Tegangan Equivalen von-Mises Regangan Equivalen von-Mises Distribusi Temperatur Fluks Panas Tegangan Termal pada Silinder

29

2.8. Regangan Elastis pada Silinder

Regangan dihitung berdasarkan bentuk geometri dan Hukum Hooke, dengan asumsi material linier isotropik. Jika modulus elastisitas E, dan rasio Poison v, maka besarnya regangan tangensial ε H , radial ε R , dan aksia lε Z , akibat tegangan elastis berturut-turut adalah [28, 29, 30]: ε H = 1 E [ σ H − vσ R + σ Z ] … … … … … … … .. 2.8 ε R = 1 E [ σ R − vσ H + σ Z ] … … … … … … … … 2.9 ε Z = 1 E [ σ Z − vσ R + σ H ] … … … … … … … … 2.10

2.9. Tegangan Equivalen von-Mises

Tegangan equivalen atau von-Mises σ e , seperti tampak pada gambar 2.11 adalah tegangan prinsipal yang bekerja pada suatu bidang tanpa tegangan geser [31]. Gambar 2.11. Tegangan equivalen von-Mises Jika tegangan tangensial, radial, dan aksial berturut-turut adalah σ H , σ R , dan σ Z , maka tegangan equivalen σ e dapat ditulis: σ e = � 1 2 [ σ H − σ R 2 + σ R − σ Z 2 + σ Z − σ H 2 ] … … …. 2.11 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 30

2.10. Regangan Equivalen von-Mises

Jika regangan tangensial, radial, dan aksial berturut-turut adalah ε H , ε R , dan ε Z , maka besarnya regangan equivalen ε e dapat ditulis: ε e = 1 1 + v ′ [ ε H − ε R 2 + ε R − ε Z 2 + ε Z − ε H 2 ] 1 2 … … 2.12 Dengan v’ adalah rasio Poison, yang dihitung berdasarkan temperatur pada komponen, dan 0,5 untuk regangan plastis plastic strain [32, 33].

2.11. Distribusi Temperatur

Silinder, seperti tampak pada gambar 2.12 dalam aplikasinya menerima pemanasan dari luar dan dalam sehingga memiliki gradien temperatur pada dindingnya sebagai akibat perpindahan panas [34, 35, 36]. Gambar 2.12. Distribusi temperatur pada silinder Jika temperatur dalam, temperatur luar, temperatur rata-rata, radius dalam, radius luar, dan radius rata-rata, berturut-turut adalah T i , T o , ∆T, r i , r o , dan r, maka distribusi temperatur pada dinding dapat ditulis dengan persamaan berikut: Tr = ∆T ln � T o T 1 � ln � T o r � + T o … … … … … … 2.13 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 31

2.12. Fluks Panas

Silinder, seperti tampak pada gambar 2.12 dengan k adalah konduktivitas termal dalam satuan Wmm°C, L adalah panjang silinder, maka fluks akibat gradien temperatur dapat ditulis dengan persamaan Fourier sebagai berikut [35, 36, 37]: Q = 2 πL k T i − T o ln � r o r i � � … … … … … … … … 2.14

2.13. Tegangan Termal pada Silinder

Jika tube superheater yang identik dengan silinder seperti gambar 2.12 menerima beban termal, maka akan timbul regangan akibat temperatur. Silinder dengan temperatur dalam dan luar masing-masing T i dan T o , beda temperatur ΔT=T i –T o , modulus elastisitas E, rasio Poison v, dan koefisien ekspansi termal α dalam satuan 1°C, maka tegangan termal arah tangensial σ Ht , radial σ Rt , dan aksial σ Zt akibat beban termal dapat dihitung berturut-turut dengan pers. 2.15, 2.16, dan 2.17 pada penjelasan berikut [4, 27, 30]: 2.13.1. Tegangan termal arah tangensial Tegangan tangensial akibat beban termal σ Ht dapat ditulis dengan persamaan: σ Ht = E α∆T 21 − v ln� r o r i � � �1 − ln� r o r � � − r i 2 r o 2 − r i 2 �1 + r o 2 r 2 � ln� r o r i � �� 2.15 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 32 2.13.2. Tegangan termal arah radial Besarnya tegangan radial akibat beban termal σ Ht σ Rt = E α∆T 21 − v ln� r o r i � � �−ln� r o r � � − r i 2 r o 2 − r i 2 �1 − r o 2 r 2 � ln� r o r i � �� 2.16 dapat ditulis dengan persamaan: 2.13.3. Tegangan termal arah aksial Besarnya tegangan radial akibat beban termal σ Ht dapat ditulis dengan persamaan: σ Zt = E α∆T 21 − v ln� r o r i � � �1 − 2 ln� r o r � � − 2r i 2 r o 2 − r i 2 ln � r o r i � �� 2.17

2.14. Regangan Termal pada Silinder