atau ikan atau tempe atau tahu atau daging sapi atau wortel atau bayam atau kacang hijau atau santan atau minyak pada nasi lembek d Beri makanan selingan 2 kali sehari diantara waktu makan, seperti: bubur kacang hijau, pisang, biskuit, nagasari, dan sebagainya. e Beri buah-buahan atau sari buah. f Bantu anak untuk makan sendiri. 4. Umur 2-3 tahun, anjuran pemberian makanan yaitu: a Beri makanan yang biasa dimakan oleh keluarga 3 kali sehari yang terdiri dari nasi, lauk pauk, sayur dan buah. b Beri makanan selingan 2 kali sehari diantara waktu makan, seperti: bubur kacang hijau, pisang, biskuit, nagasari, dan sebagainya. c Jangan berikan makanan yang manis dan lengket diantara waktu makan. 5. Umur 3-5 tahun, anjuran pemberian makanannya yaitu sama dengan anak umur 2-3 tahun. Memberi makan pada anak harus dengan kesabaran dan ketekunan, sebaiknya menggunakan cara-cara tertentu seperti dengan membujuk anak. Jangan memaksa anak, bila dipaksa akan menimbulkan esmosi pada anak sehingga anak menjadi kehilangan nafsu makan Pudjiadi, 2005. Universitas Sumatera Utara Sikap ibupengasuh yang hangat, ramah, menciptakan suasana yang nyaman, tenang, mengungkapkan kasih sayang dengan senyuman dan pelukan, dapat menimbulkan nafsu makan anak Hurlock, 1991. Pola asuh makan sangat menentukan status gizi anak. Ibu yang dapat membimbing anak tentang cara makan yang sehat dan bergizi akan meningkatkan gizi anak Anwar, 2004. Sebaiknya pola asuh makan yang tidak memadai dapat menyebabkan terjadinya malnutrisi pada anak UNICEF, 1999, Kurniawan et. Al, 2001.

2.1.3. Pola Asuh Kesehatan