Tanggung Jawab Direktur PT Dikaikan Dengan Prinsip Business Judgment Rule

informasi yang dibutuhkan untuk dimasukkan dalam laporan cukup dan akurat dan diserahkan pada waktu yang tepat. 153 Pengurussan perseroan sebenarnya hanya dapat dilakukan oleh Direksi, kecuali dalam hal Direktur tidak ada, maka undang-undang memberi wewenang kepada Komisaris untuk melakukan pengurusan perseroan Pasal 100 ayat 2 UUPT 95. Direksi dalam melakukan tugas dan kewajiban atau tindakan hukum berdasarkan kemampuan serta kehati-hatian yang diperlukan untuk mewujudkan kepentingan dan tujuan perseroan. Dalam hal ini pada akhirnya fiduciary jaga bermanfaat bagi

C. Tanggung Jawab Direktur PT Dikaikan Dengan Prinsip Business Judgment Rule

Perseroan sebagai badan dan subjek hukum mempunyai hak dan kewajiban. Hak dan kewajiban perseroan dilaksanakan oleh organ perseroan yaitu Direksi perseroan. Direksi merupakan organ yang terdiri atas para direktur yang tiada lain adalah subjek hukum berupa organ atau natural person. Selanjutnya Direksi bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan. Artinya, secara “fiduciary” harus melaksanakan “standard of care”. Yang dimaksud dengan fiduciary dury adalah tugas yang dijalankan oleh direktur dengan penuh tanggung jawab untuk kepentingan orang atau pihak lain perseroan. 153 Guy P. Lender dalam Bismar Nasution, UU No. 40 Tahun 2007 dalam Perspektif Hukum Bisnis; pembelaan Direksi Melalui prinsip Business Judgment Rule, hal. 15 Universitas Sumatera Utara pemegang saham secara kaseluruhan karena kepentingan perseroan adalah identik dengan kepentingan pemegang saham dan juga termasukdi dalam kepentingan pihak kreditor perseroan. Jelas bahwa kewenangan pengurusan perseroan diberikan oleh Undang- undang kepada Direksi untuk melakukan tindakan-tindakan hukum yang diperlukan. Atau kewenangan pengurusan dipercayakan kepada direksi agar direksi dengan itikad baik senantiasa bertindak semata-mata demi kepentingan dan tujuan perseroan. Namun demikian ada kalanya dalam pengurusan, dijumpai hal-hal sebagai berikut : Sebagai contoh terkaitnya pertentanganbenturan kepentingan conflict of interest antara Direksi secara pribadi dengan perseroan, antara lain sebagai berikut : 154 1. Direktur tidak boleh menggunakan kekayaan atau uang perseroan untuk membuat keuntungan bagi dirinya. Apabila terjadi demikian dia tidak hanya melanggar tugasnya, tetapi keuntungan yang diperoleh akan akan menjadi milik perseroan. Direktur yang menyalahgunakan kekayaan perseroan untuk keuntungan sendiri bisa dituntut secara pidana karena harta perseroan hanya boleh digunakan untuk tujuan yang telah ditentukan. 2. Direktur tidak boleh menggunakan informasi yang diperoleh atas dasar jabatan untuk membuat keuntungan bagi dirinya. Maksudnya adalah menggunakan informasi tersebut guna memperoleh keuntungan bagi dirinya atau untuk orang lain yang mengakibatkan kerugian pada perseroan. 154 I.G Ray, Op. Cit, hal. 75-76 Universitas Sumatera Utara Direktur mengetahui bahwa perusahaan menghadapi risiko likuidasi dan menggunakan informasi tersebut untuk melindungi dirinya dan perusahaan lain yang dia juga sebagai direkturnya dari konsekuensi likuidasi tersebut, terhadap kerugian para kreditor yang bertindak secara wajar. 3. Direktur tidak boleh menggunakan jabatan atau mendapatkan keuntungan pribadi. Apabila direktur menggunakan jabatannya untuk memperoleh keuntungan, dia bertanggung jawab kepada perseroan. Jadi apabila direktur menerima suap karena jabatannya, dan jelas melanggar fiduciary duty. 4. Direktur tidak boleh menahan keuntungan yang dibuat dengan alasan dan di dalam “fiduciary relationship” dengan perusahaan. Dalam Pasal 97 ayat 1 UUPT menyatakan bahwa : Direksi bertanggung jawab atas pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan. Dalam Pasal 97 ayat 2 UUPT menyatakan bahwa : Pengurusan sebagaimana diamksud ayat 1 wajib dilaksanakan setiap anggota direksi dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab. Dalam Pasal 97 ayat 3 UUPT menyatakan bahwa : Setiap anggota direksi bertanggung jawab secara pribadi, apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya sesuai dengan ketentuan sebagaimana disebut pada ayat 2. Universitas Sumatera Utara Anggota Direksi wajib melaksanakan tugasnya dengan itikad baik dan dengan penuh tanggung jawab. 155 Dalam hal kepailitan terjadi karena kesalahan atau kelalaian Direksi dan kekayaan perserohan tidak cukup untuk menutup kerugian akibat kepailitan tersebut, maka setiap anggota Direksi secara tanggung renteng betanggung jawab atas kerugian itu. Para Direksi tetap mempunyai tanggung jawab yang terbatas yang merupakan ciri utama dari suatu perseroan atau PT. Namun apabila hal tersebut dilanggar, artinya anggota Direksi yang bersangkutan lalai atau bersalah dalam menjalankan tugasnya, yang bersangkutan bisa dikenakan tanggung jawab penuh secara pribadi. 156 1. Bertindak berdasarkan itikad baik Sehubungan dengan hal tersebut, kiranya perlu disinggung suatu hal yang cukup penting yang terdapat dalam peradilan Amerika Serikat yaitu yang disebut business judgment rule yaitu suatu aturan yang melindungi para direktur dari tanggung jawab pribadi, bilamana mereka : 2. Telah selayaknya memperoleh informasi yang cukup 3. Secara masuk akal dapat dipercaya bahwa tindakan yang diambil adalah yang terbaik untuk kepentinagn perseroan Bila demikian halnya, pengadilan tidak akan ragu-ragu lagi untuk melindungi direktur yang melaksanakan “business judgment” terrsebut. 155 I.G Ray, Op. Cit, hal. 77 156 Ibid, hal. 78 Universitas Sumatera Utara Business Judgment Rule selain melindungi tanggung jawab pribadi seorang Direksi apabila terjadi pelanggaran, ia juga dapat diberlakukan terhadap pembenaran- pembenaran keputusan bisnis dimana perintah-perintah yang ditujukan kepada Dewan Direksi, atau terhadap keputusan-keputusan itu sendiri, terhadap kasus yang menitik beratkan kepada keputusan bisnis yang merupakan tanggung jawab dari pembuat keputusan. Business Judgment Rule yang diterapkan terhadap Direksipembuat keputusan lazim disebut doktrin Business Jugdment Rule, dan Business Jugdment Rule yang diterapkan terhadap keputusannya langsung disebut Business Judgment Rule. 157 Seorang Direktur dalam pelaksanaan tugasnya tidak hanya terikat pada apa yang secara tegas dicantumkan dalam maksud dan tujuan serta kegiatan usaha perseroan, tetapi Direktur juga dapat mengambil prakarsa guna mewujudkan kepentingan perseroan dengan melakukan perbuatan yang menunjang dan memperlancar tugas-tugasnya, namun masih berada dalam batas-batas yang Dalam praktek bisa saja masalahnya tidak sesederhana itu, maka untuk itu diperlukan suatu profesionalisme dan wawasan dari para hakim yang mempunyai kewenangan dalam memberikan keputusan pada kasus yang diajukan kepadanya, sehingga benar-benar orang yang tidak bersalah dapat dilindungi, Sebab apabila seorang Direktur dapat membuktikan bahwa hal tersebut bukan merupakan kesalahannya, direktur dapat dibebaskan dari tanggung jawab pribadi. 157 www.hukumonline.com di akses pada tanggal 8 Juli 2010 Universitas Sumatera Utara diperkenankan atau masih dalam ruang lingkup tugas dan kewajibannya sehingga direktur dapat bertindak asalkan sesuai dengan kebiasaan, kewajaran dan kepatutan. Disamping itu, dalam melaksanakan tugasnya tersebut, direksi tidak luput dari pengawasan komisaris. Maksudnya adalahagar direksi dalam menjalankan tugasnya selalu berada dalam “track” atau jalur yang telah ditentukanoleh perseroan, karena pengurusan perseroan dilakukan tiada lain untuk kepentingan dan tujuan perseroan. Kata direksi dalam pasal 104 ayat 2 UUPT menunjukkan bahwa semua anggota direksi mempunyai tanggung jawab yang sama. 158 Tanggung renteng artinya adalah menanggung secara bersama-sama atas biaya atau utang yang harus dibyar. Tugas pengurusan yang dilaksanakan Direksi adalah tugas dari setiap anggota Direksi tanpa suatu perbedaan dan pengecualian, karena dilaksanakan secara kolegial oleh setiap anggo ta Direksi. Dalam Pasal 104 ayat 2 UUPT disebutkan : Dalam hal kepailitan terjadi karena kesalahan atau kelalaian Direksi dan kekayaan perseroan tidak cukup untuk menutup kerugian akibat kepailitan tersebut, maka setiap anggota Direksi secara tanggung renteng bertanggung jawab atas kerugian itu. 159 Terhadap hal ini pun undang-undang memberikan ketentuan yang jelas bahwa apabila memang dapat dibuktikan kepailitan perseroan bukan karena kesalahan atau 158 Lihat Pasal 104 ayat 2 UUPT 159 I.G Ray, Op. Cit, hal. 81 Universitas Sumatera Utara kelalaian anggota Direksi yang bersangkutan, ia tidak bertanggung jawab secara tanggung renteng atas kerugian tersebut Pasal 104 ayat 3 UUPT. 160 Menurut Business Judgment Rule, pertimbangan bisnis business judgment dari para anggota Direksi tidak akan ditantang diganggu gugat atau ditolak oleh pengadilan atau oleh para pemegang saham, dan para anggota Direksi tersebut tidak dapat dibebani tanggung jawab atas akibat-akibat yang timbul karena telah diambilnya suatu pertimbangan bisnis business judgment oleh anggota Direksi yang bersangkutan, sekalipun apabila pertimbangan itu keliru, kecuali dalam hal-hal tertentu. 161 Menurud Gunawan Widjaya, dalam konsepsi Business Judgment Rule, setiap anggota Direksi tidak dengan mudah dianggap telah melakukan pelanggaran atas duty of care and skill, selama ia dalam mengambil suatu tindakan telah didasarkan pada Undang-undang Perseroan Terbatas menganut prinsip presumsi bersalah bagi semua anggota Direksi. Artinya, hukum menganggap semua anggota Direksi bertanggung jawab renteng, yaitu secara sendiri-sendiri atau secara bersama-sama atas seluruh kerugian pihak lain, tanggung jawab mana berlaku atas segala perbuatan yang dilakukan oleh Direksi untuk dan atas nama perseroan, meskipun anggota Direksi tersebut tidak ikut melakukan bahkan tidak mengetahui adanya tindakan tersebut. Direksi dilihat secara keseluruhan dalam satu kesatuan meskipundalam kenyataannya tindakan tersebut hanya dilakukan oleh seorang Direksi saja. 160 Lihat Pasal 104 ayat 3 UUPT 161 Sjahdeini, Op. Cit, hal. 429 Universitas Sumatera Utara itikad baik, kecuali jika terdapat kecurangan, benturan kepentingan, atau perbuatan melawan hukum. 162 Karena hal tersebut bersifat persumsi bersalah, maka ini berarti masih terbuka kemungkinan bagi seorang atau lebih atau lebih anggota Direksi untuk membuktikan bahwa dia sebenarya tidak bersalah. Pembuktian tidak bersalah tersebut misalnya dengan hal-hal sebagai berikut : 163 1. Seorang anggota Direksi sengaja dikucilkan oleh pihak anggota direksi yang lain. 2. Seorang anggota Direksi tidak diberikan informasi yang cukup oleh Direksi yang lain. 3. Seorang anggota Direksi diberikan informasi yang keliru oleh Direksi yang lainnya. 4. Seorang anggota Direksi tidak setuju dengan tindakan tersebut tapi dia kalah dalam voting suara rapat Direksi Pasal 104 ayat 2 mengatur tanggungjawab Direki terhadap seluruh kewajiban perseroan yang telah dipailitkan, apabila ternyata kewajiban itu terhadap para kreditor tidak terlunasi seluruhnya dari harta kekayaan perseroan yang dipailitkan. Apabila direksi mengajukan voluntari petition untuk mempailitkan perseroan berdasarkan Perseroan Terbatas berdasarkan RUPS, dan ternyata : 164 162 Gunawan Widjaya, Op. Cit, hal. 152 163 Munir Fuadi, Perseroan Terbatas Paradigma Baru, Op. Cit, hal. 79 164 M. Yahya Harahap, Op. Cit, hal. 413 Universitas Sumatera Utara 1. Kepailitan itu terjadi karena kesalahan atau kelalaian Direksi, 2. Kemudian ternyata harta pailit perseroan tidak cukup membayar seluruh kewajiban utang kepada para krediror, 3. Dalam hal demikian, setiap anggota Direksi secara tanggung renteng bertanggung jawab terhadap seluruh kewajiban pembayaran utang yang tidak terlunasi dari harta perseroan yang dipailitkan tersebut. Untuk membuktikan adanya kesalahan atau kelalaian Direksi atas kepailitan perseroan, berpedoman pada penjelasan Pasal 104, yakni harus diajukan gugatan ke Pengadilan Niaga sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam UU No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Tanggung jawab secara renteng Direksi, bukan hanya ditegakkan penerapannya atas kepailitan perseroan melalui cara voluntari prtition. Akan tetapi juga berlaku dalam kepailitan perseroan melalui cara involuntari prtition, dengan syarat asal terbukti, bahwa kepailitan itu akibat kesalahan atau kelalaian direksi mengurus perseroan. Tanggung jawab renteng tersebut jaga berlaku terhadap anggota Direksi yang bersalah atau lalai yang pernah menjabat sebagai anggota direksi dalam jangka waktu 5 lima tahun sebelum putusan atau penetapan pernyataan pailit diucpkan Pengadilan Niaga. Prinsip pertanggung jawaban secara tanggung renteng yang seperti ini, bertujuan sebagai landasan prefensif atau upaya pencegahan bagi anggota Direksi Universitas Sumatera Utara untuk benar-benar bertindak dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab secara tekun dan cakap diligent and skill mengurus kepentingan perseroan. 165 Pasal 104 ayat 4 mengatur hal yang dapat membebaskan anggota Direksi dari tanggung jawab secara renteng atas kepailitan perseroan bersangkutan dapat : Dari penjelasan pasal 104 ayat 2 dan ayat 3 UUPT, dapat diketahui bahwa setiap anggota Direksi bertanggung jawab secara tanggung renteng atas kepailitan perseroan, jika kepailitan perseroan tersebut disebabkan oleh kesalahan atau kelalaian anggota Direksi dan juga bagi anggota Direksi yang salah atau lalai yang pernah menjabat sebagai anggota Direksi dalam jangka waktu 5 lima tahun sebelum putusan pernyataan pailit diucapkan, Kemudian ayat 4 memberikan kesempatan pada anggota Direksi untuk tidak bertanggung jawab atas kepailitan perseroan. Tanggung jawab anggota Direksi secara tangung renteng, tidak bersifat absolut. Tergantung pada faktor ada tidaknya kesalahan atau kelalaiannya atas kepailtan perseroan. 166 a. Anggota direksi yang bersangkutan dapat membuktikan kepailitan itu bukan karena kesalahan atau kelalaiannya; b. Anggota direksi yang bersangkutan dapat membuktikan telah melakukan pengurusan perseroan dengan : 1 Iktikad baik good faith duty 2 Kehati-hatian prudential and duty care 3 Penuh tanggung jawab, secara seksama dan cakap due diligent and skill untuk kepentingan perseroandalam kerangka maksud dan tujuan perseroan yang ditetapkan dalam AD; c. Dapat membuktikan, bahwa anggota direksi tersebut tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupu tidak langsung atas tindakan pengurusan perseroan yang dilakukan selama menjabat sebagai direksi; 165 Ibid, hal. 414 166 Lihat Pasal 104 ayat 4 UUPT Universitas Sumatera Utara d. Dapat membuktikan, telah mengambil segala tindakan yang relevan dan urgen untuk mencegah terjadinya kepailitan. Apabila Direksi dapat membuktikan hal-hal tersebut diatas bukan karena kesalahannya atau kelalaiannya maka anggota Direksi akan mendapat perlindungan dari prinsip Business Judgment Rule dan akan bebas dari tanggung jawab renteng. Fred Tumbuan memberikan catatan tentang ketentuan Pasal 104 ayat 4 ini bahwa sesuai dengan sebagaimana dimaksud Pasal 97 ayat 2 UUPT bahwa tugas, wewenang dan tanggung jawab pengurusan PT untuk kepentingan dan usaha PT dipercayakan dan dibebankan kepada setiap anggota Direksi tanpa ada kecuali, maka baik kesalahan atau kelalaian seorang atau lebih anggota Direksi berakibat bahwa seluruh Direksi, yaitu masing-masing anggota Direksi harus menanggung akibatnya. Tanggung jawab kolegial ini yang dimaksud Pasal 104 ayat 4 UUPT. Selanjutnya, yang harus membuktikan bahwa kepailitan telah terjadi karena kesalahan atau kelalaian direksi PT adalah pihak yang mendalilkannya. Apabila pihak yang dimaksud berhasil membuktikan hal tersebut, maka sesuai ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 104 ayat 4 UUPT setiap anggota Direksi karena hukum secara tanggung renteng bertanggung jawab atas kerugian akibat kepailitan PT yang tidak dapat ditutup oleh kekayaan PT, kecuali anggota Direksi yang mersa dirinya tidak bersalah atau lalai dapat membuktikan bahwa kepailitan PT bukan karena kesalahan atau kelalaiannya. Sesuai ketentuan yang dimaksud Pasal 104 ayat 4 UUPT beban pembuktian ada pada anggota Direksi tersebut. Universitas Sumatera Utara Menurut Schreuder, pengertian kesalahan menurut hukum pidana menurutnya ada 3 tiga unsur-unsur yaitu : 167 1. Kelakuan yang bersifat melawan hukum 2. Dolus kesengajaan atau culva kelalaian 3. Kemampuan bertanggung jawab pelaku Menurut Sutan Remi Sjahdeini, yang dimaksud dengan “kesalahan” dalam UUPT Lama adalah “kesengajaan” karena dalam Pasal 90 ayat 2 UUPT itu disebut pula secara tersendiri unsur “kelalaian”. Dalam hukum pidana, dikenal 3 tiga macam gradasi dari unsur sesengajaan dolus, yaitu : 168 1. Kesengajaan sebagai maksud oorgmerk 2. Kesengajaan dengan kesadaran pasti atau keharusan 3. Kesengajaan dengan menyadari kemungkinan dolus eventualis Sedangkan unsur kelalaiankealpaan culva juga mempunyai 2 dua macam gradasi, antara lain: 169 1. Kealpaan yang berat culva lata 2. Kealpaan yang ringan culva levis Sutan Remi Syadjeni yang sependapat dengan pengadilan-pengadilan di Amerika Serikat, bahwa setiap anggota Direksi perseroan dalam menjalankan tugasnya hanya bertanggung jawab apabila kelalaian yang dilakukan adalah kelalaian 167 S.R Sianturi, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya, Jakarta: Alumni Ahaem-Petehaem, 1996, hal. 160-161 168 Sjahdeini, Op. Cit, hal. 170-175 169 Sofjan Sastra Widjaja, Hukum Pidana Asasa Hukum Pidana Sampai Dengan Alasan Peniadaan Pidana, Bandung: Armico, 1996, hal. 214 Universitas Sumatera Utara berat gross negligence. Meskipun, menurut penulis, tidaklah mudah untuk membedakan mana perbuatan hukum Direksi yang bersifat kelalaian ringan dan mana perbuatan Direksi yang bersifat kalalaian berat. Bersifat penilaian tersebut merupakan sesuatu yang bersifat subjektivitas. 170 Apabila terbukti bahwa tindakan atau keputusan yang diambil oleh direktur untuk memberlakukan suatu kebijakan korporasi yang didasarkan atas business judgment yang tepat dalam rangka meraih keuntungan sebanyak-banyaknya bagi Hal-hal tersebutlah yang mampu membebaskan anggota Direksi ikut memikul tanggung jawab secara tanggung renteng untuk membayar pelunasan kewajiban perseroan pailit, apabila harta pailit tidak cukup melunasi seluruh utang kepada kreditor. Apabila anggota Direksi yang bersangkutan tidak dapat membuktikan hal- hal dimaksud, dia dipikulkan untuk melunasi kekurangan pembayaran utang secara tanggung renteng. Salah satu tolak ukur untuk memutuskan apakah suatu kerugian tidak disebabkan oleh keputusan bisnis business judgment yang tidak tepat sehingga dapat menghindar dari pelanggaran prinsip duty of care adalah: Pertama, memiliki informasi tentang masalah yang akan diputuskan dan percaya bahwa informasi tersebut benar. Kedua, tidak memiliki kepentingan dengan keputusan dan memutuskan dengan itikad baik. Ketiga, memiliki dasar rasional untuk mempercayai bahwa keputusan yang diambil adalah yang terbaik bagi perusahaan. 170 Sutan Remi Sjahdeini, Op. Cit, hal. 440-441 Universitas Sumatera Utara korporasi, maka apabila ternyata tindakan yang diambil tersebut menimbulkan kerugian yang melahirkan pertanggungjawaban pidana, tidak dapat dibebankan pada pribadi pengurus Direksi atau pejabat korporasi lainnya, tetapi dibebankan pada korporasi. Pertanggungjawaban oleh pengurus hanya dimungkinkan apabila terbukti terjadi pelanggaran duty of care dan duty of loyality. 171 Dengan demikian Direksi harus memahami bahwa pengelolan perseroan harus dilakukan dengan mengambil pertimbangan yang dianggap tepat, mempunyai itikad baik dan penuh tanggung jawab. Harus dilakukan dengan kemampuan yang handal dan kehati-hatian yang tinggi sehingga tidak terdapat kesalahan atau kelalaian dalam pertimbangan tersebut. Menghindari adanya benturan kepentingan baik langsung Akan tetapi, anggota Direksi tidak perlu terlampau risau, jika memperhatikan penjelasan Pasal 104. Bukankah penjelasan Pasal ini mengatakan untuk membuktikan kesalahan atau kelalaian Direksi, harus melalui proses gugatan ke Pengadilan Niaga sesuai dengan ketentuan UU No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Berarti sesuai dengan tata tertib dan prinsip hukum pembebanan pembuktian yang digariskan pada Pasal 163 HIR, Pasal 1865 KUH Perdata. Apabila diajukan gugatan terhadap anggota Direksi atas dalil telah salah atau lalai mengurus perseroan yang mengakibatkan perseroan pailit, maka pemohon atau penggugat yang harus membuktikan tentang kebenaran kesalahan atau kelalaian direksi. 171 www.hukumonline.com di akses pada tanggal 8 Juli 2010 Universitas Sumatera Utara maupun tidak langsung dalam setiap pertimbangn yang diambil. Melakukan upaya- upaya antisipasi terhadap kemungkinan munculnya atau berlanjutnya suatu kerugian bagi perseroan. Universitas Sumatera Utara

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen yang terkait

Tanggung Jawab Yayasan Sebagai Pemegang Saham Melalui Penyertaan Modal Dalam PT Dikaitkan Dengan Prinsip Piercing The Corporate Veil

3 138 101

Pertanggungjawaban Pidana Direksi Terkait Prinsip Business Judgment Rule Terhadap Tindak Pidana Lingkungan Hidup

3 41 144

Tanggung Jawab dan Wewenang Penjamin Dalam Kepailitan Perseroan Terbatas (PT)

2 94 140

Analisis Yuridis Terhadap Business Judgment Rule Sebagai Wujud Perlindungan Hukum Terhadap Direksi Suatu Perseroan Terbatas

0 53 130

Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank Yang Berbadan Hukum Perseoran Terbatas

0 34 151

TINJAUAN YURIDIS TANGGUNG JAWAB HUKUM TERHADAP PERJANJIAN PENYELENGGARAAN PAMERAN ANTARA Tinjauan Yuridis Tanggung Jawab Hukum Terhadap Perjanjian Penyelenggaraan Pameran Antara Pt. Assalam Hypermarket Sebagai Penyelenggara Dengan Peserta Pameran Buku I

0 3 12

TINJAUAN YURIDIS TENTANG TANGGUNG JAWAB HUKUM TERHADAP SEWA MENYEWA TANGKI MINYAK ANTARA Tinjauan Yuridis Tentang Tanggung Jawab Hukum Terhadap Sewa Menyewa Tangki Minyak Antara PT Karyamas Niaga Manunggal Jaya Dengan Pertamina.

0 2 19

Tinjauan Hukum Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan PT. Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk Dikaitkan Dengan Prinsip-prinsip Good Corporate Governance.

0 0 1

99 TANGGUNG JAWAB ORGAN PERSEROAN TERBATAS (PT) DALAM KEPAILITAN

0 0 12

PENERAPAN PRINSIP BUSINESS JUDGMENT RULE TERKAIT PERTANGGUNG JAWABAN PIDANA, STUDY KASUS HOTASI D.P. NABABAN (DIREKTUR UTAMA PT. MERPATI AIRLINE (PERSERO) TBK.) Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 19