informasi yang dibutuhkan untuk dimasukkan dalam laporan cukup dan akurat dan diserahkan pada waktu yang tepat.
153
Pengurussan perseroan sebenarnya hanya dapat dilakukan oleh Direksi, kecuali dalam hal Direktur tidak ada, maka undang-undang memberi wewenang
kepada Komisaris untuk melakukan pengurusan perseroan Pasal 100 ayat 2 UUPT 95. Direksi dalam melakukan tugas dan kewajiban atau tindakan hukum berdasarkan
kemampuan serta kehati-hatian yang diperlukan untuk mewujudkan kepentingan dan tujuan perseroan. Dalam hal ini pada akhirnya fiduciary jaga bermanfaat bagi
C. Tanggung Jawab Direktur PT Dikaikan Dengan Prinsip Business Judgment Rule
Perseroan sebagai badan dan subjek hukum mempunyai hak dan kewajiban. Hak dan kewajiban perseroan dilaksanakan oleh organ perseroan yaitu Direksi
perseroan. Direksi merupakan organ yang terdiri atas para direktur yang tiada lain adalah subjek hukum berupa organ atau natural person.
Selanjutnya Direksi bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan. Artinya, secara “fiduciary” harus melaksanakan “standard of care”.
Yang dimaksud dengan fiduciary dury adalah tugas yang dijalankan oleh direktur dengan penuh tanggung jawab untuk kepentingan orang atau pihak lain
perseroan.
153
Guy P. Lender dalam Bismar Nasution, UU No. 40 Tahun 2007 dalam Perspektif Hukum Bisnis; pembelaan Direksi Melalui prinsip Business Judgment Rule, hal. 15
Universitas Sumatera Utara
pemegang saham secara kaseluruhan karena kepentingan perseroan adalah identik dengan kepentingan pemegang saham dan juga termasukdi dalam kepentingan pihak
kreditor perseroan. Jelas bahwa kewenangan pengurusan perseroan diberikan oleh Undang-
undang kepada Direksi untuk melakukan tindakan-tindakan hukum yang diperlukan. Atau kewenangan pengurusan dipercayakan kepada direksi agar direksi dengan itikad
baik senantiasa bertindak semata-mata demi kepentingan dan tujuan perseroan. Namun demikian ada kalanya dalam pengurusan, dijumpai hal-hal sebagai
berikut : Sebagai contoh terkaitnya pertentanganbenturan kepentingan conflict of interest
antara Direksi secara pribadi dengan perseroan, antara lain sebagai berikut :
154
1. Direktur tidak boleh menggunakan kekayaan atau uang perseroan untuk membuat
keuntungan bagi dirinya. Apabila terjadi demikian dia tidak hanya melanggar tugasnya, tetapi keuntungan yang diperoleh akan akan menjadi milik perseroan.
Direktur yang menyalahgunakan kekayaan perseroan untuk keuntungan sendiri bisa dituntut secara pidana karena harta perseroan hanya boleh digunakan untuk
tujuan yang telah ditentukan. 2.
Direktur tidak boleh menggunakan informasi yang diperoleh atas dasar jabatan untuk membuat keuntungan bagi dirinya. Maksudnya adalah menggunakan
informasi tersebut guna memperoleh keuntungan bagi dirinya atau untuk orang lain yang mengakibatkan kerugian pada perseroan.
154
I.G Ray, Op. Cit, hal. 75-76
Universitas Sumatera Utara
Direktur mengetahui bahwa perusahaan menghadapi risiko likuidasi dan menggunakan informasi tersebut untuk melindungi dirinya dan perusahaan lain
yang dia juga sebagai direkturnya dari konsekuensi likuidasi tersebut, terhadap kerugian para kreditor yang bertindak secara wajar.
3. Direktur tidak boleh menggunakan jabatan atau mendapatkan keuntungan pribadi.
Apabila direktur menggunakan jabatannya untuk memperoleh keuntungan, dia bertanggung jawab kepada perseroan. Jadi apabila direktur menerima suap karena
jabatannya, dan jelas melanggar fiduciary duty. 4.
Direktur tidak boleh menahan keuntungan yang dibuat dengan alasan dan di dalam “fiduciary relationship” dengan perusahaan.
Dalam Pasal 97 ayat 1 UUPT menyatakan bahwa : Direksi bertanggung jawab atas pengurusan perseroan untuk kepentingan
perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan. Dalam Pasal 97 ayat 2 UUPT menyatakan bahwa :
Pengurusan sebagaimana diamksud ayat 1 wajib dilaksanakan setiap anggota direksi dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab.
Dalam Pasal 97 ayat 3 UUPT menyatakan bahwa : Setiap anggota direksi bertanggung jawab secara pribadi, apabila yang
bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya sesuai dengan ketentuan sebagaimana disebut pada ayat 2.
Universitas Sumatera Utara
Anggota Direksi wajib melaksanakan tugasnya dengan itikad baik dan dengan penuh tanggung jawab.
155
Dalam hal kepailitan terjadi karena kesalahan atau kelalaian Direksi dan kekayaan perserohan tidak cukup untuk menutup kerugian akibat kepailitan tersebut,
maka setiap anggota Direksi secara tanggung renteng betanggung jawab atas kerugian itu.
Para Direksi tetap mempunyai tanggung jawab yang terbatas yang merupakan ciri utama dari suatu perseroan atau PT. Namun apabila hal tersebut dilanggar, artinya
anggota Direksi yang bersangkutan lalai atau bersalah dalam menjalankan tugasnya, yang bersangkutan bisa dikenakan tanggung jawab penuh secara pribadi.
156
1. Bertindak berdasarkan itikad baik
Sehubungan dengan hal tersebut, kiranya perlu disinggung suatu hal yang cukup penting yang terdapat dalam peradilan Amerika Serikat yaitu yang disebut
business judgment rule yaitu suatu aturan yang melindungi para direktur dari tanggung jawab pribadi, bilamana mereka :
2. Telah selayaknya memperoleh informasi yang cukup
3. Secara masuk akal dapat dipercaya bahwa tindakan yang diambil adalah yang
terbaik untuk kepentinagn perseroan Bila demikian halnya, pengadilan tidak akan ragu-ragu lagi untuk melindungi
direktur yang melaksanakan “business judgment” terrsebut.
155
I.G Ray, Op. Cit, hal. 77
156
Ibid, hal. 78
Universitas Sumatera Utara
Business Judgment Rule selain melindungi tanggung jawab pribadi seorang Direksi apabila terjadi pelanggaran, ia juga dapat diberlakukan terhadap pembenaran-
pembenaran keputusan bisnis dimana perintah-perintah yang ditujukan kepada Dewan Direksi, atau terhadap keputusan-keputusan itu sendiri, terhadap kasus yang
menitik beratkan kepada keputusan bisnis yang merupakan tanggung jawab dari pembuat keputusan. Business Judgment Rule yang diterapkan terhadap
Direksipembuat keputusan lazim disebut doktrin Business Jugdment Rule, dan Business Jugdment Rule yang diterapkan terhadap keputusannya langsung disebut
Business Judgment Rule.
157
Seorang Direktur dalam pelaksanaan tugasnya tidak hanya terikat pada apa yang secara tegas dicantumkan dalam maksud dan tujuan serta kegiatan usaha
perseroan, tetapi Direktur juga dapat mengambil prakarsa guna mewujudkan kepentingan perseroan dengan melakukan perbuatan yang menunjang dan
memperlancar tugas-tugasnya, namun masih berada dalam batas-batas yang Dalam praktek bisa saja masalahnya tidak sesederhana itu, maka untuk itu
diperlukan suatu profesionalisme dan wawasan dari para hakim yang mempunyai kewenangan dalam memberikan keputusan pada kasus yang diajukan kepadanya,
sehingga benar-benar orang yang tidak bersalah dapat dilindungi, Sebab apabila seorang Direktur dapat membuktikan bahwa hal tersebut bukan merupakan
kesalahannya, direktur dapat dibebaskan dari tanggung jawab pribadi.
157
www.hukumonline.com di akses pada tanggal 8 Juli 2010
Universitas Sumatera Utara
diperkenankan atau masih dalam ruang lingkup tugas dan kewajibannya sehingga direktur dapat bertindak asalkan sesuai dengan kebiasaan, kewajaran dan kepatutan.
Disamping itu, dalam melaksanakan tugasnya tersebut, direksi tidak luput dari pengawasan komisaris. Maksudnya adalahagar direksi dalam menjalankan tugasnya
selalu berada dalam “track” atau jalur yang telah ditentukanoleh perseroan, karena pengurusan perseroan dilakukan tiada lain untuk kepentingan dan tujuan perseroan.
Kata direksi dalam pasal 104 ayat 2 UUPT menunjukkan bahwa semua anggota direksi mempunyai tanggung jawab yang sama.
158
Tanggung renteng artinya adalah menanggung secara bersama-sama atas biaya atau utang yang harus dibyar.
Tugas pengurusan yang dilaksanakan Direksi adalah tugas dari setiap anggota Direksi tanpa suatu perbedaan dan pengecualian, karena dilaksanakan secara kolegial
oleh setiap anggo ta Direksi. Dalam Pasal 104 ayat 2 UUPT disebutkan :
Dalam hal kepailitan terjadi karena kesalahan atau kelalaian Direksi dan kekayaan perseroan tidak cukup untuk menutup kerugian akibat kepailitan
tersebut, maka setiap anggota Direksi secara tanggung renteng bertanggung jawab atas kerugian itu.
159
Terhadap hal ini pun undang-undang memberikan ketentuan yang jelas bahwa apabila memang dapat dibuktikan kepailitan perseroan bukan karena kesalahan atau
158
Lihat Pasal 104 ayat 2 UUPT
159
I.G Ray, Op. Cit, hal. 81
Universitas Sumatera Utara
kelalaian anggota Direksi yang bersangkutan, ia tidak bertanggung jawab secara tanggung renteng atas kerugian tersebut Pasal 104 ayat 3 UUPT.
160
Menurut Business Judgment Rule, pertimbangan bisnis business judgment dari para anggota Direksi tidak akan ditantang diganggu gugat atau ditolak oleh
pengadilan atau oleh para pemegang saham, dan para anggota Direksi tersebut tidak dapat dibebani tanggung jawab atas akibat-akibat yang timbul karena telah
diambilnya suatu pertimbangan bisnis business judgment oleh anggota Direksi yang bersangkutan, sekalipun apabila pertimbangan itu keliru, kecuali dalam hal-hal
tertentu.
161
Menurud Gunawan Widjaya, dalam konsepsi Business Judgment Rule, setiap anggota Direksi tidak dengan mudah dianggap telah melakukan pelanggaran atas duty
of care and skill, selama ia dalam mengambil suatu tindakan telah didasarkan pada Undang-undang Perseroan Terbatas menganut prinsip presumsi bersalah bagi
semua anggota Direksi. Artinya, hukum menganggap semua anggota Direksi bertanggung jawab renteng, yaitu secara sendiri-sendiri atau secara bersama-sama
atas seluruh kerugian pihak lain, tanggung jawab mana berlaku atas segala perbuatan yang dilakukan oleh Direksi untuk dan atas nama perseroan, meskipun anggota
Direksi tersebut tidak ikut melakukan bahkan tidak mengetahui adanya tindakan tersebut. Direksi dilihat secara keseluruhan dalam satu kesatuan meskipundalam
kenyataannya tindakan tersebut hanya dilakukan oleh seorang Direksi saja.
160
Lihat Pasal 104 ayat 3 UUPT
161
Sjahdeini, Op. Cit, hal. 429
Universitas Sumatera Utara
itikad baik, kecuali jika terdapat kecurangan, benturan kepentingan, atau perbuatan melawan hukum.
162
Karena hal tersebut bersifat persumsi bersalah, maka ini berarti masih terbuka kemungkinan bagi seorang atau lebih atau lebih anggota Direksi untuk membuktikan
bahwa dia sebenarya tidak bersalah. Pembuktian tidak bersalah tersebut misalnya dengan hal-hal sebagai berikut :
163
1. Seorang anggota Direksi sengaja dikucilkan oleh pihak anggota direksi yang lain.
2. Seorang anggota Direksi tidak diberikan informasi yang cukup oleh Direksi yang
lain. 3.
Seorang anggota Direksi diberikan informasi yang keliru oleh Direksi yang lainnya.
4. Seorang anggota Direksi tidak setuju dengan tindakan tersebut tapi dia kalah
dalam voting suara rapat Direksi Pasal 104 ayat 2 mengatur tanggungjawab Direki terhadap seluruh
kewajiban perseroan yang telah dipailitkan, apabila ternyata kewajiban itu terhadap para kreditor tidak terlunasi seluruhnya dari harta kekayaan perseroan yang
dipailitkan. Apabila direksi mengajukan voluntari petition untuk mempailitkan perseroan
berdasarkan Perseroan Terbatas berdasarkan RUPS, dan ternyata :
164
162
Gunawan Widjaya, Op. Cit, hal. 152
163
Munir Fuadi, Perseroan Terbatas Paradigma Baru, Op. Cit, hal. 79
164
M. Yahya Harahap, Op. Cit, hal. 413
Universitas Sumatera Utara
1. Kepailitan itu terjadi karena kesalahan atau kelalaian Direksi,
2. Kemudian ternyata harta pailit perseroan tidak cukup membayar seluruh
kewajiban utang kepada para krediror, 3.
Dalam hal demikian, setiap anggota Direksi secara tanggung renteng bertanggung jawab terhadap seluruh kewajiban pembayaran utang yang tidak terlunasi dari
harta perseroan yang dipailitkan tersebut. Untuk membuktikan adanya kesalahan atau kelalaian Direksi atas kepailitan
perseroan, berpedoman pada penjelasan Pasal 104, yakni harus diajukan gugatan ke Pengadilan Niaga sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam UU No. 37 Tahun 2004
tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Tanggung jawab secara renteng Direksi, bukan hanya ditegakkan
penerapannya atas kepailitan perseroan melalui cara voluntari prtition. Akan tetapi juga berlaku dalam kepailitan perseroan melalui cara involuntari prtition, dengan
syarat asal terbukti, bahwa kepailitan itu akibat kesalahan atau kelalaian direksi mengurus perseroan.
Tanggung jawab renteng tersebut jaga berlaku terhadap anggota Direksi yang bersalah atau lalai yang pernah menjabat sebagai anggota direksi dalam jangka waktu
5 lima tahun sebelum putusan atau penetapan pernyataan pailit diucpkan Pengadilan Niaga.
Prinsip pertanggung jawaban secara tanggung renteng yang seperti ini, bertujuan sebagai landasan prefensif atau upaya pencegahan bagi anggota Direksi
Universitas Sumatera Utara
untuk benar-benar bertindak dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab secara tekun dan cakap diligent and skill mengurus kepentingan perseroan.
165
Pasal 104 ayat 4 mengatur hal yang dapat membebaskan anggota Direksi dari tanggung jawab secara renteng atas kepailitan perseroan bersangkutan dapat :
Dari penjelasan pasal 104 ayat 2 dan ayat 3 UUPT, dapat diketahui bahwa setiap anggota Direksi bertanggung jawab secara tanggung renteng atas kepailitan
perseroan, jika kepailitan perseroan tersebut disebabkan oleh kesalahan atau kelalaian anggota Direksi dan juga bagi anggota Direksi yang salah atau lalai yang pernah
menjabat sebagai anggota Direksi dalam jangka waktu 5 lima tahun sebelum putusan pernyataan pailit diucapkan, Kemudian ayat 4 memberikan kesempatan
pada anggota Direksi untuk tidak bertanggung jawab atas kepailitan perseroan. Tanggung jawab anggota Direksi secara tangung renteng, tidak bersifat
absolut. Tergantung pada faktor ada tidaknya kesalahan atau kelalaiannya atas kepailtan perseroan.
166
a. Anggota direksi yang bersangkutan dapat membuktikan kepailitan itu bukan
karena kesalahan atau kelalaiannya; b.
Anggota direksi yang bersangkutan dapat membuktikan telah melakukan pengurusan perseroan dengan :
1 Iktikad baik good faith duty
2 Kehati-hatian prudential and duty care
3 Penuh tanggung jawab, secara seksama dan cakap due diligent and skill
untuk kepentingan perseroandalam kerangka maksud dan tujuan perseroan yang ditetapkan dalam AD;
c. Dapat membuktikan, bahwa anggota direksi tersebut tidak mempunyai
benturan kepentingan baik langsung maupu tidak langsung atas tindakan pengurusan perseroan yang dilakukan selama menjabat sebagai direksi;
165
Ibid, hal. 414
166
Lihat Pasal 104 ayat 4 UUPT
Universitas Sumatera Utara
d. Dapat membuktikan, telah mengambil segala tindakan yang relevan dan urgen
untuk mencegah terjadinya kepailitan.
Apabila Direksi dapat membuktikan hal-hal tersebut diatas bukan karena kesalahannya atau kelalaiannya maka anggota Direksi akan mendapat perlindungan
dari prinsip Business Judgment Rule dan akan bebas dari tanggung jawab renteng. Fred Tumbuan memberikan catatan tentang ketentuan Pasal 104 ayat 4 ini
bahwa sesuai dengan sebagaimana dimaksud Pasal 97 ayat 2 UUPT bahwa tugas, wewenang dan tanggung jawab pengurusan PT untuk kepentingan dan usaha PT
dipercayakan dan dibebankan kepada setiap anggota Direksi tanpa ada kecuali, maka baik kesalahan atau kelalaian seorang atau lebih anggota Direksi berakibat bahwa
seluruh Direksi, yaitu masing-masing anggota Direksi harus menanggung akibatnya. Tanggung jawab kolegial ini yang dimaksud Pasal 104 ayat 4 UUPT. Selanjutnya,
yang harus membuktikan bahwa kepailitan telah terjadi karena kesalahan atau kelalaian direksi PT adalah pihak yang mendalilkannya. Apabila pihak yang
dimaksud berhasil membuktikan hal tersebut, maka sesuai ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 104 ayat 4 UUPT setiap anggota Direksi karena hukum
secara tanggung renteng bertanggung jawab atas kerugian akibat kepailitan PT yang tidak dapat ditutup oleh kekayaan PT, kecuali anggota Direksi yang mersa dirinya
tidak bersalah atau lalai dapat membuktikan bahwa kepailitan PT bukan karena kesalahan atau kelalaiannya. Sesuai ketentuan yang dimaksud Pasal 104 ayat 4
UUPT beban pembuktian ada pada anggota Direksi tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Schreuder, pengertian kesalahan menurut hukum pidana menurutnya ada 3 tiga unsur-unsur yaitu :
167
1. Kelakuan yang bersifat melawan hukum
2. Dolus kesengajaan atau culva kelalaian
3. Kemampuan bertanggung jawab pelaku
Menurut Sutan Remi Sjahdeini, yang dimaksud dengan “kesalahan” dalam UUPT Lama adalah “kesengajaan” karena dalam Pasal 90 ayat 2 UUPT itu disebut
pula secara tersendiri unsur “kelalaian”. Dalam hukum pidana, dikenal 3 tiga macam gradasi dari unsur sesengajaan dolus, yaitu :
168
1. Kesengajaan sebagai maksud oorgmerk
2. Kesengajaan dengan kesadaran pasti atau keharusan
3. Kesengajaan dengan menyadari kemungkinan dolus eventualis
Sedangkan unsur kelalaiankealpaan culva juga mempunyai 2 dua macam gradasi, antara lain:
169
1. Kealpaan yang berat culva lata
2. Kealpaan yang ringan culva levis
Sutan Remi Syadjeni yang sependapat dengan pengadilan-pengadilan di Amerika Serikat, bahwa setiap anggota Direksi perseroan dalam menjalankan
tugasnya hanya bertanggung jawab apabila kelalaian yang dilakukan adalah kelalaian
167
S.R Sianturi, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya, Jakarta: Alumni Ahaem-Petehaem, 1996, hal. 160-161
168
Sjahdeini, Op. Cit, hal. 170-175
169
Sofjan Sastra Widjaja, Hukum Pidana Asasa Hukum Pidana Sampai Dengan Alasan Peniadaan Pidana, Bandung: Armico, 1996, hal. 214
Universitas Sumatera Utara
berat gross negligence. Meskipun, menurut penulis, tidaklah mudah untuk membedakan mana perbuatan hukum Direksi yang bersifat kelalaian ringan dan mana
perbuatan Direksi yang bersifat kalalaian berat. Bersifat penilaian tersebut merupakan sesuatu yang bersifat subjektivitas.
170
Apabila terbukti bahwa tindakan atau keputusan yang diambil oleh direktur untuk memberlakukan suatu kebijakan korporasi yang didasarkan atas business
judgment yang tepat dalam rangka meraih keuntungan sebanyak-banyaknya bagi Hal-hal tersebutlah yang mampu membebaskan anggota Direksi ikut memikul
tanggung jawab secara tanggung renteng untuk membayar pelunasan kewajiban perseroan pailit, apabila harta pailit tidak cukup melunasi seluruh utang kepada
kreditor. Apabila anggota Direksi yang bersangkutan tidak dapat membuktikan hal- hal dimaksud, dia dipikulkan untuk melunasi kekurangan pembayaran utang secara
tanggung renteng. Salah satu tolak ukur untuk memutuskan apakah suatu kerugian tidak
disebabkan oleh keputusan bisnis business judgment yang tidak tepat sehingga dapat menghindar dari pelanggaran prinsip duty of care adalah: Pertama, memiliki
informasi tentang masalah yang akan diputuskan dan percaya bahwa informasi tersebut benar. Kedua, tidak memiliki kepentingan dengan keputusan dan
memutuskan dengan itikad baik. Ketiga, memiliki dasar rasional untuk mempercayai bahwa keputusan yang diambil adalah yang terbaik bagi perusahaan.
170
Sutan Remi Sjahdeini, Op. Cit, hal. 440-441
Universitas Sumatera Utara
korporasi, maka apabila ternyata tindakan yang diambil tersebut menimbulkan kerugian yang melahirkan pertanggungjawaban pidana, tidak dapat dibebankan pada
pribadi pengurus Direksi atau pejabat korporasi lainnya, tetapi dibebankan pada korporasi. Pertanggungjawaban oleh pengurus hanya dimungkinkan apabila terbukti
terjadi pelanggaran duty of care dan duty of loyality.
171
Dengan demikian Direksi harus memahami bahwa pengelolan perseroan harus dilakukan dengan mengambil pertimbangan yang dianggap tepat, mempunyai itikad
baik dan penuh tanggung jawab. Harus dilakukan dengan kemampuan yang handal dan kehati-hatian yang tinggi sehingga tidak terdapat kesalahan atau kelalaian dalam
pertimbangan tersebut. Menghindari adanya benturan kepentingan baik langsung Akan tetapi, anggota Direksi tidak perlu terlampau risau, jika memperhatikan
penjelasan Pasal 104. Bukankah penjelasan Pasal ini mengatakan untuk membuktikan kesalahan atau kelalaian Direksi, harus melalui proses gugatan ke Pengadilan Niaga
sesuai dengan ketentuan UU No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Berarti sesuai dengan tata tertib dan prinsip hukum
pembebanan pembuktian yang digariskan pada Pasal 163 HIR, Pasal 1865 KUH Perdata. Apabila diajukan gugatan terhadap anggota Direksi atas dalil telah salah atau
lalai mengurus perseroan yang mengakibatkan perseroan pailit, maka pemohon atau penggugat yang harus membuktikan tentang kebenaran kesalahan atau kelalaian
direksi.
171
www.hukumonline.com di akses pada tanggal 8 Juli 2010
Universitas Sumatera Utara
maupun tidak langsung dalam setiap pertimbangn yang diambil. Melakukan upaya- upaya antisipasi terhadap kemungkinan munculnya atau berlanjutnya suatu kerugian
bagi perseroan.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN