sebagainya sebagaimana juga yang disyaratkan oleh doktrin fiduciary duty, due care and loyalty, piercing the corporate veil, ultra vires, dan lain-lain sebagainya.
E. Business Judgmet Rule Menurut Hukum Indonesia
Dalam hukum perseroan, fiduciary duty mengandung arti dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya untuk mengurus perseroan, Direksi harus
bertolak dari landasan bahwa tugas dan wewenang yang diperolehnya didasarkan pada dua prinsip. Kedua prinsip itu adalah kepercayaan yang diberikan perseroan dan
prinsip yang merujuk kepada kemampuan dan kehati-hatian dari tindakan Direksi. Untuk dimengerti, dalam konsep fiduciary duty, seorang Direksi bertanggung
jawab terhadap perseroan, bukan organ perseroan lainnya, baik rapat umum pemegang saham ataupun dewan komisaris, apalagi pemegang saham. Hal ini
diperkuat dengan bunyi Pasal 1 angka 5 UUPT yang berbunyi: Direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas
pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan serta
mewakili perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan dengan ketentuan anggaran dasar.
99
Karena kedudukannya yang bersifat fiduciary duty, yang dalam Undang- Undang Oerseroan Terbatas sampai batas-batas tertentu diakui, maka tanggung jawab
Direksi menjadi sangat tinggi. Tidak hanya dia bertanggung jawab terhadap ketidak jujuran yang disengaja dishonesty, tetapi juga bertanggung jawab secara hukum
99
Lihat Pasal 1 ayat 5 UUPT
Universitas Sumatera Utara
terhadap tindakan mismanagement, kelalaian atau gagal atau tidak melakukan sesuatu yang penting bagi perusahaan.
100
Pasal 99 UUPT yang bebunyi sebagai berikut : Fiduciary duty merupakan tugas-tugas yang dipercayakan kepada dari Direksi
oleh perseroan dan dasar bertindak dari kegiatan direksi dalam mengambil keputusan berkenaan dengan tugasnya menjalankan kegiatan bisnis perseroan.
Seperti yang telah dijelaskan bahwa indikasi berlakunya teori fiduciary duty ini terlihat dari beberapa pasal dari Undang-undang Perseroan Terbatas Nomor 40
Tahun 2007, yaitu sebagai berikut : Pasal 97 ayat 1 yang berbunyi :
Direksi betanggung jawab atas pengurusan perseroan sebagaimana dimaksud Pasal 92 ayat 1.
Pasal 98 ayat 1 yang berbunyi : Direksi mewakili perseroan di dalam maupun di luar pengadilan.
101
1. Anggota direksi tidak bewenang mewakili perseroan apabila :
a. Terjadi perkara di pengadilan antara perseroan dengan anggota
direksiyang bersangkutan; atau b.
Anggota direksi yang bersangkutan mempunyai benturan kepentingandengan perseroan
2. Dalam hal terdapat keadaan sebagaimana dimaksud pada pasal 1, yang tidak
mewakili perseroan adalah : a.
Anggota direksi lainnya yang tidak mempunyai benturan kepentingan dengan perseroan;
b. Dewan komisaris dalam hal seluruh anggota direksi mempunyai benturan
kepentingandengan perseroan; atau c.
Pihal lain yang ditunjuk RUPS dalam hal seluruh anggota direksi atau dewan komisaris mempunyai benturan kepentingan dengan perseroan.
100
Munir Fuadi, Perseroan Terbatas Paradigma Baru, Op. Cit, hal. 82
101
Lihat Pasal 99 UUPT
Universitas Sumatera Utara
Tanggung jawab Direksi pada dasarnya dilandasi oleh 2 dua prinsip penting, yaitu prinsip yang lahir karena tugas dan kedudukan yang dipercayakan kepadanya
oleh perseroan fiduciary duty dan prinsip yang merujuk pada kemampuan serta kehati-hatian tindakan Direksi Duty of skill and care. Kedua prinsip ini menuntut
Direksi untuk bertindak secara hati-hati dan disertai itikad baik, semata-mata untuk kepentingan dan tujuan perseroan. pelanggaran terhadapnya membawa konsekuensi
yang berat bagi bagi Direksi, karena itu dapat dimintai pertanggung jawaban pribadi.
102
Pasal-pasal tersebut di atas terutama Pasal 97 menekankan akan tugas fiduciary duty dari Direksi, tetapi sebenarnya dari pasal-pasal tersebut dapat ditarik
kesimpulan tentang berlaku tidaknya doktrin Business Judgment Rule. Pasal 97 ayat 1 dan ayat 2 UUPT Tahun 2007 mengindikasikan bahwa Undang-undang
Perseroan Terbatas tersebut memberlakukan doktrin Business Judgment Rule. Dari ketentuan dalam pasal Pasal 97 ayat 1 dan ayat 2 UUPT Tahun 2007 dapat
disimpulkan bahwa tindakan direksi terhadap perseroan haruslah dilakukan dengan memenuni ketiga syarat yuridis sebagai berikut:
Dalam hal tindakan Direksi merugikan perseroan, maka pemegang saham yang memenuhi persyaratan sebagaimana yang ditetapkan pada Pasal 97 ayat 6
UUPT dapat mewakili perseroan untuk melakukan tuntutan atau gugatan terhadap Direksi melalui pengadilan.
103
102
www. hukum online.com, di akses pada tanggal 8 Juli 2010
103
Lihat Pasal 97 ayat 1 dan 2
Universitas Sumatera Utara
1. Itikad baik good faith,
2. Penuh tanggung jawab, dan
3. Untuk kepentingan dan usaha perseroan proper purpose
Manakala salah satu dari ketiga unsur yuridis tersebut tidak dipenuhi, maka direksi tersebut dianggap bersalah dalam arti kesengajaan atau setidaknya dalam
keadaan lalai negligence dalam menjalankan tugasnya itu, sehingga dia harus bertanggung jawab secara pribadi.
104
Dapat ditarik suatu kesimpulan yuridis miscalkulasi, kesalahan yang jujur honest mistake atau kesalahan dalam melakukan judgment mere error of
judgment, selama tidak melanggar salah satu atau lebih dari 3 tiga unsur tersebut di atas, belumlah dapat dibebankan kewajiban hukum kepada Direksi secara pribadi,
meskipun mungkin saja pihak perseroan atau pemegang saham telah dirugikan secara materil maupun nonmaterial. Karena itu dapat dikatakan bahwa sampai batas-batas
tertentu, Undang-undang Perseroan terbatas Nomor 40 Tahun 2007 memang memberlakukan doktrin putusan bisnis business judgment rule ini.
105
Dalam menjalankan fiduciary duty, Direksi mutlak memiliki diskresi dan kebebasan dalam membuat keputusan, yang menurutnya adalah yang paling baik
untuk kepentingan perseroan. Apabila ternyata keputusan tersebut salah, maka
104
Munir Fuadi, Doktrin-Doktrin Dalam Corporate Law, Op. Cit, hal. 206
105
Ibid
Universitas Sumatera Utara
keputusan tersebut akan dinilai dengan mekanisme yang dikenal dengan Business Judgment Rule.
106
Dalam perkembangannya penerapan prinsip fiduciary duty telah menimbulkan kekhawatiran yang mendalam bagi para Direksi untuk mengambil keputusan
bisnisnya. Dalam dunia bisnis adalah lazim bagi Direksi untuk mengambil sebuah keputusan yang bersifat spekulatif karena ketatnya persaingan usaha. Permasalahan
timbul ketika keputusan bisnis yang diambilnya ternyata merugikan perusahaan, padahal dalam mengambil keputusan tersebut, Direksi melakukannya dengan jujur
dan itikad yang baik. Untuk melindungi para Direksi yang beritikad baik tersebut maka mucul prinsip Business Judgment Rule yang merupakan salah satu prinsip yang
sangat populer untuk menjamin keadilan bagi para Direksi yang mempunyai itikad baik. Penerapan prinsip Business Judgment Rule mempunyai misi utama, yaitu untuk
mencapai keadilan, khususnya bagi para Direksi sebuah Perseroan dalam mengambil keputusan bisnis.
107
Prinsip Business Judgment rule merupakan ketentuan yang dapat dikesampingkan jika Direktur bertindak lebih baik dari pada pengadilan yang akan
mendalilkan Business Judgment Rule dan apabila direksi bertindak dalam keputusan bisnis yang bebas dari self-dealing atau untuk kepentingan pribadi dan dapat
menunjukan tindakan tersebut dilaksanakan berdasarkan alasan yang wajar serta itikad baik. Pihak yang menggugat keputusan dewan direksi menghadapi risiko akan
106
www. hukumonline.com, di aksess pada tanggal 8 Juli 2010
107
Gunawan Widjaya, Op. Cit, hal. 117
Universitas Sumatera Utara
adanya ketentuan akan ditolaknya gugatan jika pada akhirnya dapat dibuktikan bahwa Direksi membuat keputusan bisnis yang tepat.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV TANGGUNG JAWAB DIREKTUR PT TERHADAP KEPAILITAN PT