akhirnya jatuh pada keadaan pailit, berdasarkan putusan pengadilan jelas dapat dianggap sebagai pelanggaran terhadap konsepsi Business Judgment Rule.
92
Seperti yang telah disebutkan bahwa doktrin putusan Business Judgment Rule, maka jika karena putusan bisnis dari Direksi terjadi kerugian bagi perseroan, sampai
Beberapa pengadilan di Amerika Serikat berpendapat bahwa pertimbangan judgment seorang anggota Direksi tidak dapat di ganggu gugat kecuali apabila
pertimbangan judgment tersebut didasarkan atas kecurangan fraud, atau menimbulkan benturan kepentingan conflict of interest, atau perbuatan melawan
hukum ilegallity. Perlindungan Business Judgment Rule dikatakan tidak berlaku bagi anggota
direksi perseroan, jika dalam transaksi bisnis yang dilakukan oleh Direksi, diketahui bahwa Direksi tersebut telah berupaya untuk mengendapkan kepentingan pribadinya,
atau telah terdorong untuk membuat syarat-syarat transaksi yang diberlakukan demi kepentingan pribadinya.
Tindakan anggota Direksi yang sangat sengaja tidak membayar kewajibannya yang telah jatuh tempo sehingga menyebabkan perseroan dimohonkan kepailitan dan
apda akhirnya jatuh berada dalam keadaan pailit, berdasarkan putusan pengdilan jelas dapat dianggap sebagai pelanggaran terhadap konsepsi Business Judgment Rule ini.
D. Kontradiksi Dari Prinsip Business Judgment Rule
92
Gunawan Widjaya, Op. Cit, hal. 153
Universitas Sumatera Utara
batas-batas tertentu masih dapat ditoleransi mengingat semua bisnis harus mendapat untung. Dengan perkataan lain, perseroan harus juga menanggung risiko bisnis,
termasuk risiko kerugian. Karena itu, Direksi tidak dapat dimintakan tanggung jawabnya hanya karena alasan-alasan salah dalam memutuskan mere error of
judgment. Toleransi hukum terhadap kesalahan Direksi hanya sampai batas-batas
tertentu saja, Artinya, ada kesalahan Direksi yang diberikan toleransi, tetapi ada jaga kesalahan Direksi yang sama sekali tidak dapat di toleransi, dan karenanya kepadanya
harus dimintakan pertanggung jawaban hukum.
93
Dalam literatur hukum perseroan sering disebut-sebut bahwa kesalahan direksi yang dapat di toleransi adalah sebagai berikut :
94
a. Hanya salah dalam mengambil putusan mere error of judgment
b. Kesalahan yang jujur honesrt mistake, honest error in judgment
c. Kerugian perusahaan karena kesalahan pegawai perusahaan kecuali jika tidak ada
system pengawasan yang baik Sebagai bahan acuan kiranya patut diketahui bahwa sebenarnya dalam setiap
saat, Direktur harus bertindak jujur honest dan bertugas dengan menggunakan ketekunan yang pantas reasonable diligent dalam melaksanakan tugas jabatannya.
Direktur harus bertindak dengan pertimbangan yang jujur berdasarkan kepentingan perusahaan dan bukan atas dasar kepentingan kelompok orang atau badan, tidak
93
Munir Fuadi, Doktrin-Doktrin Dalam Corporate Law, Op. Cit, hal. 200
94
Ibid
Universitas Sumatera Utara
menempatkan dirinya dalam posisi yang mengakibatkan terjadinya pertentangan antara kepentingan perusahaan dan kepentingan pribadi atau antar tugas dan
kepentingannya, dan Direktur harus menggunakan wewenang dan aset yang dipercayakan kepadanya untuk maksud yang telah diberikan dan bukan untuk tujuan
lain.
95
Sementara kesalahan-kesalahan Direksi yang mesti diminta pertanggung jawaban adalah :
96
a. Kesalahan yang bertentangan dengan prinsip fiduciary duty. Dalam hal ini
termasuk jika ada unsur benturan kepentingan conflict of interest. b.
Kesalahan yang bertentangan dengan prinsip kehati-hatian due care. Dalam hal ini termasuk jika ada unsur kesengajaanatau kelalaian.
c. Kesalahan yang bertentangan dengan prinsip putusan yang bijaksana prudence.
d. Kesalahan yang bertentangan dengan prinsip itikad baik.
e. Kesalahan yang bertentangan dengan tujuan bisnis yang benar proper purpose
f. Kesalahan direksi karena tidak kompeten.
g. Kesalahan karena melanggar hukum dan perundang-undangan yang berlaku.
h. Kesalahan karena direksi kurang informasi ill informed
i. Kesalahan karena dalam mengambil tindakanputusan, direksi terlalu tergesa-gesa
hasty action.
95
I.G Ray, Op. Cit, hal. 72
96
Munir Fuadi, Doktrin-doktrin Dalam Corporate Law , Op. Cit, hal. 201
Universitas Sumatera Utara
j. Kesalahan karena keputusan diambil tanpa investigasi dan pertimbangan yang
rasional. Jika dibandingkan dengan fiduciary duty Direksi, maka semua hal yang
dikatakan sebagai pelanggaran yang menyebabkan tidak berlakunya Business Judgment Rule adalah pelanggara terhadap fiduciary duty Direksi, dengan demikian
dapat dikatakan secara sederhana Direksi yang melanggar fiduciari duty tidak dilindungi oleh prinsip Business Judgment Rule.
Jadi dengan demikian dapat dikatakan bahwa untuk mendapat perlindungan Business Judgment Rule ada beberapa syarat yang harus diperhatikan Direksi yaitu :
97
1. Direksi harus mengambil keputusan judgment. Kelalaian Direksi untuk meminta
dokumen yang diperlukan untuk mengambil suatu keputusan sudah cukup untuk membuat Direksi yang bersangkutan dikeluarkan dari perlindungan Business
Judgment Rule. 2.
Direksi dalm mengambil keputusan harus sudah memperoleh masukan yang menurutnya selayaknya diperlukan yang terkait dengan keputusan yang akan
diambil tersebut dan bahwa proses atau langkah-langkah yang sewajarnya untuk mengambil suatu keputusan bisnis sudah juga ditempuh.
3. Keputusan yang diambil tersebut harus berdasarkan pada itikad baik, dengan
pengertian tidak ada seorang pun dari anggota Direksi yang mengetahui bahwa
97
Gunawan Widjaya, Risiko Hukum Pemilik, Direksi dan Komisaris Perseroan Terbatas, Op. Cit, hal. 60
Universitas Sumatera Utara
akibat dari keputusan tersebut akan mengakibatkan kerugian bagi perseroan secar nyata, yang merupakan perbuatan curang atau melawan hukum.
4. Tidak ada seorang anggota Direksi pun yang mempunyai benturan kepentingan
secara finansial dengan kepentingan perseroan terhadap keputusan yang diambi tersebut.
Doktrin Business Judgment Rule lebih melindungi Direksi dalam menjalankan tugasnya, khususnya dalam mengambil putusan-putusan bisnisnya. Karena itu,
selintas kelihatannya prinsip Business Judgment Rule ini akan berdiri berhadapan atau bertentangan dengan teori-teori hukum lain yang lebih membebankan tanggung
jawab kepada Direksi, yaitu dengan teori-teori hukum sebagai berikut :
98
1. Teori fiduciary duty dari Direksi
2. Teori due care and loyalty dari Direksi
3. Teori derivative suit
4. Teori piercing the corporate veil
5. Teori ultra vires
6. Teori tujuan yang benar proper purpose
7. Teori tanggung jawab promotor perusahaan
Akan tetapi, sebenarnya semua teori tersebut tidak bertentangan, tetapi sejalan dengan teori Business Judgment Rule adalah juga putusan bisnis yang diambil dengan
kehati-hatian, sesuai dengan anggaran dasar, dengan tujuan yang benar, dan
98
Munir Fuadi, Doktrin-Doktrin Dalam Corporate Law, Op. Cit, hal. 201
Universitas Sumatera Utara
sebagainya sebagaimana juga yang disyaratkan oleh doktrin fiduciary duty, due care and loyalty, piercing the corporate veil, ultra vires, dan lain-lain sebagainya.
E. Business Judgmet Rule Menurut Hukum Indonesia