Alasan kedua, yang lebih umum adalah untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjan yang sedang berjalan atau untuk mewujudkan tercapainya hasil yang lebih besar
dalam rangka pencairan perusahaan tersebut.
139
Namun demikian, jika Perseroan Terbatas dalam pailit memutuskan untuk tidak melnjutkan usaha, maka akan
memasuki tahap-tahap kepailitan selanjutnya yang pada gilirannya nanti sampai pada pemberesan perseroan. Pada tahap pemberesan ini pula masih terjadi dua
kemungkinan yakni perseroan tersebut dilikuidasi dan bubar atau perseroan tersebut mencukupi harta pailitnya untuk membayar seluruh tagihannya sehingga kepailitan
perseroan terbatas tersebut berakhir dan dilakukan rehabilitasi serta eksistensi perseroan tersebut kembali kepada posisi semula seperti sebelum kepailitannya dan
kemli pada subjek hukum mandiri dan penuh.
140
B. Pemberlakuan Business Judgment Rule Terhadap Direktur PT
Sebelum keluarnya UUPT , Indonesia tidak secara jelas mengadopsi prinsip Business Judgment Rule. Dalam Pasal 82 UU No. 1 Tahun 1995 UUPT Lama
menyatakan, bahwa Direksi bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik di dalam
maupun di luar pengadilan, sedangkan Pasal 85 UUPT Lama menetapkan bahwa setiap anggota Direksi wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab
menjalankan tugas untuk kepentingan dan usaha perseroan. Pelanggaran terhadap hal
139
Ibid, hal. 70
140
. M. Habdi Shubhan, Op. Cit, hal. 207-208
Universitas Sumatera Utara
ini dapat menyebabkan Direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya tersebut.
141
Dalam prakteknya penerapan UUPT tersebut mengalami banyak kendala, khususnya dalam hal pertanggung jawaban Direktur. Hal ini terjadi karena masih
belum adanya standar yang jelas untuk mengukur pertanggung jawaban Direktur. Misalnya, ukuran “itikad baik” dalam Pasal 85 UUPT belum ada ukuran yang jelas,
sehingga dalam penerapannya sulit untuk menentukan ukuran kapan seorang Direktur bertindak dengan itikad baik atau tidak.
142
Sebagai salah satu doktrin yang diakui dan diterapkan dalam Corporate Law, Business Judgment Rule atau yang disebut dengan Doktrin putusan bisnis mempunyai
peranan yang cukup penting dalam melindungi kemandirian wewenang Direksi dan atau Dewan Komisaris. Doktrin putusan bisnis ini tidak terpisahkan dengan prinsip
fiduciary duty yang diemban oleh seorang Direksi di dalam melaksanakan tugasnya dan diwenangnya sebagai pengurus perusahaan. Prinsip perlindungan terhadap
Direksi perusahaan memang dianggap perlu untuk menentukan jalannya perusahaann itu sendiri. Sebagai seorang manusia biasa yang tidak pernah dari kesalahan atau
human error, wajarlah bila seorang Direksi pernah melakukan kelalaian di dalam Oleh karena itu masuknya prinsip Business Judgment Rule dalam UUPT
adalah hal yang sangat positif untuk mendukung perkembangan iklim usaha di Indonesia.
141
Bismar Nasution, UU No. 40 Tahun 2007 dalm perspektif Hukum Bisnis; Pembelaan Direksi melalau Prinsip Business Judgment Rule, hal. 9
142
Ibid
Universitas Sumatera Utara
menentukan putusan bisnis yang akan diterapkan untuk mencapai tujuan perusahaan.
143
Untuk dapat menggunakan doktrin Putusan Bisnis ini sebagai pembelaan bagi Direksi, Direksi atau Dewan Komisaris harus bertindak dengan itikad baik dan
dengan kepercayaan yang wajar dalam melakukan tindakan yang secara sah dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam mencapai tujuan-tujuan perusahaan.
Direksi juga harus melaksanakan putusan bisnis yang jujur terhadap kebijakan- kebijakan yang telah dipertimbangkan secara rasional berdasarkan faktor-faktor yang
ada. Doktrin putusan bisnis ditetapkan untuk memutuskan apakah Direksi atau
Dewan Komisaris telah melaksanakan tugasnya dengan benar dan menaati tugas dan kewenangannya sebagai organ perusahaan. Tidak semua putusan bisnis yang
ditetapkan Direksi selalu menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Oleh karena itu Direksi atau Dewan Komisaris lah yang pada akhirnya akan bertanggung jawab
terhadap kerugian yang ditimbulkan dalam perusahaan. Direksi harus bertanggung jawab apabila unsur-unsur yang terkandung dalam doktrin putusan bisnis tidak dapat
dibuktikan seluruhnya.
144
143
www.hukumonline.com, di akses pada tanggal 8 Juli 2010
144
www.hukumonline.com di akses pada tanggal 8 Juli 2010
Doktrin putusan bisnis ini melindungi pembuat keputusan perusahaan dan keputusan-keputusan perusahaan yang sudah ditetapkan untuk kepentingan bisnis dari
pendapat bandingan pengadilan Judicial Second Guessing
Universitas Sumatera Utara
Hanya perbuatan-perbuatan yang dilakukan oleh Direksi dan Dewan Direksi yang dilindungi oleh doktrin Business judgment Rule sedangkan untuk perbuatan
yang dilakukan oleh selain pihak Direksi tidak akan dilindungi dalam pembelaan melalui doktrin putusan bisnis ini.
Doktrin putusan bisnis ini tidak meliputi baik dalam hal seorang Direksi yang tidak menjalankan fungsinya atau gagal dalam bertindak untuk kepentingan
perusahaan. Akan tetapi doktrin ini dapat dilaksanakan berdasarkan keputusan yang wajar yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
145
Doktrin putusan bisnis melindunmgi Direksi yang tidak memiliki kepentingan pribadi dalam pengambilan keputusan. Seorang Direksi yang betindak bukan
berdasarkan kepentingan pribadi dalam melakukan transaksi-transaksi bisnis ataupun keuntungan-keuntungan financial yang diperoleh dari pihak lain untuk kepentingan
perusahaan dan pemegang saham pada umumnya akan dilindungi pada doktrin ini. Perbuatan-perbuatan bisnis serta putusan bisnis yang telah diambil seorang Direksi
juga harus bebas dari unsur kepentingan pribadi dari mayoritas Dewan Direksi dan pemegang saham. Unsur pembuktian ada tidaknya personal interest dari seorang
Direksi harus dibuktikan oleh para pihak yang merasa dirugikan.
146
Dalam keitannya dengan prinsip kehati-hatian, doktrin putusan bisnis Business Judgment Rule hanya akan melindungi Direksi apabila Direksi dalam
menjalankan tugas dan wewenangnya secara hati-hati sehingga terhindar dari
145
Dennis J. Block, Op. Cit, hal. 12-13
146
Ibid, hal. 49-51
Universitas Sumatera Utara
perbuatan kelalaian yang merugikan pihak lain. Dalam teori ilmu hukum perseroan prinsip kehati-hatian due care dari Direksi terhadap perseroan memiliki 2 dua
persyaratan sebagai berikut :
147
1. Syarat Prosedural
Syarat prosedural yang dipersyaratkan oleh hukum kepada Direksi suatu perseroann adalah bahwa seorang Direksi harus selalu menaruh perhatian dengan
sunggung-sungguh kepada jalannya perseroan. disamping itu, dia harus selalu mendapatkan informasi yang lengkap well informed terhadap perseroannya.
2. Syarat Subtantif
Sementara itu, syarat subtantif yang timbul dari prinsip kehati-hatian due care terhadap Direksi perusahaan adalah bahwa dalam mengambil keputusan
perseroan, pihak Direktur haruslah dilakukannya berdasarkan pertimbangan yang rasional. Akan tetapi pertimbangan yang rasional tersebut tidak berarti bahwa
Direksi harus mengambil keputusan yang benar-benar optimal. Agar terpenuhinya unsur duty of care, maka terhadap Direksi berlaku standart
kepedulian standard of care yaitu selalu beritikad baik, tugas-tugas dilakukannya dengan penuh kepedulian seperti yang dilakukan oleh orang biasa yang berhati-hati
dalam posisi dan situasi yang sama.atau seperti yang dilakukan orang tersebut untuk kepentingan bisnis pribadinya dan tugastugas harus dilakukan oleh Direksi dengan
147
Munir Fuadi, Doktrin-Doktrin Dalam Corporate Law , Op. Cit, hal. 49-51
Universitas Sumatera Utara
cara yang dipercaya secara logis reasonably believe merupakan kepentingan yang terbaik dari perseroan.
Secara hukum, Direksi perseroan tidak akan bertanggung jawab semata-mata atas salah dalam mengambil keputusan. Bahkan asalkan dia beritikad baik dan cukup
berhati-hati, keputusan yang salah tidak dapat dibebankan kepada Direksi, sungguhpun kesalahan tersebut akibat kurang pengalaman atau kurang konprehensif
dalam mengambil keputusan. Dengan demikian, suatu honest mistake yang dilakukan oleh Direksi masih dapat ditoleransi oleh huku m.
Doktrin Business Judgment Rule menghendaki Direksi atau Dewan Komisaris bertindak dalam putusan bisnisnya dengan itikad baik dan dengan kejujuran di dalam
bertindak untuk kepentingan perusahaan. Kewajibannya, tugas dan wewenang Direktur harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab yang nantinya akan
mengarahkan perusahaan dalam mencapai keuntungan dan tujuan akhir perusahaan, serta memberikan kekuasaan bisnis terhadap seluruh pemegang saham yang terikat.
Seluruh putusan dan tindakan Direksi harus bebas dari pengaruh pribadi maupun pihak luar.
Oleh karena setiap kesalahan dan atau kelalaian dalam menjalankan tugas dan atau kewajiban Direksi akan membawa akibat pertanggung jawaban secara pribadi,
maka masing-masing Direktur tersebut wajib dengan itikad baik, penuh tanggung jawab berdasarkan prinsip kehati-hatian secara loyaliyas yang tinggi dalam
melaksanakan funsi organ perseroan layaknya seorang Direksi.
Universitas Sumatera Utara
Direksi dalam menjalankan tugasnya selalu diwajibkan untuk menguasai dan mengetahui pengetahuan-pengetahuan bisnis yang wajar dan dengan sepenuh hati
bertanggung jawab terhadap semua tindakan yang telah diambil. Berkaitan dengan prinsip fiduciary duty yang menghendakai adanya itikad
baik baik seorang Direksi dalam melakukan tugasnya dengan penuh tanggung jawab serta berdasrkan prinsip kehati-hatian dan loyalitas yang tinggi, apabila sang Direksi
melakukan kelalaian negligence yang menimbulkan kerugian bagi perusahaan, maka berdasarkan doktrin fiduciary duty ini, Direksi tersebut bisa saja dikenakan
pertanggung jawaban pribadi. Tetapi dengan adanya prinsip Business Judgment Rule yang memberikan perlindungan kepada Direksi di dalam mengambil putusan bisnis,
maka Direksi tersebut bisa saja bebas dari jeratan gugatan atau tuntutan pihak ketiga asalkan Direksi tersebut dapat membuktikan unsur-unsur doktrin Business Judgment
Rule dimana salah satu unsur yang pailing fundamental adalah itikad baik good faith.
Undang-undang Perseroan Terbatas sebagai salah satu ketentuan peraturan yang mengatur tentang Perseroan Terbatas juga menganut prinsip itikad baik bagi
seoarang Direksi dalam me;laksanakan tugas pengurusannya. Pasal 97 ayat 2 Undang-undang Perseroan Terbatas menyebutkan :
148
148
Lihat Pasal 97 ayat 2 UUPT
Seoarang direksi wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugas untuk kepentingan dan usaha perseroan.
Universitas Sumatera Utara
Mengacu kepada Pasal 97 ayat 2 UUPT, dapat diketahui bahwa Undang- undang Perseroan Tebatas juga mengakui dan melatakkan itikad baik sebagai salah
satu prinsip yang melekat bagi seorang Direksi dalam melaksanakan semua tugas kepengurusannya. Seorang Direksi yang bertindak sebagai bagian dari organ
perusahaan tentunya harus mempunyai dan memenuhi sejumlah persyaratan atau kualifikasi dalam penguasaan tentang pengetahuan keperusahaan. Di dalam
menjalankan semua tugas kepengurusan, seorang Direksi selain diberi wewenang kemandirian dalam bertindak dan mengambil keputusan, ia juga dibatasi oleh prisip-
prinsip yang melandasi tindakan tersebut seperti itikad baik, prinsip kehati-hatian due care, kesetian yang tinggi loyality bebas dari dari kepentingan pribadi atau
self dealing disinterestedness, dan no abuse of discrition or waste. Oleh karena itu untuk melindungi atau membela Direksi yang menghadapi
gugatan akibat keputusan yang ia tentukan sendiri, maka doktrin Corporate Law menentukan salah satu prinsip pembelaan Direksi yang dikenal dengan doktrin
putusan bisnis. Dalam UUPT unsur good faith sebagaimana yang terkandung dalam Pasal 97 ayat 2 merupakan salah satu ukuran penting dalam menentukan apakah
seorang Direksi dikatakan telah melanggar prinsip-prinsip hukum perusahaan. Memang pada kenyataannya, terdapat kesulitan untuk menentukan unsur
itikad baik seorang Direksi dalam melakukan tugas kepengurusan perseroan. namun dalam perkembangan hukum korporasi selanjutnya, hal ini menjadi sangat penting.
Business Judgment Rule mensyaratkan unsur itkad baik sebagai salah satu elemen
Universitas Sumatera Utara
yang harus dibuktikan oleh seorang Direksi apabila ia menghadapi gugatan dan harus bertanggung jawab secara pribadi terhadap putusan bisnis yang ia ambil.
Dalam ketentuan Pasal 97 ayat 5 UUPT, seorang Direktur bebas dari tanggung jawab atas kerugian perusahaan apabila dapat membuktikan :
149
1. Kerugian yang timbul bukan karena kesalahan atau kelalaiannya;
2. Direktur melakukan kepengurusan dengan itikad baik dan hati-hati;
3. Kepengurusan dilakukan untuk kepentingan dan tujuan perusahaan;
4. Direktur tidak mempunyai conflict of interest; dan
5. Telah mengambil langkah-langkah untuk mencegah kerugian.
Dalam UUPT prinsip ini belaku pada “pengurusan perseroan” yang merupakan aspek yang lebih luas di bandingkan dengan keputusan bisnis. Hal ini
berarti direktur dapat dibebaskan dari tanggung jawabnya bukan hanya dalam hal keputusan bisnis yang dia ambil, tetapi juga dalam aspek manajemen perusahaan jika
Direktur tersebut dapat membuktikan kelima unsur diatas. Ada beberapa hal dan proses yang harus diperhatikan oleh para Direktur untuk
mendapat perlindungan dari UUPT. Adapun beberapa hal yang harus dilakukan oleh para Direktur adalah:
Pertama, seorang Direktur telah melakukan kepengurusan atau mengambil suatu keputusan bisnis dengan secara rasional. Ukuran dari rasionalitas disini dapat
merujuk pada tindakan apa yang akan dilakukan oleh para Direktur lainnya jika
149
Lihat Pasal 97 ayat 5
Universitas Sumatera Utara
dihadpkan pada kondisi dan situasi yang sama.
150
Selain itu untuk menghindari unsur kesalahan atau kelalaian dan menjamin terpenuhinya unsur kehati-hatian dalam
keputusannya, seorang Direktur harus :
151
1. Mendapat informasi yang cukup mengenai kebijakan pengurusan atau keputusan
yang akan diambil. 2.
Agenda dan dokumen pendukung mengenai aspek-aspek kepengurusan dan keputusan bisninya harus tersedia dalam proses pengambilan keputusan.
3. Mengungkapkan pertanyaan atau pernyataan dengan pikiran yang tidak memihak
dalam proses penganbilan keputusan. 4.
Membuat catatan dan dokumen tentang partisipasi mereka dalam proses pengambilan keputusan.
5. Membentuk sebuah komite untuk menjamin hal-hal penting yang berkaitan
dengan keputusan yang akan diambiltelah diperiksa para ahli di bidang tersebut dalam hal yang tidak dapat ditangani atau dipahami oleh manajemen.
Kedua, para Direktur harus menjamin tidak ada benturan kepentingan conflik of interest untuk menjamin keputusan yang diambil dan pengurusan perusahaan
semata-mata untuk kepentingan perusahaan tersebut. Di sini para Direktur harus dapat menunjukkan bahwa mereka tidak punya kepentingan pribadi dalam keputusan
bisnis atau kepengurusan yang dilakukan dan secara optimal memupuk keuntungan
150
Janet Dine dalam Bismar Nasution, UU No. 40 Tahun 2007 dalam Perspektif Hukum Bisnis; pembelaan Direksi Melalui prinsip Business Judgment Rule, hal. 13
151
Ibid
Universitas Sumatera Utara
bagi perusahaan dan tidak mengambil keuntungan pribadi bagi perusahaan dan pihak lain. Oleh karena itu setidak-tidaknya ada tiga hal jenis transaksi yang harus
dihindari oleh para direktur dalam mengambil keputusan bisnis.
152
1. Seorang Direktur melakukan transaksi dengan perusahaannya sendiri;
2. Dua perusahaan yang mempunyai satu orang Direktur yang sama melakukan
perjanjian; 3.
Sebuah induk perusahaan melakukan transksi dengan cabang perusahaanya sendiri.
Seorang Direktur dalam melakukan fungsinya harus pula memperhatikan kepentingan pegawainya, kepentingan pemegang saham dan kepentingan para
kreditor. Ketiga, UUPT mensyaratkan bahwa Direktur harus mengambil langkah untuk
mencegah kerugian agar lepas dari tanggung jawab atas kerugian tersebut. Hal ini ditemui secara implisit di negara Common Law. Namun demikian dapat dikatakan
bahwa ketentuan ketentuan ini secara implisit menuntut Direktur agar mengetahui aspek operasional dari perusahaan sehinnga direktur tersebut well-informed terhadap
segala perkembangan yang terjadi di dalam perusahaannya. Oleh karena itu, perlu adanya sebuah pengawasan internal dan prosedur
keterbukaan yang dibentuk, dipelihara dan dievaluasi untuk menjamin bahwa semua
152
Bismar Nasution, Op. Cit, hal. 13
Universitas Sumatera Utara
informasi yang dibutuhkan untuk dimasukkan dalam laporan cukup dan akurat dan diserahkan pada waktu yang tepat.
153
Pengurussan perseroan sebenarnya hanya dapat dilakukan oleh Direksi, kecuali dalam hal Direktur tidak ada, maka undang-undang memberi wewenang
kepada Komisaris untuk melakukan pengurusan perseroan Pasal 100 ayat 2 UUPT 95. Direksi dalam melakukan tugas dan kewajiban atau tindakan hukum berdasarkan
kemampuan serta kehati-hatian yang diperlukan untuk mewujudkan kepentingan dan tujuan perseroan. Dalam hal ini pada akhirnya fiduciary jaga bermanfaat bagi
C. Tanggung Jawab Direktur PT Dikaikan Dengan Prinsip Business Judgment Rule