Pengaruh in-store marketing terhadap perubahan keputusan pembelian konsumen Toserba Yogya Banjar, Jawa Barat

(1)

1

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN DENGAN

METODE ECONOMIC VALUE ADDED (EVA)

PERIODE 2008-2009

(STUDI KASUS PT. BANK MUAMALAT INDONESIA, Tbk)

Oleh

IRMA NOVITA SARI

H24087090

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011


(2)

2

RINGKASAN

IRMA NOVITA SARI. Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA) Periode 2008-2009 (Studi kasus PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk). Di bawah bimbingan FARIDA RATNA DEWI.

Krisis finansial yang terjadi pada tahun 1998 yang menghantam Indonesia dapat berdampak luas terhadap bidang bisnis, termasuk sektor perbankan. Tetapi Bank Muamalat masih tetap bisa bertahan tanpa memerlukan rekapitalisasi dari pemerintah meskipun Non Performing Financial (NPL) nya mencapai lebih dari 60%. Dengan adanya metode EVA diharapkan dapat memberikan masukan dan membantu investor untuk memilih perbankan syariah mana yang dapat memberikan nilai tambah bagi pemegang sahamnya.

Berdasarkan permasalahan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui kinerja keuangan PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk dilihat dari Return On Equity (ROE), Return On Asset (ROA), Earning Per Share (EPS) (2) Untuk mengetahui kinerja keuangan PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk berdasarkan pendekatan Economic Value Added (EVA), dan (3) Merumuskan strategi yang akan diterapkan oleh perusahaan untuk meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Agustus 2010. Lokasi penelitian ini pada PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari laporan keuangan perusahaan, buku, dan data publikasi lainnya. Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan metode Economic Value Added (EVA) dan perhitungan dilakukan dengan menggunakan bantuan program komputer MS excel 2010.

Berdasarkan rasio keuangan perusahaan, tingkat pendekatan laba melalui ROE menurun pada tahun 2009 sebesar 25,11%, ROA sebesar 2,15%, dan EPS sebesar Rp 186,73, dimana penurunan ini disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya terjadinya penurunan pada laba operasional dan pendapatan dari piutang jual beli yang akan memberikan dampak penurunan terhadap laba secara keseluruhan. Adapun berdasarkan hasil analisis kinerja keuangan dengan menggunakan metode Economic Value Added (EVA), maka perusahaan memperoleh hasil EVA yang positif pada tahun 2008 sebesar Rp 1.076.900.927

dan akhir 2009 memperoleh EVA negatif sebesar Rp (7.137.252). Untuk dapat meningkatkan kinerja keuangan dan nilai tambah bagi investor, maka perusahaan perlu melakukan beberapa strategi, salah satunya dengan cara dapat meningkatkan pendapatan operasi utama perusahaan dan meningkatkan laba operasi tanpa adanya penambahan biaya modal. Analisis EVA ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar perubahan kenaikan kinerja keuangan perusahaan dalam menarik investor untuk menanamkan saham pada perusahaan tersebut.


(3)

i

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN DENGAN

METODE ECONOMIC VALUE ADDED (EVA)

PERIODE 2008-2009

(STUDI KASUS PT BANK MUAMALAT INDONESIA, Tbk)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI

pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

Oleh

IRMA NOVITA SARI

H24087090

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011


(4)

ii

Judul : Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan dengan Menggunakan Metode

Economic Value Added (EVA) Periode 2008-2009 (Studi kasus PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk)

Nama : Irma Novita Sari NRP : H24087090

Menyetujui Dosen Pembimbing,

Farida Ratna Dewi, SE, MM NIP : 197103072005012001

Mengetahui Ketua Departemen,

Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc NIP : 196101231986011002


(5)

iii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Koto Baru-Dharmasraya pada tanggal 20 November 1987. Penulis merupakan anak ketiga dari pasangan H. Sadiwar, S.Pd dan Hj. Netri Eliza.

Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Dharmawanita Koto Baru pada tahun 1992, lalu melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri 20 Seberang Piruko. Pada tahun 1999, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 03 Wonotiung Koto Baru dan melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum Negeri 01 Koto Baru dan masuk dalam program IPA pada tahun 2002. Pada tahun 2005, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur PMDK Diploma (D3) IPB dengan jurusan Perencanaan/Pengendalian Produksi Manufaktur/Jasa (PPMJ), dan kemudian pada tahun 2008, penulis melanjutkan pendidikan pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi vice secretary extention of management (EXOM) tahun ajaran 2008/2009. Selain itu, penulis juga aktif pada kegiatan kerohanian Islam (ROHIS) ekstensi sebagai anggota sekaligus pengurus Keluarga Muslim Ekstensi (KAMUS) tahun ajaran 2008/2009.

Bogor, Januari 2011


(6)

iv

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi rabil’alamin segala puji bagi Allah Subhaanahu Wa Ta’ala

Rabb semesta alam yang telah memberikan segala karunia-Nya baik berupa nikmat Iman, Islam, maupun nikmat yang saat ini kita rasakan. Dengan izin-Nya pula skripsi ini dapat diselesaikan. Salawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad Shallahu Alaihi Wa Salam, bersama para pengikutnya yang setia mengamalkan sunnah-sunnahnya sampai akhir zaman.

Skripsi ini mengambil judul analisis kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan metode Economic Value Added (EVA) periode 2008-2009 pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Dalam penulisan skripsi ini banyak hal-hal baru yang bermanfaat didapatkan penulis mengenai perkembangan perbankan syariah di Indonesia.


(7)

v

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc selaku ketua Departemen Ekonomi dan Manajemen IPB yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk melaksanakan penelitian ini.

2. Ibu Ir. Mimin Aminah, MM selaku Ketua Program Studi Sarjana Alih Jenis Manajemen FEM IPB atas arahan dan bimbingan selama ini dalam penyusunan skripsi.

3. Ibu Farida Ratna Dewi, SE, MM selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan serta ilmu yang bermanfaat kepada penulis selama dalam penelitian dan penyusunan skripsi.

4. Ibu Hardiana Widyastuti, S.Hut, MM selaku dosen pembimbing akademis yang telah memberikan bimbingan, saran, dan nasehat kepada penulis.

5. Seluruh Staff dan Karyawan PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk yang telah memberikan kesempatan untuk mengadakan penelitian mengenai kinerja keuangan dan memberikan bimbingan, saran, dan nasehat kepada penulis. 6. Seluruh Staff pengajar dan Karyawan di Program Studi Sarjana Alih Jenis

Manajemen FEM IPB yang telah membantu penulis selama menempuh pendidikan di Departemen Ekonomi dan Manajemen IPB.

7. Orang tua (Sadiwar dan Netri Eliza), kakak-kakakku tersayang (Isra, Iche, Riri), dan Keponakan-keponakanku (Asyraf, Alfiyyah, Aura, Keyzha) yang senantiasa mendoakan dan memberikan dukungan moril dan materiil yang sangat berarti bagi penulis.

8. Temen-teman satu bimbingan, Rizkiria”Icha”, Penti, Eta, Teh Aci, Teh Dewi, Teh Irma, dan Hanes terima kasih atas kebersamaan dalam suka dan duka, serta semangat untuk memberikan motivasi.

9. Sahabat-sahabatku (Rizkiria”Icha”, Mila, Lia, Fira, Kak Rina, Indah, Agus) dan sahabat-sahabat pengajian, yang selalu memberikan perhatian, semangat, dukungan, dan doa.

10. Terima kasih untuk Kak Arum, Frida, Wilmar, Rikky, Adit, Rizky, Kak Darus, atas dukungan, motivasi, semangat, dan doa.


(8)

vi

11. Teman-teman di Extention Of Management (EXOM) FEM IPB, terutama untuk “Dewan Eksekutif” dan Departemen PSDM yang selalu memberikan perhatian, semangat, dan dukungan kepada penulis

12. Teman-teman di Sarjana Alih Jenis Manajemen FEM IPB angkatan 5 (2008), atas persahabatan indah yang telah terjalin selama kurang lebih 2 tahun ini. 13. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam penelitian dan

penyusunan skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap Allah SWT akan membalas semua kebaikan segala pihak yang telah membantu. Penulis menyadari masih banyak kekurangan pada skripsi ini, namun penulis berharap semoga skripsi ini berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan.


(9)

vii DAFTAR ISI

Halaman RINGKASAN

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Bank Syariah. ... 8

2.1.1 Definisi ... 8

2.1.2 Karakteristik, Ciri, Produk, dan Prinsip Bank Syariah ... 9

2.1.3 Fungsi Bank Syariah ... 11

2.2. Laporan Keuangan... 13

2.3. Economic Value Added (EVA) ... 13

2.3.1 Kelebihan dan Kekurangan Metode EVA ... 14

2.3.2 Laba Operasi Bersih Setelah Pajak (Net Operating Profit After Tax-NOPAT) sebagai komponen EVA ... 15

2.3.3 Modal yang diinvestasikan (Invested Capital) ... 16

2.3.4 Biaya Rata-rata Tertimbang (Weighted Average Cost of Capital-WACC) ... 16

2.3.5 Biaya Modal sebagai Komponen EVA ... 17

a. Biaya Hutang... 17

b. Biaya Saham Biasa (Cost of Commont Stock) ... 18

c. Biaya Saham Preferen ... 19

2.4. Manfaat EVA ... 19

2.5. Strategi Perusahaan ... 20

2.6. Penelitian Terdahulu ... 21

III. METODE PENELITIAN ... 23

3.1. Kerangka Pemikiran ... 23

3.2. Metode Penelitian ... 25


(10)

viii

3.2.2 Pengumpulan Data ... 25

3.2.3 Pengolahan dan Analisis Data ... 25

a. Rasio Keuangan ... 25

a.1. Return On Equity (ROE) ... 26

a.2. Return On Asset (ROA) ... 26

a.3. Earning Per Share (EPS) ... 26

b. Analisis Economic Value Added (EVA) ... 27

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 30

4.1. Gambaran Umum Perusahaan ... 30

4.1.1 Sejarah Perusahaan ... 30

4.1.2 Visi dan Misi Perusahaan ... 31

4.1.3 Struktur Organisasi ... 31

4.1.4 Produk dan Jasa ... 33

a. Produk Penghimpunan Dana ... 33

b. Produk Penanaman Dana ... 34

c. Produk Jasa ... 35

d. Jasa Layanan ... 36

4.1.5 Ketentuan Pembiayaan ... 36

4.2. Kondisi Keuangan Perusahaan ... 38

4.3. Rasio Keuangan... 38

4.3.1 Return On Equity (ROE) ... 41

4.3.2 Return On Asset (ROA) ... 41

4.3.3 Earning Per Share (EPS) ... 42

4.4. Perhitungan Economic Value Added (EVA) ... 42

4.4.1 Biaya Modal Saham ... 42

4.4.2 Biaya Hutang ... 43

4.4.3 Economic Value Added (EVA) ... 44

4.5. Ringkasan Perhitungan Economic Value Added (EVA) ... 45

4.6. Strategi yang dilakukan Untuk Meningkatkan Kinerja Keuangan Perusahaan ... 46

4.7. Hubungan antara Rasio Keuangan dengan Economic Value Added (EVA) ... 47

KESIMPULAN DAN SARAN ... 48

1 Kesimpulan ... 48

2 Saran ... 49


(11)

ix

DAFTAR TABEL

No Halaman 1. Perkembangan Perbankan Syariah Berdasarkan Laporan Tahunan Bank

Indonesia (Desember 2009) ... 3

2. Indikator Utama Perbankan Syariah ... 4

3. Perbandingan Pangsa Perbankan Syariah Terhadap Total Bank ... 5

4. Langkah-langkah dalam Perhitungan Economic Value Added (EVA) ... 15

5. Ringkasan Neraca PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk Periode 2008-2009 (dalam jutaan rupiah) ... 39

6. Selisih Nilai dan Persen Neraca PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk Periode 2008-2009 (dalam jutaan rupiah) ... 39

7. Ringkasan Laba Rugi PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk Periode 2008-2009 (dalam jutaan rupiah) ... 40

8. Data Return On Equity (ROE) PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk Periode 2008-2009 ... 41

9. Data Return On Asset (ROA) PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk Periode 2008-2009 ... 42

10. Data Earning Per Share (EPS) PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk Periode 2008-2009 ... 42

11. Ringkasan Perhitungan EVA PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk Periode 2008-2009 (dalam jutaan rupiah) ... 45


(12)

x

DAFTAR GAMBAR

No Halaman 1. Kerangka Pemikiran ... 24


(13)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman 1. Laporan Neraca Tahunan Konsolidasi PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk Periode 2008-2009 ... 53 2. Laporan Laba Rugi Konsolidasi PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk Periode 2008-2009 ... 57 3. Laporan Perubahan Ekuitas Konsolidasi PT Bank Muamalay Indonesia, Tbk Periode 2008-2009 ... 58 4. Laporan Arus Kas Konsolidasi PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk Periode 2008-2009 ... 59 5. Perhitungan Tingkat Pengembalian Saham PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk Periode 2008-2009 ... 61 6. Perhitungan Tingkat Pengembalian Pasar Bulanan Periode 2008-2009 ... 61 7. Tingkat Rata-rata Suku Bunga SBI Bulanan Periode 2008-2009 ... 62 8. Perhitungan Biaya Saham (Ke) PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk Periode 2008-2009 ... 62 9. Perhitungan Biaya Hutang (Kd*) PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk Periode 2008-2009 ... 62 10. Perhitungan Proporsi Hutang dan Ekuitas PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk Periode 2008-2009 ... 63 11. Perhitungan Modal yang diinvestasikan (IC) PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk Periode 2008-2009 ... 63 12. Perhitungan Biaya Modal Rata-rata Tertimbang PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk Periode 2008-2009 ... 63 13. Perhitungan Laba Operasi Setelah Pajak (NOPAT) PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk Periode 2008-2009 ... 64 14. Perhitungan Biaya Modal (COC) PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk Periode 2008-2009 ... 64 15. Perhitungan Economic Value Added (EVA) PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk Periode 2008-2009 ... 64


(14)

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Berdasarkan data tahun 1990-1995, sistem keuangan Indonesia masih dalam tingkatan yang belum maju. Perbandingan asset bank dan kapitalisasi pasar saham dengan GDP masing-masing adalah 49% dan 18% (berada di bawah rata-rata dari 150 negara yang menjadi sampel). Kedua angka perbandingan (rasio) di atas memperlihatkan bahwa peranan bank lebih dominan dari pada peran pasar saham dan karakteristik sistem keuangan yang berbasis bank. Dengan kondisi tingkat kemajuan dari sistem keuangan saat ini, langkah awal yang harus ditempuh adalah mengembangkan sistem keuangan hingga mencapai tingkatan yang sudah maju. Sedangkan sepanjang tahun 2008, sistem keuangan Indonesia menunjukkan daya tahan yang cukup kuat, meskipun pada akhir tahun 2008 dihadapkan pada krisis keuangan global, yang telah menghancurkan stabilitas sistem keuangan di berbagai negara maju.

Krisis ekonomi yang melanda Indonesia mengakibatkan persendian ekonomi di negeri ini hancur dan dampak krisis ini dirasakan oleh masyarakat dunia usaha. Dana Moneter Internasional (IMF) mulai turun tangan sejak Oktober 1997, namun tidak bisa segera memperbaiki stabilitas ekonomi dan rupiah. Krisis ekonomi Indonesia bahkan tercatat sebagai yang terparah di Asia Tenggara. Krisis yang semula hanya berawal dari krisis nilai tukar baht di Thailand 2 juli 1997, dalam tahun 1998 dengan cepat berkembang menjadi krisis ekonomi, berlanjut lagi krisis sosial kemudian ke krisis politik. Akhirnya, berkembang menjadi krisis total yang melumpuhkan hampir seluruh sendi-sendi kehidupan bangsa. Pengalaman pahit krisis keuangan Asia tahun 1997/1998 lalu, telah mendorong otoritas dan pelaku disektor keuangan Indonesia berbenah diri, meningkatkan disiplin, dan selalu berhati-hati.

Selain itu, krisis keuangan yang terjadi di Indonesia mengakibatkan tingkat suku bunga bertahan pada tingkat yang tinggi. Tingkat suku bunga Sertifikat Bank

Indonesia (SBI) satu bulan berkisar antara 10,5% pada bulan Juni dan mencapai puncaknya sebesar 70,8% pada bulan Juli 1998. Rupiah mengalami gejolak dan


(15)

2

terdepresiasi secara signifikan dari Rp 2.360 per US $1 pada tanggal 2 Januari 1997 hingga Rp 16.950 per US $1 pada tanggal 17 Juni 1998.

Perbankan Islam telah mengalami pertumbuhan secara signifikan selama lebih dari dua puluh tahun, dengan perkiraan deposito melebihi $80 miliar yang berada di lebih dari 45 negara. Berdasarkan catatan World Bank, saat ini terdapat lebih dari seratus institusi perbankan Islam di seluruh dunia, mulai dari Bank Islam Murni (Bank Umum Syariah) hingga bank yang membuka Unit Usaha Syariah. Sebagai salah satu bagian dari pasar keuangan yang mengalami pertumbuhan cepat di dunia Islam, institusi ini telah berhasil menarik banyak perhatian. Selain itu, adanya prinsip bebas bunga atau mengharamkan riba yang diterapkan dalam perbankan Islam semakin menguatkan keingintahuan masyarakat baik yang muslim maupun non muslim. Mereka ingin mengetahui secara mendalam tentang prinsip bebas bunga yang diterapkan oleh Bank Islam atau Bank Syariah dan juga pengaplikasiannya dalam perbankan syariah, karena hal ini jelas bertolak belakang dengan penerapan prinsip yang ada di perbankan konvensional yaitu penerapan prinsip bunga. Bahkan bunga juga menjadi bagian penting yang menjamin kelangsungan usaha perbankan konvensional.

Indonesia sebagai negara berpendudukan Muslim terbesar di dunia merupakan sebuah pasar yang potensial bagi berkembangnya lembaga-lembaga keuangan berbasis syariah seperti Bank syariah, Asuransi syariah, BMT, Pegadaian syariah, bahkan sampai kepada pasar modal syariah. Pada saat ini, lembaga keuangan syariah sudah berkembang dan dapat diterima oleh masyarakat dari seminar-seminar sampai pendirian bank syariah pertama pada tahun 1991. Meskipun pada awal pendirian perbankan syariah kurang mendapat respon yang memuaskan dalam masyarakat yang mungkin disebabkan belum adanya peraturan yang terperinci mengenai sistem operasional perbankan syariah dan kemudian dikeluarkan Undang-undang nomor 10 tahun 1998 tentang perizinan kepada bank konvensional untuk membuka unit usaha syariah sesuai prinsip syariah Islam, mendorong Bank konvensional untuk mendirikan layanan syariahnya. Hal yang mendasari banyak berdirinya perbankan syariah di Indonesia dipelopori oleh Bank Muamalat yang menggunakan konsep ekonomi Islam, yaitu sistem bagi hasil dan tetap mempertahankan kinerja perbankannya sehingga terhindar dari guncangan


(16)

3

ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1997/1998, dimana pada masa itu, Bank Indonesia menetapkan capital adequacy ratio (CAR) yang jauh lebih tinggi, yakni 12 % (Bank Indonesia, 2008).

Bank syariah di Indonesia secara konsisten menunjukkan perkembangan dari waktu ke waktu. Pada awal tahun 2009, aset bank syariah terhadap total keseluruhan bank telah mencapai 2,24% dari 2.308 total perbankan di Indonesia, adapun dalam hal penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) mencapai 2,18%, sedangkan dalam hal pembiayaan mencapai 2,96% dari keseluruhan bank di Indonesia.

Selain itu, perkembangan perbankan syariah di Indonesia telah menjadi tolak ukur keberhasilan eksistensi ekonomi syariah. Bank Muamalat sebagai bank syariah pertama dan menjadi pioner bagi bank syariah lainnya telah lebih dahulu menerapkan sistem ini ditengah menjamurnya bank-bank konvensional. Krisis moneter yang terjadi pada tahun 1998 telah menenggelamkan bank-bank konvensional dan banyak yang dilikuidasi karena kegagalan sistem bunganya. Sementara perbankan yang menerapkan sistem syariah dapat mampu bertahan.

Langkah strategis pengembangan perbankan syariah yang telah di upayakan adalah pemberian izin kepada bank umum konvensional untuk membuka kantor cabang Unit Usaha Syariah (UUS) atau konversi sebuah bank konvensional menjadi bank syariah. Langkah strategis ini merupakan respon dan inisiatif dari perubahan Undang-Undang perbankan nomor 10 tahun 1998. Undang-Undang penggantinya yaitu Undang-Undang nomor 7 tahun 1992 tersebut mengatur dengan jelas landasan hukum dan jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank syariah. Adapun perkembangan perbankan syariah berdasarkan laporan tahunan Bank Indonesia (BI) 2009 (Desember 2009) dapat di lihat pada Tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Perkembangan Perbankan Syariah Berdasarkan Laporan Tahunan Bank Indonesia 2009 (Desember 2009)

Tabel 1. Perkembangan Bank Syariah Indonesia Indikasi 1998

KP/UUS 2003 KP/UUS 2004 KP/UUS 2005 KP/UUS 2006 KP/UUS 2007 KP/UUS 2008 KP/UUS 2009 KP/UUS

BUS 1 2 3 3 3 3 5 6


(17)

4 Indik asi 1998 KP/UU S 2003 KP/UU S 2004 KP/UU S 2005 KP/UU S 2006 KP/UU S 2007 KP/UU S 2008 KP/UU S 2009 KP/UU S BPR

S 76 84 88 92 105 114 131 139

Sumber : BI, Statistik Perbankan Syariah, 2009. Keterangan :

BUS = Bank Umum Syariah UUS = Unit Usaha Syariah

BPRS = Bank Perkreditan Rakyat Syariah KP/UUS = Kantor Pusat/Unit Usaha Syariah

Berdasarkan Tabel 1 diatas, secara kuantitas pencapaian perbankan syariah sungguh membanggakan dan terus mengalami peningkatan dalam jumlah bank. Jika pada tahun 1998 hanya ada satu Bank Umum Syariah dan 76 Bank Perkreditan Rakyat Syariah, maka pada Desember 2009 (berdasarkan data Statistik Perbankan Syariah yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia) jumlah bank syariah telah mencapai 31 unit yang terdiri atas 6 Bank Umum Syariah dan 25 Unit Usaha Syariah (UUS). Penurunan UUS pada tahun 2009 disebabkan karena 2 UUS yang sudah ada di merger menjadi satu. Selain itu, jumlah Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) pada saat itu telah mencapai 139 unit pada periode yang sama. Sedangkan yang menjadi indikator utama dalam perbankan syariah tersebut dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini.

Tabel 2. Indikator Utama Perbankan Syariah

Tabel 2. Indikator Utama Perbankan Syariah (dalam milyar rupiah) Indikasi 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Aset 7.945 15.210 20.880 28.722 36,537 49.555 66.090 DPK 5.725 11.718 15.584 20.672 28.011 36.852 52.271 Pembiayaan 5.561 11.324 15.270 20.445 27.944 38.198 46.886 FDR 97,14% 96,64% 97,76% 98,90% 99.76% 103.65% 89.70% NPF 2,34% 2,38% 2,82% 4,75% 4,07% 3.95% 4.01% Sumber : BI, Statistik Perbankan Syariah, 2009.

Keterangan :

Aset : Kekayaan atau sumber-sumber ekonomi yang dimiliki perusahaan dan diharapkan akan memberi manfaat di masa yang akan datang

DPK (Dana Pihak Ketiga) : Dana yang diperoleh dari masyarakat Pembiayaan : Pendanaan yang dilakukan kepada nasabah

FDR (Financial Deposit to Ratio ) : Penggunaan sumber dana untuk pembiayaan NPF (Non Performing Financing) : Pembiayaan bermasalah


(18)

5

Pangsa perbankan syariah pada tahun 2009 meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2008 pada bulan yang sama, yaitu asset menjadi 2.61% meningkat sebesar 0.47% , Deposit Fund atau DPK juga mengalami pertumbuhan menjadi 2,02%, meningkat 0,24%. Hal ini menunjukkan kinerja dan potensi perbankan syariah mengalami perkembangan yang baik. Sedangkan apabila dilihat dari rasio pembiayaan yang disalurkan dengan besarnya dana pihak ketiga (DPK) yang dinyatakan dengan nilai Financing to Deposit Ratio (FDR), maka bank syariah memiliki rata-rata FDR sebesar 97.65 % yang berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya dan tahun sesudahnya, pada tahun 2008, FDR perbankan syariah lebih dari 100 %. Tingginya tingkat FDR tersebut karena pembiayaan yang disalurkan selama bulan Maret – November 2008 lebih besar dari Dana Pihak Ketiga.

Meskipun pembiayaan yang disalurkan lebih besar dari DPK, tetapi tingkat kegagalan bayar atau yang dinyatakan dalam Non Performing Financing (NPF) ternyata lebih sedikit dari periode tahun 2006-2007, yakni hanya sebesar 3.95%, masih dibawah batas ketentuan minimal sebesar 5%, artinya bank syariah benar-benar menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi keuangan dengan tidak mengabaikan prinsip kehati-hatian. Selain itu juga, secara keseluruhan perbankan syariah relatif lebih sehat, dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini.

Tabel 3. Perbandingan Pangsa Perbankan Syariah Terhadap Total Bank Tabel 3. Perbandingan Pangsa Perbankan Syariah Terhadap Total Bank

Islamic Bank(Des 08)

Total Bank

Islamic

Bank(Des 09) Total Bank Nominal Share Nominal Share

Total Asset 49,56 2.14% 2,310.60 66,09 2.61% 2,534.10 Deposit Fund 36,85 2.10% 1,753.30 52,27 2.65% 1,973.00 Credit

Financial Extended

38,20 - - 46,88 - -

FDR/LDR 103.66% - - 89.70% - -

Sumber : BI, Statistik Perbankan Syariah, 2009

Pada Tabel 3 terlihat bahwa pangsa pasar perbankan syariah meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2008 pada bulan yang sama, yaitu asset menjadi 2.61% meningkat sebesar 0.47% , Deposit Fund atau DPK juga mengalami


(19)

6

pertumbuhan menjadi 2,02%, meningkat 0,24%. Hal ini menunjukkan kinerja dan potensi perbankan syariah mengalami perkembangan yang baik.

Menurut Halim (1999) salah satu aspek perusahaan yang dinilai investor adalah kinerja perusahaan. Ukuran kinerja perusahaan yang paling lama dan paling banyak digunakan adalah kinerja keuangan yang diukur melalui laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil pencapaian suatu perusahaan. Analisa laporan keuangan yang meliputi perhitungan dan interpretasi rasio diperlukan untuk memperoleh informasi tentang posisi keuangan, kinerja keuangan, aliran kas, dan informasi lainnya yang berkaitan dengan laporan keuangan untuk pengambilan keputusan ekonomi.

Penggunaan metode EVA membuat perusahaan lebih memfokuskan perhatian pada usaha penciptaan nilai perusahaan. Pengertian nilai diartikan sebagai nilai daya guna maupun benefit yang dinikmati oleh stakeholder

(karyawan, investor, pemilik, pelanggan). Penggunaan EVA ini juga membuat perusahaan bisa lebih memfokuskan perhatian pada penciptaan nilai perusahaan. Jadi, konsep EVA merupakan suatu ukuran kinerja operasional yang bisa berdiri sendiri tanpa perlu ukuran/angka yang lain dan EVA tidak memerlukan analisis kecenderungan dan atau perbandingan dengan perusahaan yang memiliki tingkat risiko hampir sama.

1.2. Rumusan Masalah

PT Bank Muamalat Indonesia (BMI), Tbk merupakan pelopor berdirinya bank syariah pertama dan terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa maupun produk yang dikembangkan. PT BMI itu sendiri pernah mengalami krisis moneter pada tahun 1990-an yang mengakibatkan kerugian mencapai Rp 105 milliar, dimana ekuitas mencapai nilai terendah atau kurang dari sepertiga modal sektor awal. Untuk memperkuat permodalannya, maka PT BMI mencari pemodal yang potensial yang dapat meningkatkan sistem permodalan PT BMI itu sendiri dan kinerja keuangan perusahaan dalam menghadapi persaingan dalam perbankan khususnya perbankan syariah.

Berdasarkan latar belakang dan uraian yang dipaparkan, maka penulis membuat suatu perumusan masalah sebagai berikut :


(20)

7

1. Bagaimana kinerja keuangan PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk dilihat dari

Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), dan Earning Per Share

(EPS)?

2. Bagaimana kinerja keuangan pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk berdasarkan pendekatan metode Economic Value Added (EVA)?

3. Strategi apa yang diterapkan oleh perusahaan untuk dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang dipaparkan, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui kinerja keuangan dilihat dari Return On Asset (ROA),

Return On Equity (ROE), dan Earning Per Share (EPS).

2. Untuk mengetahui kinerja keuangan PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk berdasarkan pendekatan metode Economic Value Added (EVA).

3. Merumuskan strategi yang akan diterapkan oleh perusahaan untuk meningkatkan kinerja keuangan perusahaan.

1.4. Manfaat Penelitian a. Bagi Perusahaan

Dengan melihat kinerja keuangan dengan metode Economic Value Added (EVA) dapat memberikan manfaat dalam proses pengambilan keputusan keuangan dan untuk meningkatkan kinerja keuangan perusahaan.

b. Bagi kalangan akademis dan masyarakat

Dengan adanya penelitian ini semoga dapat dijadikan bahan kajian dan diskusi yang dapat meningkatkan keilmuan mengenai perbankan

syariah dan juga dapat menambah semangat para akademis untuk membuat peneltian yang lebih mendalam tentang perbankan syariah pada umumnya.


(21)

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Bank Syariah 2.1.1 Definisi

Secara etimologis, kata Bank dapat ditelesuri dari kata banque dalam bahasa Prancis dan dari kata bancos i dalam bahasa italia, yang dapat berarti peti/lemari atau bangku. Konotasi dari kedua kata itu menjelaskan dua fungsi dasar yang ditujukan oleh bank komersial. Pengertian bank menurut UU No 7 tahun 1992 adalah badan usaha yang menghimpun dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dalam RUU No 10 Tahun 1998 disebutkan bahwa Bank Umum merupakan bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syari'ah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu litas pembayaran.

Sedangkan pengertian Bank menurut pasal 1 (ketentuan umum) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang berbunyi :

a. Bank, Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

b. Bank umum, Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Selain itu, Bank umum adalah lembaga keuangan uang menawarkan berbagai layanan produk dan jasa kepada masyarakat dengan fungsi seperti menghimpun dana secara langsung dari masyarakat dalam berbagai bentuk, memberi kredit pinjaman kepada masyarakat yang membutuhkan, jual beli valuta asing / valas, menjual jasa asuransi, jasa giro, jasa cek, menerima penitipan barang berharga, dan lain sebagainya.

Menurut Undang-undang Perbankan Syariah Indonesia Nomor 21 Tahun 2008, disebutkan bahwa bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan


(22)

9

usahanya berdasarkan prinsip syariah yang terdiri atas Bank Umum Syariah (BUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).

Menurut ketentuan yang tercantum di dalam Peraturan Bank Indonesia nomor 2/8/PBI/ 200, pasal 1, Bank Syariah adalah “Bank umum sebagaimana yang dimaksud dalam undang-undang nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan dan telah diubah dengan undang-undang nomor 10 tahun 1998 yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syari’ah, termasuk unit usaha syariah dan kantor cabang bank asing yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syari’ah”. Adapun yang dimaksud dengan unit usaha syari’ah adalah unit kerja di kantor pusat bank konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang syariah. Selain itu, Bank Syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam di mana dalam operasinya mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam, khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalah secara Islam.

Bank islam dikenal juga dengan bank syariah, menurut ensiklopedi islam adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah islam. Adapun pengertian bank Islam adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam atau bank yang tata cara beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan al Quran dan Hadits. Selain itu, pengertian Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu-lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi dengan prinsip-prinsip syariah. Jadi, secara umum Bank Syariah adalah bank yang kegiatannya berdasarkan prinsip-prinsip syariah/hukum Islam atau lebih dikenal dengan bank Islam.

2.1.2 Karakteristik, Ciri, Produk, dan Prinsip Bank Syariah

Dari uraian di atas terlihat bahwa yang paling membedakan antara bank konvensional dengan bank syariah adalah penerapan sistem bunga pada bank konvensional dan sistem bagi hasil pada bank syariah. Selain itu, perbedaan yang mendasar antara bank konvensional dengan bank syariah adalah sebagai berikut: 1. Dari segi akad dan aspek legalitas. Akad yang praktikkan dalam bank syariah


(23)

10

yang dilakukan berdasarkan hukum atau syari’at Islam. Jika terjadi perselisihan antara nasabah dan bank, maka bank syariah dapat merujuk kepada Badan Arbitrase Syariah Nasional (BASYARNAS) yang penyelesaiannya dilakukan berdasarkan hukum Islam.

2. Dari sisi struktur organisasi, Bank Syariah dapat memiliki struktur yang sama dengan bank konvensional, namun unsur yang membedakannya adalah bahwa bank syariah harus memiliki Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang bertugas mengawasi operasional dan produk-produk bank agar sesuai dengan ketentuan-ketentuan syari’ah Islam.

3. Berkenaan dengan bisnis dan usaha yang dibiayai, haruslah bisnis dan usaha yang diperkenankan atau dihalalkan oleh syari’at Islam. Kehalalan bisnis dan usaha merupakan syarat mutlak agar suatu bidang usaha itu halal untuk dibiayai oleh perbankan syariah. Karena itulah, secara langsung atau tidak langsung perbankan Islam tidaklah semata-mata merupakan institusi ekonomi, tetapi juga sebagai institusi yang ikut bertanggung jawab menjaga moral dan akhlak masyarakat.

4. Berkaitan dengan lingkungan kerja dan budaya perusahaan perbankan (Corporate culture). Dalam hal etika, sifat shiddiq (jujur), amanah (dapat dipercaya), fathanah (cerdas, professional) dan tabligh (komunikatif, ramah, keterbukaan) harus melandasi setiap tindakan para pelaku perbankan syariah.

Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan/atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang sesuai dengan syariah. Adapun prinsip perbankan syariah dapat dilihat sebagai berikut :

1. Pembayaran terhadap pinjaman dengan nilai yang berbeda dari nilai pinjaman dengan nilai ditentukan sebelumnya tidak diperbolehkan.

2. Pemberi dana harus turut berbagi keuntungan dan kerugian sebagai akibat hasil usaha institusi yang meminjam dana.

3. Islam tidak memperbolehkan “menghasilkan uang dari uang”. Uang hanya merupakan media pertukaran dan bukan komoditas karena tidak memiliki nilai intrinsik.


(24)

11

4. Unsur Gharar (ketidakpastian, spekulasi) tidak diperkenankan. Kedua belah pihak harus mengetahui dengan baik hasil yang akan mereka peroleh dari sebuah transaksi.

5. Investasi hanya boleh diberikan pada usaha-usaha yang tidak diharamkan dalam Islam. Usaha minuman keras misalnya tidak boleh didanai oleh perbankan syariah.

Menurut Harisman (2006), prinsip bank syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak lain untuk penyimpanan dana dan/atau pembiayaan kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musharakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).

Dengan demikian, perbankan syariah adalah perbankan yang beroperasi atas dasar prinsip-prinsip syari’ah. Prinsip syari’ah merupakan aturan dasar atau pokok yang berdasarkan hukum Islam. Prinsip ini menjadi landasan dan acuan dalam mengatur hubungan antara perbankan dan pihak-pihak lain serta di dalam usaha menghimpun dan menyalurkan dana dan aktivitas perbankan syariah lainnya. Selain itu, dalam operasional perbankan syariah pada prinsipnya dapat melakukan kegiatan usaha sepanjang tidak bertentangan dengan petunjuk dan ketentuan syari’ah, peraturan perundang-undangan yang berlaku serta persetujuan Bank Indonesia dan Dewan Syariah Nasional.

2.1.3 Fungsi Bank Syariah

Berdasarkan pasal 4 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, disebutkan bahwa bank syariah wajib menjalankan fungsi menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat dan menjalankan fungsi sosial dalam bentuk lembaga baitul maal.

Menurut Rizal,dkk (2009), fungsi bank syariah dapat digolongkan sebagai berikut :


(25)

12 1. Manajer Investasi

Manajer investasi merupakan manajer dari pemilik dana yang dihimpun, khususnya dana mudharabah karena besar kecilnya pendapatan (bagi hasil) yang diterima pemilik dana yang dihimpun sangat bergantung pada keahlian, kehati-hatian, dan profesionalisme dari bank syariah. Penyaluran dana yang dilakukan oleh bank syariah yang diharapkan mendapatkan hasil, mempunyai implikasi langsung kepada pemilik dana. Jika investasi yang dilakukan oleh bank syariah mengalami pembayaran yang tidak lancar bahkan sampai macet, maka dapat mengakibatkan pendapatan yang diperoleh bank kecil dan otomatis bagi hasil yang didapat nasabah akan lebih kecil.

2. Investor

Bank syariah menginvestasikan dana yang disimpan pada bank tersebut (dana milik bank maupun dana rekening investasi) dengan jenis dan pola investasi yang sesuai dengan syariah, sehingga keuntungan yang dihasilkan dibagi kepada pihak yang memberikan dana setelah bank menerima bagian keuntungan Mudharibnya tentunya sesuai dengan nisbah bagi hasil yang telah disepakati sebelumnya.

3. Jasa Keuangan

Dalam menjalankan fungsi ini, bank syariah tidak jauh beda dengan bank konvensional, seperti kliring, transfer, inkaso, pembayaran gaji, dan sebagainya, hanya saja pada bank syariah sangat memperhatikan nilai-nilai atau prinsip syariah.

4. Fungsi Sosial

Konsep perbankan Islam mengharuskan bank-bank Islam memberikan pelayanan sosial apakah melalui Qard (pinjaman kebajikan) atau zakat dan dana sumbangan sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. Selain itu, bank syariah juga diharuskan untuk menjalankan peranan penting di dalam pengembangan sumber daya manusianya dan memberikan kontribusi bagi kesejahteraan sosial.

2.2. Laporan keuangan

Laporan keuangan adalah suatu laporan yang diterbitkan setiap tahun oleh perusahaan kepada pemegang saham. Laporan keuangan umumnya terdiri dari neraca, perhitungan laba rugi, dan laporan perubahan modal, dimana neraca


(26)

13

menunjukkan jumlah aktiva, utang, dan modal dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu. Perhitungan laba rugi memperlihatkan hasil-hasil yang telah dicapai perusahaan serta biaya yang terjadi selama periode tertentu. Sedangkan modal menunjukkan sumber dan penggunaan juga alasan yang menyebabkan perubahan modal perusahaan.

Laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut. Adapun pihak-pihak tersebut adalah pemilik perusahaan, manajer yang bersangkutan, kreditur, bankir, investor, dan pemerintah (Munawir,1995).

Keberhasilan perusahaan dapat dinilai atau diukur dengan laba yang diperoleh perusahaan, karena hasil-hasil stabilitas serta kontiunitas dan kelangsungan perusahaan tergantung dari cara kerja juga efisiensi manajemennya. Jika hasil-hasil yang dicapai kurang memuaskan maka para pemegang saham yang dalam ini merupakan pemilik perusahaan mungkin akan mengganti manajemennya atau bahkan menjual saham yang dimiliki.

Adapun fungsi dari laporan keuangan adalah (1) Mengukur tingkat biaya dari berbagai perusahaan, (2) Menentukan atau mengukur efisiensi tiap-tiap bagian proses dan produksi, (3) Menentukan derajat keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan, (4) Menilai dan mengukur hasil kerja tiap-tiap individu yang telah disertai wewenang dan tanggung jawab, dan (5) Menentukan perlu tidaknya digunakan kebijaksanaan atau prosedur yang baru untuk mencapai hasil yang lebih baik (Munawir,1995).

2.3. Economic Value Added (EVA)

Konsep EVA itu sendiri adalah suatu sistem manajemen keuangan untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan yang menyatakan bahwa kesejahteraan hanya tercipta jika perusahaan mampu memenuhi biaya operasi (operating cost) dan biaya modal (cost of capital) (Young & O’byrne, 2001). EVA memberikan sistem pengukuran yang baik untuk menilai suatu kinerja dan prestasi keuangan manajemen perusahaan, karena EVA berhubungan langsung dengan nilai pasar sebuah perusahaan.


(27)

14

Menurut Imayani, EVA merupakan tujuan korporat untuk meningkatkan nilai tambah dari modal yang telah ditanamkan pemegang saham dalam operasi perusahaan. Oleh karena itu, EVA merupakan selisih laba operasi setelah pajak (Net Operating Profit After Tax/NOPAT) dengan biaya modal (Cost of Capital/COC).

2.3.1 Kelebihan dan Kelemahan Metode EVA

Menurut Young & O’byrne (2001), EVA sebagai penengah antara pengukuran nilai dan kinerja perusahaan. EVA disesuaikan dengan pengukuran kinerja dan perluasannya terhadap kompensasi manajemen tidak hanya digunakan sebagai penilaian masa depan. Kekuatan EVA adalah penghubung antara pengukuran kinerja dan penilaian pasar modal, membantu memastikan bahwa kinerja manajemen dinilai baik.

Menurut Stewart dan Stern dalam Ayu (2008), untuk mengukur kinerja perusahaan, EVA memiliki beberapa kelebihan, yaitu :

a. EVA dapat berdiri sendiri tanpa perlu analisis perbandingan dengan perusahaan sejenis.

b. EVA dapat menyajikan ukuran yang adil secara proporsional mempertimbangkan harapan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan (stakeholder sastifaction). Dimana derajat keadilan dinyatakan dengan ukuran biaya modal tertimbang (Weighted Average Cost of Capital/WACC) dari ukuran struktur modal yang ada.

c. EVA dapat digunakan sebagai alat dasar untuk menerapkan sistem manajemen yang berintegrasi secara lengkap. Konsep ini sangat membantu dalam memberikan pertimbangan keputusan manajemen secara tepat, seperti penetapan tujuan, penganggaran modal, dan kompensasi insentif kepada karyawan.

Menurut Soetjipto (1997) dalam Ayu (2008), konsep EVA juga memiliki beberapa kelemahan, yaitu sebagai berikut :

a. Secara tidak langsung konsep ini mendorong perusahaan untuk menghindari resiko.


(28)

15

b. Konsep EVA hanya menggambarkan penciptaan nilai pada suatu tahun tertentu, padahal nilai suatu perusahaan adalah akumulasi nilai selama umur perusahaan.

c. Secara praktis perhitungan melalui metode EVA cukup rumit, karena proses perhitungannya memerlukan estimasi biaya modal.

Jadi secara ringkas, dapat disimpulkan langkah-langkah dalam perhitungan EVA sebagai berikut :

Tabel 4 : Langkah-langkah dalam Perhitungan EVA

Tahapan Perhitungan Sumber

1. NOPAT NOPAT = laba bersih + Biaya Bunga

Laba Rugi

2. (Kd*) Kd =

Kd* = (1-T)

Laba Rugi Neraca

3. (Ke) Ke = + Diketahui

4. Struktur Modal

Wd = We =

Neraca

5. WACC WACC = {[ ∗ ] +

[ + ]}

Diketahui

6. IC IC = Asset – Non Interest Bearing Liabilities

Neraca

7. COC COC = WACC x IC Diketahui

8. EVA EVA = NOPAT - COC Diketahui

Sumber : Utama dalam Usahawan, 1997.

2.3.2 Laba operasi bersih sesudah pajak (Net Operating Profit After Tax -NOPAT) sebagai komponen EVA

Menurut Tunggal (2001), NOPAT adalah laba yang diperoleh dari operasi perusahaan setelah dikurangi pajak penghasilan, tetapi termasuk biaya keuangan dan biaya penyusutan. Besarnya NOPAT tidak dipengaruhi oleh struktur modal perusahaan, karena diasumsikan restrukturisasi keuangan tidak akan memberi dampak pada profitabilitas ataupun resiko bisnis yang ada sekarang. Dengan kata lain, perusahaan yang akan membiayai bisnisnya dari utang atau modal sendiri,


(29)

16

maka nilai NOPAT akan selalu identik dan dapat dilakukan pada laporan laba rugi perusahaan.

2.3.3 Modal yang diinvestasikan (Invested Capital)

Modal yang diinvestasikan adalah penjumlahan dari ekuitas pemegang saham, seluruh utang jangka pendek dan jangka panjang yang menanggung bunga, utang dan kewajiban jangka panjang lainnya (Young dan O’byrne, 2001). Modal yang diinvestasikan adalah hasil reorganisasi neraca untuk melihat besarnya modal yang dinvestasikan dalam perusahaan oleh kreditor dan pemegang saham serta seberapa besar modal yang dinvestasikan dalam aktivitas operasional dan aktivitas non-operasional lainnya.

2.3.4 Biaya rata-rata tertimbang (Weighted Average Cost of Capital-WACC) Biaya rata-rata tertimbang adalah tingkat pengembalian minimum yang dibobot berdasarkan proporsi masing-masing instrument pembiayaan dalam struktur permodalan perusahaan yang harus dihasilkan perusahaan untuk memenuhi ekspektasi kreditur dan pemegang saham karena setiap bentuk pembiayaan yang berbeda tidak sama resikonya bagi investor. Adapun tujuan dari WACC ini adalah untuk memperoleh kriteria yang bagus dalam mengukur investasi baru.

Menurut Young dan O’byrne (2001), dalam menghitung WACC suatu perusahaan perlu mengetahui : (1) jumlah utang dalam struktur modal, (2) jumlah ekuitas dalam struktur modal, (3) biaya utang, (4) tingkat pajak, dan (5) biaya ekuitas. WACC dapat dirumuskan sebagai berikut :

...(1) Keterangan :

kd = Biaya utang jangka panjang t = Tingkat pajak perusahaan

Wd = Proporsi utang dalam struktur modal Ke = Biaya pengembalian saham

We = Proporsi saham dalam struktur modal WACC = kd (1-t) Wd + Ke


(30)

17 2.3.5 Biaya Modal sebagai komponen EVA

Biaya modal adalah tingkat pengembalian minimum atas modal yang dibutuhkan untuk mengganti pinjaman dan ekuitas investor. Dengan kata lain, biaya modal adalah suatu biaya kesempatan yang mencerminkan pengembalian yang diharapkan investor dari investor lain dengan tingkat resiko yang serupa (Young & O’byrne, 2001).

Biaya modal merupakan tingkat pengembalian yang harus dicapai oleh perusahaan agar dapat menutup beban keuangan atas penggunaan sumber dana jangka panjangnya. Penilaian biaya modal ini harus dilakukan dengan cepat dan teliti, karena penilaian perusahaan sangat peka terhadap penggunaan biaya modal ini. Kalkulasi biaya modal dihitung dari cara pembiayaan yang digunakan yaitu pada pos-pos yang terdapat disisi kanan neraca misal utang, saham preferen dan saham biasa.

Besarnya biaya modal menentukan besarnya biaya secara riil harus ditanggung oleh perusahaan untuk memperoleh dana dari suatu sumber, dimana daya beli masyarakat terhadap suatu jenis investasi juga akan mempengaruhi biaya modal yang dipengaruhi oleh keadaan ekonomi makro yang sedang terjadi jika keadaan ekonomi masyarakat membaik, maka daya beli masyarakat akan naik, sehingga tingkat pengembalian akan turun dan akan dapat menekan biaya.

Adapun komponen biaya modal adalah berbagai jenis utang, saham biasa, dan saham preferen.

a. Biaya Utang

Biaya utang umumnya diukur berdasarkan tingkat bunga yang dibayarkan kepada kreditur, karena bunga dapat dibebankan dalam perhitungan laba kena pajak (tax deductible), maka perhitungan biaya utang perlu disesuaikan dengan pajak (adjusted for tax). Besarnya biaya utang yang harus dibayar perusahaan ditentukan oleh tingkat suku bungadiperuntukkan bagi utang dengan suku bunga mengambang, resiko kegagalan yang meningkat, dan keuntungan pajak yang berhubungan dengan adanya utang karena beban bunga mengurangi pajak.

Dengan demikian, perhitungan biaya modal adalah perkalian antara bunga yang harus dibayar oleh perusahaan dengan faktor koreksi (1-t), dimana t adalah tingkat pajak perusahaan.


(31)

18 b. Biaya Saham Biasa (Cost of Common Stock)

Menurut Keown (2001), saham biasa menunjukkan kepemilikan perusahaan, dimana pemegang obligasi dapat dipandang sebagai kreditur. Saham biasa tidak memiliki jangka waktu jatuh tempo, tetapi sebagai pemilik selama perusahaan berdiri. Adapun ciri dan karakteristik saham biasa tersebut adalah tagihan terhadap pendapatan dan aktiva, hak suara pemegang saham, hak didahulukan (preemptive rights), dan pentingnya sifat tanggung jawab terbatas.

Dalam menilai saham biasa, terdapat dua metode yang digunakan untuk mengestimasi tingkat pengembalian yang disyaratkan pemegang saham, yaitu sebagai berikut :

1. Faktor Pertumbuhan

Perusahaan mengalami pertumbuhan biasanya melalui penggunaan sumber pembiayaan baru, penerbitan saham baru atau utang, dimana pertumbuhan direalisasikan melalui masuknya modal baru dan tumbuh pada tingkat yang konstan, dengan rumus:

= + ………. . ………. …. ( 2)

Keterangan :

Ks = Harga saham biasa

Di = Deviden tahun ke-i Po = Nilai harga saham biasa

g = Tingkat pertumbuhan yang diharapkan 2. Periode Pemegang Tunggal (Single Holding Period)

Pada periode ini, nilai saham para investor haruslah sama dengan nilai sekarang, baik dividen yang diharapkan diterima dalam satu tahun, dimana bagi seorang investor mempunyai waktu selama satu tahun, dengan rumus :

=

+ …...……….(3) Keterangan :

Vcs = Nilai sekuritas

D1 = Nilai sekarang dividen yang diterima dalam satu tahun

P1 =Nilai sekarang dari harga pasar yang diterima dalam satu tahun Kcs =Tingkat pengembalian yang disyaratkan oleh pemegang saham biasa


(32)

19 c. Biaya Saham Preferen

Saham preferen merupakan sebuah surat berharga hibrid dengan karakteristik saham biasa dan obligasi, dimana tidak memiliki waktu jatuh tempo yang ditetapkan, tidak membayar deviden tidak menyebabkan kerugian, dan deviden tidak dapat dikurangkan untuk tujuan perpajakan, (Keown, 2001).

2.4. Manfaat EVA

Menurut Amin Widjaya (2001), ada beberapa manfaat EVA dalam mengukur kinerja perusahaan, antara lain sebagai berikut :

a. EVA merupakan suatu ukuran kinerja perusahaan yang dapat berdiri sendiri tanpa memerlukan ukuran lain baik berupa perbandingan dengan menggunakan perusahaan sejenis atau menganalisis kecenderungan (trend).

b. Hasil perhitungan EVA mendorong pengalokasian dana perusahaan untuk investasi dengan biaya modal yang rendah.

Sedangkan menurut Sidharta Utama (1997), manfaat EVA adalah :

1. EVA dapat digunakan sebagai penilaian kinerja keuangan perusahaan karena penilaian kinerja tersebut difokuskan pada penciptaan nilai (value creation). 2. EVA akan menyebabkan perusahaan lebih memperhatikan kebijakan struktur

modal.

3. EVA membuat manajemen berpikir dan bertindak seperti halnya pemegang saham yaitu memilih investasi yang memaksimumkan tingkat pengembalian dan meminimumkan tingkat biaya modal sehingga nilai perusahaan dapat dimaksimalkan.

4. EVA dapat digunakan untuk mengidentifikasikan kegiatan atau proyek yang memberikan pengembalian lebih tinggi dari pada biaya-biaya modalnya.

Selain manfaat yang telah dijelaskan diatas, EVA merupakan pengukuran yang sangat penting, karena dapat digunakan sebagai signal terjadinya Financial Distress pada suatu perusahaan (Salmi & Virtanen, 2001). Jika suatu perusahaan tidak dapat memperoleh laba di atas required of return, maka EVA akan menjadi negatif, dan hal ini merupakan warning akan terjadinya Financial Distress bagi perusahaan tersebut.


(33)

20 2.5. Strategi Perusahaan

Strategi perusahaan didasarkan bagaimana perusahaan mampu menciptakan nilai bagi pemegang sahamnya. Strategi perusahaan diambil dari pendekatan penciptaan nilai sudah mencakup tingkat pengembalian perusahaan tersebut. Penciptaan nilai pada suatu perusahaan dapat dicapai ketika perusahaan menghasilkan tingkat pengembalian diatas biaya modalnya, maka perusahaan mampu meningkatkan nilai pemegang sahamnya. Penciptaan nilai di dalam suatu perusahaan dapat dirumuskan sebagai berikut :

…...….(4) Dimana :

EVA = Nilai yang diciptakan dalam suatu periode

RONA = Laba operasi bersih setelah pajak dibagi dengan modal yang dinvestasikan

WACC = Biaya modal rata-rata tertimbang perusahaan

Menurut Gunawan (2004), RONA adalah tingkat pengembalian atas jumlah dana yang tersedia bagi perusahaan. RONA hampir sama dengan ROI, perbedaannya hanya RONA mengukur tingkat pengembalian atas modal dengan NOPAT, sedangkan ROI mengukur tingkat pengembalian atas aktiva dengan laba bersih perusahaan.

Berdasarkan perumusan di atas, perusahaan dapat mencipakan nilai tambah, tetapi pada prinsipnya EVA akan meningkat jika manajemen melakukan satu dari tiga hal berikut (Stewart,1993) dalam Utomo,1999):

1. Meningkatkan laba operasi tanpa adanya tambahan modal.

2. Menginvestasikan modal baru kedalam project yang mendapat return lebih besar dari biaya modal yang ada.

3. Menarik modal dari aktivitas-aktivitas usaha yang tidak menguntungkan. 2.6. Penelitian Terdahulu

Mubarok (2009), melakukan penelitian dengan judul “Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan dengan metode Economic Value Added (EVA) ” terhadap perusahaan otomotif go public yang tercatat di Bursa Efek Jakarta (BEI) pada


(34)

21

periode 2007-2008. Hasil penelitian menunjukan dari dua perusahaan yang dianalisis terdapat satu perusahaan yang memiliki kinerja keuangan yang baik dengan kata lain telah memenuhi harapan investor dan kreditur serta bagi manajemen perusahaan itu sendiri, yaitu PT. Multistrada, Tbk, karena pada tahun 2008 PT . Multistrada, Tbk mengalami peningkatan kinerja keuangan dari tahun 2007 yang memiliki nilai EVA positif pada tahun 2008. Sedangkan pada PT. Gajah Tunggal Tbk, mengalami penurunan kinerja keuangan dari tahun 2007 yang memiliki nilai EVA negatif pada tahun 2008, karena adanya kerugian yang cukup besar akibat krisis global.

Ningrum (2008), melakukan penelitian dengan judul “Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Telekomunikasi go public dengan metode Economic Value Added (EVA)” terhadap perusahaan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia pada periode 2002-2007. Perusahaan yang diteliti antara lain PT. Telkom, PT. Indosat, PT. Excelmindo Pratama, PT. Bakrie Telecom, dan PT. Mobile-8. Hasil penelitian menunjukkan dari lima perusahaan yang dianalisis terdapat satu perusahaan yang konsisten dengan nilai EVA positif, yaitu PT. Telekomunikasi Indonesia (TLKM), sedangkan PT. Indosat menjadi urutan kedua setelah PT. Telkom karena historis perusahaan pada tahun 2003 dan 2004 memiliki kinerja yang baik. Tiga perusahaan lain adalah PT. Excelmindo Pratama, PT. Bakrie Telecom, dan PT. Mobile-8 kurang baik untuk berinvestasi karena memiliki nilai EVA yang negative sehingga disimpulkan bahwa ketiga perusahaan belum dapat memberikan nilai lebih bagi pemegang saham. Hal ini dikarenakan biaya modal yang lebih tinggi dari laba usaha yang dihasilkan.

Supiani (2005), dengan “Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan dengan Metode EVA (studi kasus pada BUMN go public)”, melakukan penelitian terhadap perusahaan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dengan tahun penelitian 2003-2004. Perusahaan yang diteliti antara lain PT. Aneka Tambang Tbk, PT. BNI Tbk, PT. BRI Tbk, PT. Bank Mandiri Tbk, PT. Indofarma Tbk, PT. Indosat Tbk, PT. Kimia Farma Tbk, PT. Semen Gresik Tbk, PT. Timah Tbk, dan PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua perusahaan menghasilkan EVA positif. Hal ini disebabkan biaya saham dan biaya


(35)

22

utang yang tinggi sehingga mempengaruhi tingginya nilai WACC, dengan demikian laba yang diciptakan tidak mampu menutupi biaya modal yang besar.


(36)

23

III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk merupakan salah satu pelopor bank syariah pertama di Indonesia, dimana PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk merupakan salah satu bank yang sudah go public. Oleh karena itu, dengan sudahnya go public, maka menarik bagi para investor baru untuk menanamkan modal atau pembelian saham pada PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk.

Upaya dalam menilai kinerja keuangan suatu perusahaan yang go public

dapat menggunakan rasio keuangan dan laporan keuangan perusahaan, yang terdiri dari neraca dan laporan laba rugi. Neraca digunakan untuk menginformasikan posisi keuangan pada saat tertentu, yang tercermin pada jumlah harta yang dimiliki, jumlah kewajiban, dan modal perusahaan. Dalam perhitungan EVA, neraca digunakan untuk mengetahui biaya saham, biaya hutang, dan modal yang diinvestasikan. Biaya saham dan biaya hutang dapat diperoleh apabila biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) dan modal yang diinvestasikan dapat ditunjukkan dengan adanya biaya modal (capital charge). Sedangkan laporan keuangan berupa laporan laba rugi dapat diketahui dengan Net Operating After Tax (NOPAT) dikurangi dengan biaya modal yang berasal dari WACC dan modal yang diinvestasikan sehingga dapat diketahui berapa besarnya nilai Economic Value Added (EVA) yang dimana dapat dijadikan sebagai referensi bagi investor untuk mengambil suatu keputusan dalam pembelian saham PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk dan untuk mengukur tingkat kesehatan bank dengan menggunakan metode EVA. Adapun kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah ini.


(37)

24

Gambar 1 . Kerangka Pemikiran

PT Bank Muamalat, Tbk

Laporan Keuangan

Investor

Economic Value Added (EVA)

Biaya Modal (Capital Charge) Biaya modal rata-rata

tertimbang (WACC) Neraca Laporan L/R

Net Operating After Tax

(NOPAT)

Biaya Hutang

Biaya Saham

Modal yang diinvestasikan

Pasar Modal


(38)

25 3.2. Metode Penelitian

3.2.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian untuk penulisan skripsi ini dilaksanakan pada PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk, sedangkan waktu yang diperlukan dalam pengumpulan data kurang lebih selama 3 bulan (Juni-Agustus 2010).

3.2.2 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Laporan Keuangan PT Bank Muamalat, Tbk tahun 2008-2009. Laporan yang digunakan adalah laporan Laba Rugi dan Neraca Keuangan tahun 2008-2009.

Data dari studi pustaka dan kajian literatur juga dapat menunjang dalam penyusunan skripsi. Data tersebut diperoleh dari Perpustakaan Institut Pertanian Bogor (IPB), Internet, dan Media komunikasi lainnya. Data dan informasi yang telah dikumpulkan dari penelitian kemudian diolah secara manual dengan menggunakan MS excel.

3.2.3 Pengolahan dan Analisis Data

Data yang digunakan adalah data sekunder yang diolah dengan menggunakan alat analisis Economic Value Added (EVA) dan pengolahan data menggunakanperangkat lunak MS Excel.

a. Rasio Keuangan

Pada umumnya rasio keuangan digunakan untuk mengidentifikasikan beberapa kelemahan dan kekuatan keuangan perusahaan. Selain itu, rasio keuangan juga dapat digunakan untuk menilai kinerja suatu perusahaan dengan melihat tingkat keuntungan atau laba yang dicapai perusahaan. Rasio keuangan juga merupakan laporan keuangan perusahaan yang digunakan untuk mengetahui tingkat profitabilitas (keuntungan) dan tingkat risiko atau tingkat kesehatan suatu perusahaan. Rasio keuangan dibedakan maenjadi: Rasio Profitabilitas, Rasio Aktivitas, Rasio Likuiditas, dan Rasio Solvabilitas.

Adapun rasio keuangan berbasis pendekatan laba (profitabilitas), yaitu seperti Return On Equity (ROE), Return On Asset (ROA), dan Earning Per Share


(39)

26 a.1 Return On Equity (ROE)

Rasio ini membandingkan antara laba bersih terhadap ekuitas (modal sendiri). Kenaikan rasio ini terjadi kenaikan dari laba bersih dari bank yang bersangkutan, dan kenaikan tersebut menaikkan harga saham. Semakin tinggi nilai ROE, maka semakin baik pula kinerja perusahaan dalam menciptakan keuntungan atas modal yang diserahkan investor.

ROE merupakan pengukuran efektivitas perusahaan untuk mendapatkan keuntungan dengan menggunakan modal perusahaan yang dimiliki.

...(5) a.2 Return On Asset (ROA)

Return On Asset (ROA) merupakan perbandingan antara laba bersih yang berhasil diperoleh perusahaan terhadap total aset yang dimiliki. Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan atas aset atau aktiva yang dikelola dalam kegiatan operasional sehari-hari atau laba

secara keseluruhan.

...(6)

a.3 Earning Per Share (EPS)

Earning Per Share (EPS) merupakan metode pengukur tingkat keuntungan yang dapat dihasilkan perusahaan bagi pemegang sahamnya. EPS adalah perbandingan antara laba bersih perusahaan (yang tersedia bagi pemegang saham) terhadap jumlah rata-rata saham yang beredar. Rasio ini menggambarkan keuntungan per lembar saham yang dimiliki pemegang saham. Semakin tinggi rasio ini, maka menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik karena dapat menciptakan laba per saham bagi investor yang tinggi.

...(7)

ROE = ℎ

− 100%

ROA = 100%

EPS = ℎ


(40)

27 b. Analisis Economic Value Added (EVA)

EVA merupakan alat analisis untuk mengukur kinerja perusahaan dengan menghitung laba operasi setelah pajak dikurangi dengan total biaya modal. Adapun langkah-langkah dalam analisis EVA adalah sebagai berikut :

1. Menghitung tingkat pengembalian dari masing-masing saham dimana didefinisikan sebagai rata-rata dari keuntungan modal yaitu selisih antara harga saham bulan ini dengan harga saham bulan sebelumnya. Rumusnya adalah :

= − + ………. . ……. ( 8)

Dimana :

Rit = Tingkat pengembalian saham perusahaan bulan ke-t Pit = Harga Saham perusahaan perlembar bulan ke-t Pit-1 = Harga Saham perusahaan perlembar bulan ke-t-1 Dt = Dividen pada bulan ke-t

2. Menghitung tingkat pengembalian pasar bulanan dan tingkat pengembalian rata-rata pasar. Rumusnya sebagai berikut :

= − ………. ……( 9)

( ) = ∑ ………. …. ( 10)

Dimana :

Rmt = Tingkat pengembalian pasar pada bulan ke-t IHSGt = Indeks Harga Saham Gabungan bulan ke-t IHSGt-1 = Indeks Harga Saham Gabungan bulan ke-t-1

E(Rm) =Tingkat pengembalian rata-rata pasar yang diharapkan dalam satu bulan

N = Jumlah pengamatan dalam satu bulan (N=12)

3. Menghitung resiko spesifik masing-masing saham yang ditunjukkan oleh beta usaha (), dapat dirumuskan sebagai berikut :

= ………. …. . …………. ( 11)


(41)

28

 = ∑ ( − )………. ……( 13)

Dimana :

im = Kovarian tingkat pengembalian saham I dengan tingkat pengembalian pasar

2m = Varian tingkat pengembalian pasar

4. Menentukan tingkat bunga bebas resiko (Rf). Tingkat bunga bebas resiko adalah tingkat suku bunga investasi yang dapat diperoleh investor tanpa menanggung resiko yang biasanya tingkat suku bunga Standar Bank Indonesia (SBI).

5. Menghitung Biaya Ekuitas atau Modal Sendiri (COE), dengan Rumus :

...(14) Dimana :

E(Rm) = Tingkat pengembalian pasar yang diharapkan Rf = Tingkat bunga bebas resiko

i = Koefisien resiko spesifik perusahaan () MRP = Market Premium Risk (Premi Resiko Pasar) 6. Perhitungan Biaya Hutang, dengan Rumus :

...(15)

Dimana :

Kd = Beban bunga dibagi jumlah utang jangka panjang (1-t) = Faktor koreksi

7. Menghitung Biaya atas Modal dengan metode WACC

...………(16) Dimana :

Kd = Biaya utang jangka panjang Ke = Biaya pengembalian saham

We = Proporsi saham dalam struktur modal Wd = Proporsi utang dalam struktur modal

COE = Rf + βi MRP MRP = E(Rm) - Rf

Kd = kd x (1-t)


(42)

29 t = Tingkat pajak perusahaan

8. Perhitungan NOPAT, dengan Rumus :

...……...(17) Dimana :

Beban bunga = Biaya bunga yang harus dibayar oleh perusahaan 9. Perhitungan EVA, dengan Rumusnya :

...(18)

Dimana :

Biaya Modal = WACC x modal yang diinvestasikan

Menurut Utama (1997), Kinerja keuangan perusahaan melalui EVA dapat dinilai dengan beberapa kriteria sebagai berikut :

1. Jika EVA > 0, maka terjadi proses nilai tambah perusahaan, kinerja perusahaan baik. Ini berarti laba yang tersedia mampu memenuhi harapan para investor.

2. Jika EVA = 0, maka menunjukkan posisi impas perusahaan. Ini berarti laba yang tersedia impas untuk memenuhi harapan kreditur dan investor.

3. Jika EVA < 0, maka berarti total biaya modal perusahaan lebih besar daripada laba operasi setelah pajak yang diperolehnya, sehingga kinerja perusahaan tersebut tidak baik. Hal ini membuktikan bahwa dalam perusahaan tidak terjadi nilai tambah dan laba yang tersedia tidak mampu memberikan pengembalian yang setimpal dengan yang ditanam investor.

NOPAT = Laba bersih + Beban Bunga


(43)

30

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah Perusahaan

PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk didirikan pada 1 Nopember 1991 yang diprakarsai oleh beberapa tokoh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Pemerintah, dan memulai kegiatan operasinya pada 1 Mei 1992. Dengan dukungan nyata dari eksponen Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha muslim, pendiriannya juga mendapat dukungan masyarakat berupa komitmen pembelian saham senilai Rp 84 milliar pada saat penandatanganan Akta Pendirian Perseroan. Selanjutnya, pada acara silaturrahmi pendirian di Istana Bogor, diperoleh tambahan modal dari masyarakat Jawa Barat sebesar Rp 106 milliar sebagai wujud dukungannya.

Pada 27 Oktober 1994, Bank Muamalat berhasil menyandang predikat Bank Devisa. Pengakuan ini semakin memperkokoh posisinya sebagai bank syariah pertama dan terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa dan produk yang terus dikembangkan.

Dalam upaya memperkuat permodalan, Bank Muamalat berupaya mencari pemodal potensial dan mendapat tanggapan positif dari Islamic Development Bank (IDB) yang berkedudukan di Jeddah, Saudi Arabia. Pada RUPS 21 Juni 1999, IDB secara resmi menjadi pemegang saham Bank Muamalat. Oleh karena itu, kurun waktu antara 1999 dan 2002 merupakan masa yang penuh tantangan dan keberhasilan bagi Bank Muamalat.

Bank Muamalat berhasil melalui masa sulit dan bangkit dari keterpurukan yang diawali dengan pengangkatan direksi baru dari internal. Kemudian menggelar rencana kerja lima tahun yang berhasil mengembalikan Bank Muamalat ke kondisi keuangan dan pertumbuhan yang berkesinambungan dengan penekanan pada :

a. Tidak mengandalkan setoran modal tambahan dari para pemegang saham, b. Tidak melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) satu pun terhadap

sumber daya insani yang ada dan dalam hal pemangkasan biaya, tidak memotong hak Kru Muamalat sedikitpun,


(44)

31

c. Pemulihan kepercayaan dan rasa percaya diri Kru Muamalat menjadi prioritas di tahun pertama kepengurusan Direksi baru,

d. Peletakan landasan usaha baru dengan menegakkan disiplin kerja Muamalat menjadi agenda utama di tahun kedua,

e. Pembangunan tonggak-tonggak usaha dengan menciptakan serta menumbuhkan peluang usaha menjadi sasaran Bank Muamalat pada tahun ketiga dan seterusnya yang akhirnya membawa Bank Muamalat dengan Rahmat Allah Rabbul Izzati ke era pertumbuhan baru memasuki tahun 2005 dan seterusnya.

Hingga akhir tahun 2005, Bank Muamalat tetap merupakan bank syariah terkemuka di Indonesia dengan jumlah aktiva sebesar Rp 7,42 milliar triliun, modal pemegang saham sebesar Rp 763 milliar, serta perolehan laba bersih sebesar Rp 106 milliar pada tahun 2005. Sedangkan pada akhir tahun 2007, produktifitas Kru Muamalat (laba bersih perjumlah kru) mencapai Rp 67,34 juta/kru, meningkat menjadi Rp 48,29 juta/kru pada akhir tahun 2006.

4.1.2 Visi dan Misi Perusahaan

a. Visi Bank Muamalat Indonesia, Tbk

Menjadi bank syariah utama di Indonesia, dominan di pasar spiritual, dikagumi di pasar rasional.

b. Misi Bank Muamalat Indonesia, Tbk

Menjadi ROLE MODEL lembaga keuangan Syariah dunia dengan penekanan pada semangat kewirausahaan, keunggulan manajemen dan orientasi investasi yang inovatif untuk memaksimalkan nilai kepada

stakeholder.

4.1.3 Struktur Organisasi

1. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)

RUPS adalah pemegang kekuasaan tertinggi dalam perusahaan. RUPS ini diadakan setiap akhir tahun yang anggotanya terdiri dari pemegang saham dan modal perusahaan.

2. Dewan Pengawas Syariah (DPS)

Dewan Pengawas Syariah (DPS) merupakan badan independen yang bertugas melakukan pengarahan, pemberian konsultasi,


(45)

32

melakukan evaluasi, pengawasan serta memastikan bahwa kegiatan BMI telah mematuhi prinsip-prinsip syariah sebagaimana ditentukan oleh fatwa dan syariah Islam. Anggota DPS sekurang-kurangnya terdiri dari 3 (tiga) orang yang diangkat oleh RUPS.

Ketua : K. H. M.A. Sahal Mahfudh Anggota : - K. H. Ma’ruf Amin

- Prof. Dr. H. Umar Shihab - Prof. Dr. H. Muardi Chatib 3. Dewan Komisaris

Dewan komisaris mempunyai tugas dalam membahas kemajuan Bank secara umum dimana dewan komisaris mengadakan rapat setiap bulannya.

Komisaris Utama : Drs. H. Abbas Adhar Komisaris : - Prof. Korkut Ozal

- Dr. Ahmed Abisourour - Drs. Aulia Pohan, M.A

-H. Iskandar Zulkarnain, S.E. M.Si 4. Dewan Direksi

Dewan direksi mempunyai tugas yang sama dengan dewan komisaris, tetapi dewan direksi mengadakan rapat paling sedikit dua minggu sekali atau kapan saja diperlukan. Dewan direksi juga bertanggung jawab atas segala aktivitas bank, baik produk jasa yang ditawarkan maupun atas segala pembiayaan akan diberikan. Dewan direksi membawahi beberapa direktur dan urusan lainnya.

Direktur Utama : H. A. Riawan Amin, M.Sc Direktur : - Ir. H. Arviyan Arifin

- H. M. Hidayat, SE, Ak -Ir. H. Andi Buchari, MM -Drs. U. Saefudin Noer, M.Si


(46)

33 4.1.4 Produk dan Jasa

a. Produk Penghimpunan Dana 1. Shar-

Shar- merupakan tabungan instan investasi syariah yang memadukan kemudahan akses ATM, Debit, dan Phone Banking dalam satu kartu dan dapat dibeli di kantor pos seluruh Indonesia yang diinvestasikan hanya untuk usaha halal dengan bagi hasil kompetitif. Tarik tunai bebas biaya di lebih dari 8.888 ATM Muamalat, ATM BCA/PRIMA dan ATM Bersama, akses di lebih 18.000 merchant Debit BCA dan fasilitas SalaMuamalat, Phone banking 24 jam untuk layanan otomatis cek saldo, informasi history transaksi, transfer antar rekening sampai dengan Rp 50 juta dan berbagai pembayaran. 2. Tabungan Ummat

Merupakan investasi tabungan dengan akad Mudharabah di Counter Bank Muamalat di seluruh Indonesia maupun di Gerai Muamalat yang penarikannya dapat dilakukan di seluruh Counter Bank Muamalat, ATM Muamalat, jaringan ATM BCA/PRIMA, dan jaringan ATM Bersama. Tabungan Ummat dengan Kartu Muamalat juga berfungsi sebagai akses debit di seluruh merchant Debit BCA/bagi hasil yang berasal dari pendapatan bank atas dana tersebut.

3. Tabungan Arafah

Merupakan tabungan untuk mewujudkan niat nasabah dalam menunaikan ibadah haji. Produk ini akan membantu nasabah untuk merencanakan ibadah haji sesuai dengan kemampuan keuangan dan waktu pelaksanaan yang diinginkan.

4. Deposito Mudharabah

Merupakan jenis investasi bagi nasabah perorangan dan badan hukum dengan hasil yang menarik. Simpanan dana masyarakat akan dikelola melalui pembiayaan kepada sektor riil yang halal dan baik, sehingga memberikan bagi hasil yang halal. Deposito Mudharabah ini tersedia dalam jangka waktu 1, 3, 6, dan 12 bulan.


(47)

34 5. Giro Wadi’ah

Merupakan titipan dana pihak ketiga berupa simpanan giro yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet, giro dan pemindahbukuan.

6. Dana Pensiun Muamalat

Dana Pensiun Muamalat dapat diikuti yang berusia minimal 18 tahun, atau sudah menikah, dan pilihan usia pensiun 45 - 65 tahun dengan iuran sangat terjangkau, yaitu minimal Rp 20.000 per bulan dan pembayarannya dapat didebet secara otomatis dari rekening Bank Muamalat atau dapat ditransfer dari bank lain. Selain itu, peserta juga dapat mengikuti program WASIAT UMMAT, dimana selama kepesertaan, peserta dilindungi asuransi jiwa sebesar nilai tertentu dengan premi tertentu.

b. Produk Penanaman Dana 1. Murabahah

Adalah jual beli barang antara Nasabah dan Bank dengan menyatakan harga perolehan/harga beli dan keuntungan (margin) yang disepakati kedua belah pihak. Bank membiayai (membelikan) kebutuhan nasabah yang kemudian dijual kepada nasabah dengan harga pokok ditambah keuntungan yang diketahui dan disepakati bersama. Konsep ini digunakan untuk penanaman Modal Kerja, Investasi, dan Konsumtif. 2. Istishna’

Adalah jual beli dimana Shaani’ (produsen) ditugaskan untuk membuat suatu barang (pesanan) dari Mustashni’ (pemesan). Pembayaran Istishna’ dapat dilakukan di awal, di tengah, dan di akhir pesanan.

3. Musyarakah

Adalah kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana (amal) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.

4. Mudharabah

Adalah kerjasama antara Bank dengan Mudharib (nasabah) yang mempunyai keahlian atau keterampilan dalam mengelola usaha.


(48)

35

Mudharabah banyak digunakan dalam pembiayaan proyek atau usaha-usaha yang mudah dalam penentuan pendapatan dan biaya usaha-usaha.

5. Ijarah

Ijarah adalah perjanjian antara Bank (Mu’ajjir) dengan Nasabah (Musta’jir) sebagai penyewa suatu barang milik Bank, dan Bank mendapatkan imbalan jasa atas barang yang ditawarkannya. Ijarah dan IMBT digunakan untuk pembiayaan alat-alat berat.

6. Ijarah Muntahia Bittamik

Adalah perjanjian antara Bank dengan Nasabah sebagai penyewa. Nasabah membayar uang sewa selama masa sewa yang diperjanjikan dan apabila sewa berakhir, maka penyewa mempunyai hak opsi untuk memindahkan kepemilikan obyek sewa tesebut.

c. Produk Jasa 1. Wakalah

Wakalah adalah akad pemberian wewenang/kuasa dari lembaga/seseorang kepada pihak lain untuk melaksanakan urusan dengan batas kewenangan dan waktu tertentu. Prinsip wakalah yang digunakan

collection, agency/arranger. 2. Kafalah

Kafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafii) kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung. Selain itu, kafalah juga berarti mengalihkan tanggung jawab seseorang yang dijamin dengan berpegang pada tanggung jawab orang lain sebagai penjamin.

3. Hawalah

Hawalah adalah pengalihan hutang dari orang yang berhutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya.

4. Rahn

Rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis, sehingga pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat mengambil seluruh atau sebagian piutangnya.


(49)

36 5. Qardh

Qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali. Menurut teknis perbankan, qardh adalah pemberian pinjaman dari Bank kepada nasabah yang dipergunakan untuk kebutuhan mendesak, seperti dana talangan dengan kriteria tertentu dan bukan untuk pinjaman yang bersifat konsumtif. Pengembalian pinjaman ditentukan dalam jangka waktu tertentu sebesar pinjaman tanpa ada tambahan keuntungan dan pembayarannya dilakukan secara berangsur atau sekaligus.

d. Jasa Layanan 1. ATM

Layanan 24 jam yang memudahkan Nasabah melakukan penarikan dana tunai, pemindahbukuan antar rekening, pemeriksaan saldo, pembayaran ZIS, dan tagihan telepon.

2. SalaMuamalat

Merupakan layanan phone banking 24 jam dan call centre melalui (021) 2511616, 0807 1 MUAMALAT atau 0807 11 SHARE yang memberikan kemudahan kepada nasabah setiap saat dan dimana pun nasabah berada untuk memperoleh informasi mengenai produk, saldo, atau informasi transaksi, transfer antar rekening, serta mengubah PIN.

3. Pembayaran Zakat, Infak, dan Sedekah (ZIS)

Jasa yang memudahkan nasabah dalam membayar ZIS, baik ke lembaga pengelola ZIS Bank Muamalat maupun ke lembaga-lembaga ZIS lainnya yang bekerja sama dengan Bank Muamalat melalui phone banking

dan ATM Muamalat di seluruh cabang Bank Muamalat. 4.1.5 Ketentuan Pembiayaan

Dalam pemberian pembiayaan kepada nasabah, Bank Muamalat Indonesia, Tbk menggolongkan ke dalam tiga jenis usaha, yaitu usaha mikro, usaha kecil, dan usaha menengah. Setiap jenis usaha memiliki beberapa kriteria tertentu dan dengan jumlah plafond tertentu berdasarkan hukum yang berlaku dalam perbankan.


(50)

37 1. Usaha Mikro

Yang tergolong dalam usaha mikro berdasarkan ketetapan Bank Muamalat Indonesia, Tbk memenuhi syarat sebagai berikut :

a. Usaha Produktif

b. Usaha yang dijalankan oleh penduduk miskin atau mendekati miskin (sesuai dengan kriteria BPS), dengan ciri-ciri :

1. Dimiliki oleh keuangan,

2. Mempergunakan teknologi sederhana, 3. Memanfaatkan sumber daya lokal.

Adapun maksimal plafond yang diberikan oleh pihak bank adalah sebesar 50 juta rupiah dan dasar hukum yang melandasi adalah MOU BI – Menkokesra tanggal 22 April 2002 dan PBI No.3/I/PBI/2001 tanggal 4 Januari 2001 tentang Proyek Kredit Mikro.

2. Usaha Kecil

Yang tergolong ke dalam usaha mikro berdasarkan ketetapan Bank Muamalat Indonesia, Tbk adalah sebagai berikut :

a. Usaha Produktif,

b. Kekayaan bersih maksimum Rp 200 juta di luar tanah dan bangunan tempat usaha atau total penjualan Rp 1 milliar/tahun,

c. Milik WNI,

d. Berdiri sendiri dan bukan cabang atau anak perusahaan dari usaha besar,

e. Berbentuk usaha perseorangan atau badan usaha, baik berbadan hukum maupun tidak berbadan hukum.

Adapun plafond yang diberikan pihak bank kepada nasabah terletak rentang 50 – 500 juta. Dasar hukum yang digunakan adalah berlandaskan pada UU No.9 tahun 1995 tentang Usaha Kecil, PBI No.3/2/PBI/2001 tanggal 4 Januari 2001 dan MOU BI-Menkokesra tanggal 22 April 2002.

3. Usaha Menengah

Yang tergolong dalam usaha mikro berdasarkan ketetapan Bank Muamalat Indonesia, Tbk memenuhi syarat sebagai berikut :


(1)

59

Lampiran 4. Laporan Arus Kas Konsolidasi PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk Periode 2008-2009


(2)

60 Lanjutan lampiran 4.


(3)

61

Lampiran 5. Perhitungan Tingkat Pengembalian Saham PT Bank Muamalat Indonesia,Tbk Periode 2008-2009

Kuartal 2008 2009

Pit Pit-t Dt Rit Pit Pit-t Dt Rit

Kuartal I 1000 500 1,00 600 800 -0,03

Kuartal II 1025 1000 0,02 800 600 0,25

Kuartal III 600 1025 -0,71 1000 800 0,20

Kuartal IV 800 600 126 0,41 1161 1000 446 0,52

Rt 0,18 0,16

Lampiran 6. Perhitungan Tingkat Pengembalian Pasar Bulanan Periode 2008-2009

Bulan

2008

Bulan

2009

IHSGt IHSGt-1 Rmt IHSGt IHSGt-1 Rmt

Januari 2.627,25 2.745,83 -0,04 Januari 1.332,67 1.355,41 -0,02 Februari 2.721,94 2.627,25 0,04 Februari 1.285,48 1.332,67 -0,04 Maret 2.447,30 2.721,94 -0,10 Maret 1.434,07 1.285,48 0,12

Rata-rata -0,04 0,02

April 2.304,52 2.447,30 -0,06 April 1.722,77 1.434,07 0,20 Mei 2.444,35 2.304,52 0,06 Mei 1.916,83 1.722,77 0,11 Juni 2.349,11 2.444,35 -0,04 Juni 2.026,78 1.916,83 0,06

Rata-rata -0,01 0,12

Juli 2.304,51 2.349,11 -0,02 Juli 2.323,24 2.026,78 0,15 Agustus 2.165,94 2.304,51 -0,06 Agustus 2.341,54 2.323,24 0,01 September 1.832,51 2.165,94 -0,15 September 2.467,59 2.341,54 0,05

Rata-rata -0,08 0,07

Oktober 1.256,70 1.832,51 -0,31 Oktober 2.367,70 2.467,59 -0,04 November 1.241,54 1.256,70 -0,01 November 2.415,84 2.367,70 0,02 Desember 1.355,41 1.241,54 0,09 Desember 2.534,36 2.415,84 0,05

Rata-rata -0,08 0,01

Rata-rata


(4)

62

Lampiran 7. Tingkat Rata-rata Suku Bunga SBI Bulanan Periode 2008 – 2009

2008 2009

Bulan SBI Bulan SBI

Januari 8,00% Januari 8,75%

Februari 8,00% Februari 8,25%

Maret 8,00% Maret 7,75%

April 8,00% April 7,50%

Mei 8,25% Mei 7,25%

Juni 8,50% Juni 7,00%

Juli 8,75% Juli 6,75%

Agustus 9,00% Agustus 6,50%

September 9,25% September 6,50%

Oktober 9,50% Oktober 6,50%

November 9,50% November 6,50%

Desember 9,25% Desember 6,50%

Rata-rata 8,67% Rata-rata 7,15%

Lampiran 8. Perhitungan Biaya Saham (Ke) PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk Periode 2008-2009

Tahun Kovarian E(Rm) Varian Rf Beta (β) Ke

2008 0,005943165 -0,05 0,000795152 8,67% 7,474248078 -94,25%

2009 0,001752513 0,06 0,002014317 7,15% 0,870028639 5,80%

Lampiran 9. Perhitungan Biaya Hutang (Kd*) PT Bank Muamalat Indonesia,Tbk Periode 2008-2009

Tahun Bunga Hutang Jangka

Panjang Kd Kd*

2008 -11.846.290 29.850.000 -0,40 -0,28 2009 -19.263.253 154.046.031 -0,13 -0,09


(5)

53

Lampiran 10. Perhitungan Proporsi Hutang dan Ekuitas PT Bank Muamalat Indonesia,Tbk Periode 2008-2009

Tahun Hutang Ekuitas Aset Wd We

2008 29.850.000 941.087.548 12.610.852.548 0,24% 7,46%

2009 154.046.031 898.034.844 16.027.178.859 0,96% 5,60%

Lampiran 11. Perhitungan Modal yang diinvestasikan (IC) PT Bank Muamalat Indonesia,Tbk Periode 2008-2009

Tahun Aset Hutang Beban IC

2008 12.610.852.548 138.867.296 12.471.985.252

2009 16.027.178.859 55.067.912 15.972.110.947

Lampiran 12. Perhitungan Biaya Modal rata-rata Tertimbang (WACC) PT Bank Muamalat Indonesia,Tbk Periode 2008-2009

Tahun

Struktur Modal

Kd* Ke a x c b x d WACC

Wd (a) We (b)

2008 0,24% 7,46% -0,28 -94,25% (0,000657561) -7,03% (0,070989862)


(6)

54

Lampiran 13. Perhitungan Laba Operasi Setelah Pajak (NOPAT) PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk Periode 2008-2009

Periode

2009 2008

Laba bersih setelah pajak 50.192.311 203.360.691

Biaya Bunga -19.263.253 -11.846.290

NOPAT 30.931.067 191.516.409

Lampiran 14. Perhitungan Biaya Modal (COC) PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk Periode 2008-2009

Tahun WACC IC COC

2008 -0,070989862 12.471.985.252 (885.384.518)

2009 0,002383424 15.972.110.947 38.068.319

Lampiran 15. Perhitungan Economic Value Added (EVA) PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk Periode 2008-2009

Tahun NOPAT COC EVA

2008 191.516.409 (885.384.518) 1.076.900.927