Jika sebenarnya dengan berlakunya atau diberlakukannya prinsip Business Judgment Rule adalah terjadinya beban pembuktian terbalik, dimana pihak yang
menduga bahwa Direksi dan atau anggotanya tidak boleh bertindak secara baik untuk keuntungan perseroan wajib membuktikan adanya dugaan tersebut.
C. Tujuan Prinsip Business Judgment Rule
Disamping konsepsi fiduciary duty, khususnya duty of care and skilldiligence, dalam konsepsi Business Judgment Rule, seorang anggota Direksi
tidak dengan mudah dianggap telah melakukan pelanggaran atas duty of care and skill, selama ia dalam mengambil suatu tindakan telah didasarkan pada iktikad baik,
kecuali jika terdapat kecurangan fraud, benturan kepentingan conflict of interest, atau perbuatan melawan hukum ilegallity.
83
Perseroan Terbatas sebagai suatu perusahaan atau suatu entitas ekonomi dimana salah satu karakteristiknya adalah terpusatnya manajemen di bawah struktur
Dewan Direksi. Oleh karena itu sangat penting untuk mengontrol prilaku dari para Direktur yang mempunyai posisi dan kekuatan besar dalam mengelola perusahaan,
termasuk menentukan standart prilaku standart of conduct untuk melindungi pihak- pihakyang akan dirugikan apabila seorang direktur berprilaku tidak sesuai dengan
kewenangannya atau berprilaku tidak jujur.
84
83
Gunawan Widjaya, Tanggung jawab Direksi Atas Kepailitan Perseroan, Op. Cit, hal. 152
84
Janet Dine, Company Law, Macmillan Press Ltd, 1998 hal. 179
Universitas Sumatera Utara
Konsep Business Judgment Rule, yang berasal dari Amerika Serikat ini, mencegah peradilan-peradilan di Amerika untuk mempertanyakan pengambilan
keputusan usaha oleh Direksi, yang diambil dengan itikad baik, tanpa kepentingan pribadi, dan keyakinan yang dapat dipertanggung jawabkan bahwa mereka telah
mengambil suatu keputusan yang mengntungkan perseroan.
85
Jadi, sudah sepantasnya jika seorang Direktur perseroan tidak di generalisir untuk bertanggung jawab atas kesalahannya dalam mengambil keputusan mere error
of judgment tanpa pertimbangan unsur manusiawinya.
86
Doktrin Business judgment Rule secara tradisional, juga di konsep untuk melindungi kepentingan anggota Direksi dari pertanggung jawaban diambilnya
keputusan usaha tertentu yang mengakibatkan kerugian bagi perseroan.
87
Sutan Remi Syahdeini dalam makalahnya “Tanggung Jawab Pribadi Direksi dan Komisaris” yang dimuat dalam Jurnal Hukum Bisnis, Volume 14, juli 2001,
mengatakan bahwa menurut Business Judgment Rule, pertimbangan bisnis business judgment para anggota Direksi tidak dapat di tantang diganggu gugat atau ditolak
oleh pengadilan atau oleh pemegang saham. Para anggota Direksi tidak dapat dibebani tanggung jawab atas akibat-akibat yang timbul karena telah diambinya suatu
Doktrin Business Judgment Rule memberikan perlindungan kepada Direksi perseroan atas kemungkinan adanya kesalahan yang diakibatkan oleh suatu keadaan
yang wajar dan manusiawi.
85
Gunawan Widjaya, Op. Cit, hal. 37
86
Tri Widiyono, Op. Cit, hal. 123
87
Gunawan Widjaya, Op Cit, hal. 38
Universitas Sumatera Utara
pertimbangan bisnis business judgment oleh anggota Direksi yang bersangkutan, sekalipun apabila pertimbangan itu keliru, kecuali dalam hal-hal tertentu.
88
Fungsi kontrol terhadap Direktur tidak terlepas dari perkembangan teory pemisahan kekayaan dalam hukum perusahaan itu sendiri. Teori ini berasal dari teori
Salomon yang muncul dari putusan pengadilan kasus Solomon v Salomon Co Ltd Berdasarkan hal tersebut di atas, Business Judgement Rule pada pokoknya
mengasumsikan bahwa, dalam membuat suatu keputusan bisnis, Direksi dari suatu perusahaan bertindak atas dasar informasi yang dimikinya, dengan itikad baik dan
dengan keyakinan bahwa tindakan yang diambil adalah semata-mata untuk kepentingan perusahaan. Doktrin ini pada prinsipnya mencegah campur tangan
judisial terhadap tindakan Direksi yang didasari itikad baik dan kehati-hatian, dalam rangka mencapai tujuan perusahaan yang sah menurut hukum.
Business Judgement Rule dimaksudkan untuk memberikan dorongan bagi Direksi agar dalam melakukan tugasnya, tidak perlu takut terhadap ancaman
tanggung jawab pribadi, dengan kata lain, Business Judgement Rule mendorong direksi untuk lebih berani mengambil risiko ketimbang terlalu hati-hati. Prinsip
tersebut juga mencerminkan asumsi bahwa pengadilan tidak dapat membuat keputusan yang lebih baik dalam bidang bisnis ketimbang direksi. Sebab, para hakim
pada umumnya tidak memiliki keterampilan kegiatan bisnis dan baru mulai mempelajari permasalahan setelah terjadi fakta-fakta.
88
Sutan Remy Sjadeini, Tanggung jawab Pribadi Direksi dan Komisaris, Dalam Jurnal Hukum Bisnis Volume 14, 2001, hal. 132
Universitas Sumatera Utara
1897. Teoti ini mengungkapkan bahwa pada sebuah pembentukan perseroan terbatas, perusahaan menjadi bagian terpisah dari orang yang membentuknya atau
menjalankannya, dimana perusahaan tersebut mempunyai hak dan kewajiban yang berkaitan erat dengan aktivitasnya bukan kepada orang memiliki atau
menjalankannya.
89
Dalam perkenbangannya teori Solomon tersebut sering disalah gunakan oleh para pemilik dan Direktur yang beritikad buruk untuk kepentingan sendiri. Pemegang
ini sering kali hanya mempunyai pengawasan yang kecil atau bahkan tidak sama sekali terhadap prilaku seorang Direktur. Oleh karena itu, dengan adanya pemisahan
kekayaan antara Direktur dan perusahaannya, para Direktur mempunyai moral hazard yang tinggi karena mereka tidak dapat konsekwensi finansial yang serius apabila
keputusan mereka merugikan perusahaan. Akibatnya banyak para direktur yang menggunakan kekuasaanya untuk memperkaya diri sendiri yang sering kali
menyebabkan perusahaan mereka mengalami kerugian.
90
Dalam hal ini maka dibutlah pengecualian terhadap teori ini, misalkan dalam hal para pemilik dan Direktur berada dalam posisi tidak terlindungi exposed
position maka mereka bertanggung jawab secara pribadi kepada akibat-akibat hukum dari perbuatan mereka.
91
89
Cristopepher L. Ryan, Company Directors, Liabilities, Right and Duties, CCH Edition Limited, Third Edition, 1990, hal. 215
90
Ibid
91
Ibid, hal. 216
Namun demikian, Business Judgement Rule hanya berlaku terhadap pertimbangan atau keputusan bisnis, termasuk keputusan untuk tidak
Universitas Sumatera Utara
bertindak. Prinsip tersebut tidak dapat diterapkan dalam hal tidak ada keputusan bisnis yang diambil. Namun, sejauh mana Bisniss Judgement Rule dapat diterapkan
oleh pengadilan di luar konteks pengambilan keputusan, merupakan sesuatu yang tidak dapat dipastikan.
Doktrin Business Judgment Rule menyisihkan kekuatan berlakunya doktrin duty of care, dimana praktis semua pengadilan di Amerika Serikat sepakat bahwa
anggota Direksi tidak harus bertnggung jawab atas kerugian perseroan, apabila anggota Direksi dalam mengambil suatu pertimbangan diketahui telah melakukannya
dengan iktikad baik. Tidak ada yang dapat menguji perbuatan atau tindakan yang diambil oleh
direksi tersebut, sehingga tidak ada pula yang dapat meminta kepadanya untuk mempertanggung jawabkan hasil perbuatan atau tindakan atau keputusan yang
diambil tersebut kecuali jika terbukti ada terdapat kecurangan fraud, benturan kepentingan conflict of interest, atau perbuatan melawan hukum ilegallity. Dalam
konteks yang demikian, berarti tidak semua kepailitan akan membawa direksi ke arah pertanggung jawaban yang ditentukan dalam Pasal 104 kecurangan fraud, benturan
kepentingan conflict of interest, atau perbuatan melawan hukum ilegallity, yang memungkinkan dimintakannya pertangggungjawaban anggota direksi secara pribadi.
Tindakan anggota Direksi yang dengan tidak membayar kewajibannya yang telah jatuh tempo sehingga menyebabkan perseroan dimohonkan kepailitan dan pada
Universitas Sumatera Utara
akhirnya jatuh pada keadaan pailit, berdasarkan putusan pengadilan jelas dapat dianggap sebagai pelanggaran terhadap konsepsi Business Judgment Rule.
92
Seperti yang telah disebutkan bahwa doktrin putusan Business Judgment Rule, maka jika karena putusan bisnis dari Direksi terjadi kerugian bagi perseroan, sampai
Beberapa pengadilan di Amerika Serikat berpendapat bahwa pertimbangan judgment seorang anggota Direksi tidak dapat di ganggu gugat kecuali apabila
pertimbangan judgment tersebut didasarkan atas kecurangan fraud, atau menimbulkan benturan kepentingan conflict of interest, atau perbuatan melawan
hukum ilegallity. Perlindungan Business Judgment Rule dikatakan tidak berlaku bagi anggota
direksi perseroan, jika dalam transaksi bisnis yang dilakukan oleh Direksi, diketahui bahwa Direksi tersebut telah berupaya untuk mengendapkan kepentingan pribadinya,
atau telah terdorong untuk membuat syarat-syarat transaksi yang diberlakukan demi kepentingan pribadinya.
Tindakan anggota Direksi yang sangat sengaja tidak membayar kewajibannya yang telah jatuh tempo sehingga menyebabkan perseroan dimohonkan kepailitan dan
apda akhirnya jatuh berada dalam keadaan pailit, berdasarkan putusan pengdilan jelas dapat dianggap sebagai pelanggaran terhadap konsepsi Business Judgment Rule ini.
D. Kontradiksi Dari Prinsip Business Judgment Rule