Penyerangan Israel terhadap Pelestina Menurut Statuta Roma.

Perang dengan Pebunuhan warga sipil yang bukan merupakan pihak yang bertikai, serangan kepada objek-objek sipil gedung pemerintahan dan rumah sakit, menutup akses perbatasan Jalur Gaza-Mesir yang dapat dijadikan sebagai jalur masuknya pengungsi dan bantuan obat-obatan, dan penghancuran rumah ibadah. Dan tentu saja dari banyaknya korban dan bangunan yang hancur tidak satupun kita melihat adanya pihak militer yang jatuh. Jadi sebenarnya apa yang dilakukan oleh Israel ini adalah dengan tujuan untu membumihanguskan Palestina.

C. Penyerangan Israel terhadap Pelestina Menurut Statuta Roma.

Untuk kasus Israel-Palestina, sebagaimana yang telah dikemukakan di atas, dalam artikel 7.2 statuta Roma beberapa tindakan yang termasuk dalam kejahatan perang adalah sebagai berikut : 1. Serangan yang ditujukan terhadap penduduk sipil yang diartikan serangkaian tindakan murder, extermination, enslavement yang berkaitan dengan atau merupakan tindakan lanjut dari suatu Negara atau kebijakan organisasional untuk melakukan tindakan-tindakan tersebut. 2. Pemusnahan, diartikan sebagai tindakan yang meliputi juga penerapan kondisi tertentu yang mengancam kehidupan yang secara sengaja antara lain menghambat akses terhadap makanan dan obat-obatan yang diperkirakan membawa kehancuran bagi sebagian penduduk. 3. Penindasan, diartikan sebagai penyangkalan keras secara sengaja terhadap hak- hak dasar manusia dengan cara yang bertentangan dengan hokum internasional dengan dasar identitas kelompok atau identitas kolektif. Dalam artikel 3 Statute ICTY International Criminal Tribunal for The Former Yugoslavia menyatakan bahwa yang termasuk pelanggaran hukum dan kebiasaan perang antara lain mencakup : Universitas Sumatera Utara 1. Penghancuran kota-kota atau desa-desa sembarangan atau penghancuran yang tidak didukung kepentingan militer. 2. Penyerangan atau pemboman dengan sarana apapun terhadap kota ,desa, tempat permukiman atau bangunan yang tidak dipertahankan undefended. 3. Perampasan, penghancuran atau perusakan secara sengaja terhadap lembaga- lembaga keagamaan, amal dan pendidikan, seni dan ilmu pengetahuan, monument-monumen bersejarah dan hasil karya seni maupun ilmu pengetahuan. Dari uraian diatas kita bisa menilai bahwa serangan yang dilakukan Israel adalah merupakan kejahatan perang karena tindakan-tindakan yang dilakukan melanggar hukum dan kebiasaan yang berlaku dalam peperangan kita bisa melihat bahwa banyak penduduk sipil yang terdiri dari anak-anak wanita yang bukan merupakan combatant menjadi objek sasaran Israel serta tempat ibadah dan rumah sakit yang seharusnya tidak menjadi sasaran pun menjadi sasaran perang. Selain itu juga blokade secara berkepanjangan mengakibatkan akses bantuan kemanusiaan seperti obat-obatan dan makanan tidak dapat disalurkan. Dengan kondisi yang seperti ini masyarakat sipil palestina ditekan secara terus menerus dan dicekam rasa takut akibat teror yang terus dilakukan oleh militer Israel sehingga menyebabkan pengusiran warga Palestina secara paksa bahkan akibat blokade yang dilakukan memaksa rakyat palestina mati secara perlahan. Selain itu juga hal ini dapat digolongkan terhadap kejahatan terhadap kemanusiaan yang tergolong dalam pelanggaran HAM berat. Kejahatan terhadap kemanusiaan adalah salah satu perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas atau sistematik yang diketahuinya bahwa serangan tersebut ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil, berupa: 1. pembunuhan; Universitas Sumatera Utara 2. pemusnahan; 3. perbudakan; 4. pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa; 5. perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara sewenang- wenang yang melanggar asas-asas ketentuan pokok hukum internasional; 6. penyiksaan; 7. perkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara paksa, pemaksaan kehamilan, pemandulan atau sterilisasi secara paksa atau bentuk-bentuk kekerasan seksual lain yang setara; 8. penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan yang didasari persamaan paham politik, ras, kebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis kelamin atau alasan lain yang telah diakui secara universal sebagai hal yang dilarang menurut hukum internasional; 9. penghilangan orang secara paksa; atau 10.kejahatan apartheid. D. Penyerangan Israel ke Palestina berdasarkan Konvensi Den Haag, Konvensi Jenewa dan Protokol Tambahan tahun 1977 Di Konvensi Jenewa 1949 dan Protokol Tambahan 1977 kejahatan-kejahatan internasional terutama kejahatan terhadap kemanusiaan Crimes Againts Humanity terjadi apabila tindakan tertentu yang dilarang dilakukan sebagai bagian dari serangan skala luas atau sistematik terhadap penduduk sipil. Penduduk sipil yang dimaksud adalah kelompok sipil apapun. Kelompok ini termasuk, misalnya, kelompok yang mempunyai kaitan ideologi, politik atau budaya dan jenis kelamin, termasuk kelompok sipil yang menyuarakan kebebasan atau mendukung resistensi terhadap Universitas Sumatera Utara pendudukan. Tindakan yang dilarang termasuk: pembunuhan, pembinasaan termasuk dengan tidak memberikan makanan, perbudakan; deportasi atau pemindahan paksa penduduk, kerja paksa, pemenjaraan, penyiksaan; perkosaan, memberikan hukuman karena alasan politik, ras, atau agama;penghilangan paksa; dan tindakan tidak manusiawi lainnya “yang memiliki sifat yang sama yangsecara sengaja menimbulkan penderitaan yang mendalam, atau luka berat baik fisik maupunmental atau kesehatan fisik”. Tindakan yang dilarang ini dilakukan sebagai bagian dari seranganskala luas atau sistematis terhadap penduduk sipil. “Skala luas” artinya skala besar baikserangannyamaupun jumlah penduduk yang menjadi sasaran, sementara kata“sistematis”artinya tindakan yang sifatnya terorganisir dan tidak mungkin terjadi secara acak 100 Kategori pertama adalah “pelanggaran berat” Konvensi Jenewa, adalah : Suatu “pelanggaran berat” terjadi apabila tindakan kejahatan tertentu dilakukan terhadap orang yang lemah, misalnya orang yang terluka, orang yang sakit, tawanan perang dan penduduk sipil. . Selanjutnya di dalam Konvensi Jenewa 1949 dikenal juga istilah kejahatan perang. Dua kategori kejahatan perang berlaku dalam konteks konflik bersenjata internasional, seperti konflik antara pasukan bersenjata Indonesia dan gerakan pembebasan nasional Timor-Lesteantara tahun 1975 dan 1999. 101 Menurut International Criminal Court sebuah serangan dianggap “berskala luas” apabila serangan itu berupa tindakan yang sering dilakukan dan berskala besar, yang dilakukan secara kolektif secara sungguh-sungguh dan ditujukan kepada korban dalam jumlah banyak. International Criminal Court mendefinisikan kata “sistematik” sebagai “tindakan terorganisir, yang mengikuti pola tetap, yang 100 http:www.sekitarkita.com 101 Kunarac Appeal Judgement, paragraf 94 Universitas Sumatera Utara berasal dari kebijakan umum dan melibatkan sumber daya umum dan swasta yang besar harus ada unsur rencana atau kebijakan yang sudah ditetapkan. Rencana atau kebijakan tersebut tidak harus dinyatakan secara formal; Rencana atau kebijakan tersebut bisa dirunut dari kenyataan di lapangan, termasuk “skala tindakan kekerasan yang dilakukan.” Baik Indonesia dan Portugal meratifikasi Konvensi Jenewa tahun 1949 dan Protokol Tambahan I, tentang : f. Pembunuhan, disengaja, penyiksaan atau perlakuan tidak manusiawi, secara sengaja menyebabkan penderitaan yang mendalam atau luka parah baik fisik maupun kesehatan g. Penghancuran besar-besaran dan perampasan harta benda yang tidak terkait dengan keperluan militer dan dilakukan secara tidak sah dan semena-mena h. Memaksa tawanan perang atau penduduk sipil untuk bertugas di pasukan musuh i. Secara sengaja menolak memberikan hak atas pengadilan yang tidak berat sebelah kepada tawanan perang atau penduduk sipil j. Deportasi atau pemindahan yang tidak sah atau pembatasan kebebasan penduduk sipil secara tidak sah; dan memperlakukan penduduk sipil sebagai sandera. Kategori kedua terdiri dari pelanggaran hukum dan kebiasaan perang. Hal initermasuk misalnya, pembunuhan, penyiksaan, perlakuan buruk atau deportasi penduduk sipil; pembunuhan atau perlakuan buruk terhadap tawanan perang; perampokan harta benda milik pribadi maupun milik negara; dan penghancuran semena-mena kota atau desa atau perusakan yang tidak terkait dengan keperluan militer. Dalam sebuah konflik bersenjata internal, seperti antara pengikut Fretilin pada tahun 1975, kejahatan perang terdiri dari pelanggaran yang paling berat seperti Universitas Sumatera Utara yang tertuang dalam Penjelasan Umum Pasal 3 Konvensi Jenewa atau dalam hukum dan kebiasaan perang 102 Dalam konvensi tersebut Pasal 49 dan 50 juga dimasukkan beberapa pengaturan mengenai tindakan terhadap penyalahgunaan dan pelanggaran. Dalam Pasal 49 dinyatakan peserta agung berjanji menetapkan undang-undang yang diperlukan untuk memberikan sanksi pidana efektif terhadap orang-orang yang melakukan salah satu di antara pelanggaran berat grave breaches dalam konvensi. Dengan kewajiban, mencari orang-orang yang disangka telah melakukan atau memerintahkan pelanggaran berat atau segala perbuatan yang bertentangan dengan ketentuan konvensi. Dalam Pasal 50 dinyatakan pelanggaran tersebut meliputi perbuatan apabila dilakukan terhadap orang atau milik yang dilindungi konvensi, pembunuhan disengaja, penganiayaan atau perlakuan tak berperikemanusiaan, termasuk percobaan biologis, menyebabkan dengan sengaja penderitaan besar atau luka berat atas badan atau kesehatan, serta penghancuran yang luas dan tindakan perampasan atas harta benda yang tidak dibenarkan oleh kepentingan militer dan dilaksanakan dengan melawan hukum dan semena-mena. . Selanjutnya di dalam Pasal Umum 3 termasuk tindak kejahatan terhadap orang yang tidak ikut terlibat dalam perseteruan, seperti anggota pasukan bersenjata yang elah meletakkan senjata atau yang sakit, terluka atau dalam tahanan. Tindak kejahatan demikian meliputi pembunuhan, kekerasan terhadap orang, mutilasi, perlakuan kejam dan penyiksaan; melakukan tindakan terkait dengan martabat orang, khususnya perlakuan yang mempermalukan atau merendahkan; menjadikan sandera; dan memutuskan hukuman dan melaksanakan eksekusi tanpa proses hukum yang layak. 102 ICRC International Committee of The Red Cross, Protocol Additional to the Geneva Convention, 1949 , Geneva, 1977, hal. 30. Universitas Sumatera Utara Dalam Geneva Convention III, tahun 1949, pasal 3 ayat 1 dicantumkan bahwa: …Person taking no active part in the hostilities shall in all circum stance be treated humanely without any adverse distinctions ….. Angkatan bersenjata dan kepolisian dilarang untuk melakukan tindakan- tindakan di bawah ini terhadap orang-orang dalam kelompok tersebut: 1. Kekerasan terhadap tubuh maupun nyawa 2. Menyandera orang 3. Melakukan tindakan yang melecehkan martabat, menghina dan merendahkan orang 4. Menjatuhkan dan melaksanakan pidana tanpa proses peradilan yang menjamin hak-hak seseorang. Selanjutnya di dalam pasal 4 Protocol II to The Geneva Convention, 1977 dirumuskan bahwa: “All persons who do not take part or have ceased to take part in hostilities whether or not their liberty has been restricted, are entitled to respect to their persons, honors, and conviction and religious practices, to be treated humanely without any adverse distinction . Perilaku yang dilarang terhadap orang-orang dalam kelompok tersebut mencakup : 103 103 Ibid , hal. 20. a. Melakukan kekerasan terhadap nyawa, kesehatan dan kesejahteraan mental maupun jasmani orang Collective Punishment b. Menyandera orang c. Melakukan terorisme Universitas Sumatera Utara d. Melecehkan harkat dan martabat seseorang terutama perilaku yang merendahkan dan menghina, perkosaan, pemaksaan prostitusi, dan semua bentuk serangan terhadap kesusilaan. e. Melakukan perbudakan dan perdagangan budak dalam segala bentuknya f. Melakukan penjarahan g. Mengancam untuk melakukan perilaku-perilaku di atas. Seluruh hal yang tidak dibenarkan dalam berbagai instrument hukum internasinal di atas telah dilakukan oleh Israel terhadap penduduk Palestina, dimana Pebunuhan warga sipil yang bukan merupakan pihak yang bertikai, serangan kepada objek-objek sipil gedung pemerintahan dan rumah sakit, menutup akses perbatasan Jalur Gaza-Mesir yang dapat dijadikan sebagai jalur masuknya pengungsi dan bantuan obat-obatan, dan penghancuran rumah ibadah. Dan tentu saja dari banyaknya korban dan bangunan yang hancur tidak satupun kita melihat adanya pihak militer yang jatuh. Jadi sebenarnya apa yang dilakukan oleh Israel ini adalah dengan tujuan untu membumihanguskan Palestina.

E. Peranan PBB dalam Konflik Israel terhadap Pelestina.