Penyerangan Israel terhadap Pelestina Menurut Hukum Humaniter Internasional.

BAB IV ANALISA PENYERANGAN ISRAEL TERHADAP PALESTINA

DITINJAU DARI PERSFEKTIF KEJAHATAN KEMANUSIAAN DALAM KERANGKA HUKUM INTERNASIONAL

A. Penyerangan Israel terhadap Pelestina Menurut Hukum Humaniter Internasional.

Sejak tanggal 28 Desember lalu Israel melancarkan serangan secara Massive ke wilayah Palestina melalui serangan darat,laut dan udara dengan alasan melawan milisi Hamas yang menurut mereka mengancam kedaulatan Israel. Angka korban secara keseluruhan mencapai angka ribuan baik yang mati dan luka-luka dan mayoritas dari korban adalah anak-anak, perempuan, orang-orang jompo dan warga sipil lain yang tidak berdosa serta fasilitas-fasilitas umum seperti tempat ibadah masjid, sekolah, bahkan rumah sakit pun tidak luput menjadi obyek sasaran. Lalu bagaimanakah Hukum Humaniter Internasional memandang konflik ini ? Di dalam Hukum Humaniter Internasional ada suatu asas yang sangat penting yaitu asas pembedaan. Asas pembedaan distinction principle adalah suatu asas yang membedakan atau membagi penduduk dari suatu Negara yang sedang berperang atau sedang terlibat konflik bersenjata ke dalam dua golongan yakni kombatan combatant dan penduduk sipil civilian, kombatan adalah golongan penduduk yang secara aktif turut serta dalam permusuhan hostilities sedangkan penduduk sipil adalah golongan penduduk yang tidak ikut serta dalam permusuhan. Dalam konvensi Den Haag 1907 menyebutkan golongan atau pihak-pihak yang secara aktif dalam pertempuran combatant yaitu : 1. Armies tentara Universitas Sumatera Utara 2. Military and voluntary corps 3. Levee en masse Sedangkan menurut pasal 52 ayat 1 dan 2 protocol I tahun 1977 membedakan antara obyek sipil dan sasaran militer . isi dari pasal ini adalah sebagai berikut : 1. Civilian Objects shall not be the object of attack or reprisal. Civilian objects are all objects which are not military objectives as defined in paragraph 2. 2. Attack shall be limited to military objectives. In so far as objects are concerned, military objectives are limited to those objects which by their nature, location , purpose or use make an effective contribution to military action and whose total or partial destruction, capture or neutralization, in the circumstances rulling at the time offers a definite military advantage . Ayat 1 diatas memberikan definisi tentang objek-objek secara “negatif” dengan rumusan kalimat “ obyek-obyek sipil adalah semua obyek yang bukan sasaran militer sebagaimana didefinisikan dalam ayat 2”. Sedangkan ayat 2 memberikan definisi sasaran militer dengan menggunakan kriteria : 1. Nature sifat , sasaran militer adalah sesuatu yang harus menghasilkan kontribusi yang efektif pada aksi militer seperti persenjataan, peralatan perang, perbentengan militer, markas militer dan sebagainya. 2. Location tempatlokasi, sasaran militer adalah segala obyek yang dapat bermanfaat bagi tujuan-tujuaan militer seperti jembatan atau konstruksi lainya 3. Purpose tujuan, berkenaan dengan tujuan digunakannya suatu obyek tertentu pada waktu sengketa bersenjata. Universitas Sumatera Utara 4. Definite military advantage keuntungan militer yang pasti , berkenaan dengan tindakan yang tidak sah untuk melakukan serangan yang sifatnya memberikan keuntungan yang cukup dan tidak signifikan. Dalam artikel 7.2 statuta Roma beberapa tindakan yang termasuk dalam kejahatan perang adalah sebagai berikut : 1. Serangan yang ditujukan terhadap penduduk sipil yang diartikan serangkaian tindakan murder, extermination, enslavement yang berkaitan dengan atau merupakan tindakan lanjut dari suatu Negara atau kebijakan organisasional untuk melakukan tindakan-tindakan tersebut. 2. Pemusnahan, diartikan sebagai tindakan yang meliputi juga penerapan kondisi tertentu yang mengancam kehidupan yang secara sengaja antara lain menghambat akses terhadap makanan dan obat-obatan yang diperkirakan membawa kehancuran bagi sebagian penduduk. 3. Penindasan, diartikan sebagai penyangkalan keras secara sengaja terhadap hak- hak dasar manusia dengan cara yang bertentangan dengan hokum internasional dengan dasar identitas kelompok atau identitas kolektif. Dalam artikel 3 Statute ICTY International Criminal Tribunal for The Former Yugoslavia menyatakan bahwa yang termasuk pelanggaran hukum dan kebiasaan perang antara lain mencakup : 1. Penghancuran kota-kota atau desa-desa sembarangan atau penghancuran yang tidak didukung kepentingan militer. 2. Penyerangan atau pemboman dengan sarana apapun terhadap kota ,desa, tempat permukiman atau bangunan yang tidak dipertahankan undefended. Universitas Sumatera Utara 3. Perampasan, penghancuran atau perusakan secara sengaja terhadap lembaga- lembaga keagamaan, amal dan pendidikan, seni dan ilmu pengetahuan, monument-monumen bersejarah dan hasil karya seni maupun ilmu pengetahuan. Dari uraian diatas kita bisa menilai bahwa serangan yang dilakukan Israel adalah merupakan kejahatan perang karena tindakan-tindakan yang dilakukan melanggar hukum dan kebiasaan yang berlaku dalam peperangan kita bisa melihat bahwa banyak penduduk sipil yang terdiri dari anak-anak wanita yang bukan merupakan combatant menjadi objek sasaran Israel serta tempat ibadah dan rumah sakit yang seharusnya tidak menjadi sasaran pun menjadi sasaran perang. Selain itu juga blokade secara berkepanjangan mengakibatkan akses bantuan kemanusiaan seperti obat-obatan dan makanan tidak dapat disalurkan. Dengan kondisi yang seperti ini masyarakat sipil palestina ditekan secara terus menerus dan dicekam rasa takut akibat teror yang terus dilakukan oleh militer Israel sehingga menyebabkan pengusiran warga Palestina secara paksa bahkan akibat blokade yang dilakukan memaksa rakyat Palestina mati secara perlahan. Selain itu juga hal ini dapat digolongkan terhadap kejahatan terhadap kemanusiaan yang tergolong dalam pelanggaran HAM berat. Kejahatan terhadap kemanusiaan adalah salah satu perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas atau sistematik yang diketahuinya bahwa serangan tersebut ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil, berupa : 98 98 Majda El-Muhtaz, Israel dan Kejahatan Kemanusiaan, diakses dari situs : 1. pembunuhan; 2. pemusnahan; http:www.analisadaily.comindex.php?option=com_contentview=articleid=4341:israel-dan- kejahatan-kemanusiaancatid=182:20-januari-2009Itemid=135, tanggal 6 Juni 2009. Universitas Sumatera Utara 3. perbudakan; 4. pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa; 5. perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara sewenang- wenang yang melanggar asas-asas ketentuan pokok hukum internasional; 6. penyiksaan; 7. perkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara paksa, pemaksaan kehamilan, pemandulan atau sterilisasi secara paksa atau bentuk-bentuk kekerasan seksual lain yang setara; 8. penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan yang didasari persamaan paham politik, ras, kebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis kelamin atau alasan lain yang telah diakui secara universal sebagai hal yang dilarang menurut hukum internasional; 9. penghilangan orang secara paksa; atau 10.kejahatan apartheid. Kalau kita melihat di dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia, dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Indonesia mengakui bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu adalah hak setiap bangsa dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan serta menimbang Pasal 28 G, 28 H, 28 I, 28J UUD 1945 maka Indonesia mengemban tanggung jawab moral dan hukum untuk menjunjung tinggi dan melaksanakan Deklarasi Universal tentang Hak Asasi Manusia yang ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa, serta berbagai instrumen internasional lainnya mengenai Hak Asasi Manusia yang telah diterima oleh negara Republik Indonesia. Oleh karena itu Indonesia dituntut untuk ikut serta secara aktif dalam rangka perlindungan terhadap Hak Asasi Manusia dan berusaha mendesak PBB Universitas Sumatera Utara 99 Hukum itu kepentingan, dan sepertinya inilah kata yang paling cocok diberikan untuk realitas hukum yang terjadi saat ini. Dalam bentuknya yang paling sederhanapun hukum itu membela kepentingan agar para penjahat perang Israel beserta antek-anteknya yaitu Amerika untuk diadili di ICC International Criminal Court. Berdasarkan artikel 5 sampai dengan 8 Statuta Roma 1998 dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya ada empat kategori kejahatan internasional yang dicakup oleh ICC yaitu sebagai berikut : 1. genocide genosida 2. crimes against humanity kejahatan terhadap kemanusiaan 3. war crimes kejahatan perang 3. the crime of aggression kejahatan agresi

B. Penyerangan Israel terhadap Pelestina Menurut Hukum Hak Asasi Manusia.