Tempat dan Waktu Diagram Penelitian Pengamatan Visual

42

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu

3.1.1. Tempat Penelitian ini merupakan studi kasus di industri petrokimia, yaitu kegagalan komponen tube superheater package boiler di PT PIM Lhokseumawe. Tahapan dan kegiatan penelitian ini dilakukan di dua tempat, seperti ditunjukkan pada tabel 3.1. Tabel 3.1. Tempat dan aktifitas penelitian No Kegiatan Tempat Keterangan 1 Survey pendahuluan dan Pengambilan data PT PIM Lhokseumawe Biro Inspeksi Statik 2 Survey lanjutan, focus pada penyebab, pengambilan sampel dan pengujian eksperimental PT PIM Lhokseumawe Pengukuran, uji kekerasan, dan uji komposisi kimia 3 Simulasi numerik IC-STAR USU Software Ansys 12.0 4 Analisa hasil dan pembuatan laporan akhir Medan Software Ms. Office 3.1.2. Waktu Waktu penelitian dilaksanakan selama lebih kurang 9 bulan terhitung mulai bulan Juni 2011 s.d Maret 2012. Survey pendahuluan dilakukan di PT PIM Lhokseumawe sejak tanggal 07 s.d. 11 April 2011, survey lanjutan dilakukan dari tanggal 5 s.d. 9 Mei 2011. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 43

3.2. Diagram Penelitian

Metodologi dan langkah-langkah penyelesaian penelitian adalah seperti ditunjukkan pada gambar 3.1. Gambar 3.1. Diagram penelitian Problema Kegagalan Di Industri Petrokimia 1. Studi Literatur 2. Survey Lapangan Pengambilan Data Analisa Kegagalan Eksperimental 1. Pengamatan Visual 2. Pengukuran Dimensi 3. Pengujian Kekerasan 4. Pengujian Komposisi Kimia Simulasi Numerik 1. Simulasi Tegangan Elastis dan Validasi 2. Simulasi Thermal Stress transien termal + tekanan Evaluasi Hasil Kesimpulan dan Saran UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 44

3.3. Pengamatan Visual

Pengamatan visual pada komponen utama penyumbang kegagalan untuk mengungkapkan adanya tanda-tanda penyimpangan pada komponen, kualitas pengerjaan, dan perlakuan terhadap komponen selama dioperasikan. Semua penyimpangan dicatat, diukur, dan didokumentasikan untuk keperluan analisa selanjutnya. Superheater yang memiliki 102 tube ∅44,5 mm dipasang secara diagonal pada header, seperti ditunjukkan pada gambar 3.2. Panjang 1650 mm dengan membentuk baris dan kolom nomor. Gambar 3.2. Header dan gambar bentangannya. Tube yang gagal Baris 1 No. 8 Baris Nomorkolom 1 2 Diaphragms bergeser dari posisi asalnya ? UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 45 Temperatur yang bervariasi menyebabkan superheater menerima beban kombinasi antara termal dan mekanik pada saat pada dioperasikan, terlebih lagi jika ada pengelasan pada komponen, seperti tampak pada gambar 3.3, dimana pada daerah lasan terdapat efek tegangan sisa residual stress [5]. Gambar 3.3. Pengelasan diaphragms dalam header Pada tahap pemeriksaan secara visual, alat-alat bantu seperti kamera digital, pita ukur, busur derajat, dan jangka sorongdiperlukan untuk kelancaran pengambilan data, seperti ditunjukkan pada gambar 3.4. c Busur derajat b Pita ukur a Kamera digital Gambar 3.4. Alat-alat bantu yang digunakan pada survey kegagalan d Jangka sorong UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 46 Pada keadaan normal, package boiler beroperasi dengan kondisi sebagai berikut: Kapasitas : 120 tonjam Maximum Continuous Rate Temperatur uap : 400°C Uap final Temperatur desain : 500°C header dan tube superheater Tekanan operasi : 53 Kgcm 2 Sedangkan pada saat kegagalan, kondisi operasi menurun drastis. Ini menunjukkan adanya kebocoran tube superheater, seperti ditunjukkan pada tabel 3.2. 5 MPa - header dan tube superheater Tabel 3.2. Kondisi operasi pada saat kegagalan PT PIM Material, dimensi, dan jumlah komponen superheater seperti ditunjukkan pada tabel 3.3. Tabel 3.3. Material komponen superheater PT PIM Nama Komponen Material Ukuran mm Jumlah Keterangan Tube SA 213 T11 ∅44,5 x 4 OD. 1,752” x 0,1575” 102 Tube Header SA 335 P11 ∅273 x 21,44 NPS 10” Sch.120 2 Pipa Diaphragms SA 182 F11 SA 182 F11 ∅230 x 10 2 Plat UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 47 Spesifikasi material superheater adalah berturut-turut untuk tube, header, dan diaphragms adalah seperti tabel 3.4. Tabel 3.4. Spesifikasi material supeheater pada temperatur kamar [48]. Material komponen superheater terbuat dari low alloy ferritic steel 1¼ Cr-½ Mo, dan memiliki komposisi kimia seperti tabel 3.5. Tabel 3.5. Komposisi kimia material superheater [48] Kode Material Komposisi Kimia C Mn P maks. S maks Si Cr Mo SA213T11 0,05~0,15 0,30~0,60 0,025 0,025 0,50~1,00 1,00~1,50 0,44~0,65 SA335P11 0,05~0,15 0,30~0,60 0,025 0,025 0,50~1,00 1,00~1,50 0,44~0,65 SA182F11 0,10~0,20 0,30~0,80 0,04 0,04 0,50~1,00 1,00~1,50 0,44~0,65 Temperatur maksimum tube superheater menurut beberapa standar adalah seperti tabel 3.6. Tabel 3.6 Temperatur maksimum SA 213 T11[5]. Material ASME °F°C Babcock Wilcox °F°C ALSTOM °F°C Riley °F°C SA 213 T11 1200649 1050566 1025552 1025552 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 48 Diagram Time-Temperature-Transformation digunakan untuk menentukan awal terjadinya transformasi hingga berakhir pada temperatur konstan isothermal untuk perlakuan panas baja paduan austenite, seperti ditunjukkan pada gambar 3.5 Gambar 3.5. Diagram TTT SA 213 T11 [48] Pada AC 1 : mulai terbe ntuknya austenit pada pemanasan 780°C 1430°F. AC 3 : transformasi ferit ke austenit selesai pada pemanasan 890°C 1635°F. AR 1 : transformasi austenit ke ferit atau ferit + sementit selesai pada pendinginan 696°C 1285°F. AR 3 : austenit mulai bertransformasi ke ferit pada pendinginan 843°C 1550°F. AR 4 : transformasi delta ferit ke austenit selama pendinginan. B s: austenit mulai bertransformasi ke bainit pada pendinginan 611°C 1130°F. M s: austenit mulai bertransformasi ke martensit pada pendinginan 433°C 810°F. M f: pembentukan martensit selesai selama pendinginan. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 49 Diagram Continuous Cooling Transformation menentukan struktur mikro yang terbentuk akibat siklus termal yang diterapkan. Pendinginan sangat cepat menghasilkan struktur yang didominasi martensit. Pada komponen boiler, pembentukan bainit mendominasi pada laju pendinginan cepat, dengan pembentukan ferit mendominasi selama pendinginan lambat, seperti ditunjukkan pada gambar 3.6. Gambar 3.6. Diagram CCT SA 213 T11 [48] Tabel 3.7 Pengaruh laju pendinginan dan kekerasan [48]. Pada kasus pendinginan lambat, hasil transformasi dapat berupa perlit dengan jejak trace dari bainit. Pengaruh laju pendinginan terhadap struktur mikro dan kekerasan ditunjukkan pada tabel 3.7. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 50

3.4. Pengujian Eksperimental