Hubungan Pemberian Analgetik dengan Keparahan Nyeri Pada Pasien Trauma di Instalasi Gawat Darurat RSUP. Haji Adam Malik

(1)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ashwini Arumugam

Tempat/ Tanggal lahir : Kajang, Selangor, Malaysia / 08 September 1993

Pekerjaan : Mahasiswa

Agama : Hindu

Alamat : Jl. Abadi, Setia Budi No.5, Medan, Sumatera Utara

Riwayat Pendidikan : Sekolah Rendah Kebangsaan Convent Kajang (2000-2005)

: Sekolah Menengah Kebangsaan Convent Kajang (2006-2010)

: AIMST University (2011)

: Fakultas Kedokteran Umum, Universitas Sumatera Utara (2012 - sekarang)

Riwayat Organisasi : Ahli, Persatuan Kebangsaan Pelajar-Pelajar Malaysia di Indonesia Cawangan Medan (PKPMI-CM)

: Ahli Kelab Kebudayaan India Malaysia (KKIM) : Naib Yang Di-Pertua, Persatuan Kebangsaan Pelajar-Pelajar Malaysia di Indonesia - Cawangan Medan (PKPMI-CM) sesi 2015/2016


(2)

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN

“Hubungan Pemberian Analgetik dengan Keparahan Nyeri Pasien Trauma di Instalasi Gawat Darurat (IGD), RSUP. Haji Adam Malik”

Saya, Ashwini Arumugam, mahasiswa Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara dari Angkatan 2012 sedang melaksanakan penelitian yang berjudul “Hubungan Pemberian Analgetik dengan Keparahan Nyeri Pasien Trauma di Instalasi Gawat Darurat (IGD), RSUP. Haji Adam Malik”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bahawa pemberian terapi analgetik yang diberi kepada pasien trauma di IGD adalah bersesuaian dengan keparahan nyeri pasien. Untuk kepentingan pengumpulan data dalam penelitian ini, pasien diminta untuk menjawab beberapa soal dalam lembar kuesioner dengan cara wawancara. Setiap data yang terdapat di dalam jawaban kuesioner ini dirahsiakan dan hanya akan digunakan untuk tujuan penelitian saja.

Setelah memahami hal-hal yang akan dilakukan dalam penelitian ini, saya mengharapkan ibu/bapa/kakak/abang dapat bekerjasama dengan saya untuk melengkapi lembar kuesioner saya ini.

Sekian, terima kasih.

MEDAN, 10 SEPTEMBER 2015

Hormat saya,


(3)

(4)

KUISINER PEMBERIAN ANALGETIK DENGAN KEPARAHAN NYERI PADA PASIEN TRAUMA DI INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD)

RSUP. HAJI ADAM MALIK

NAMA : ...

UMUR : ...

KELAMIN* : LAKI-LAKI ( )

PEREMPUAN ( )

ALAMAT : ...

...

JAM MASUK IGD : ...

RIWAYAT NYERI* : NYERI INFLAMASI ( )

NYERI NEUROPATIK ( )

PENYEBAB NYERI : TRAUMA ...

INFEKSI ...

KANKER ...

LAIN-LAIN ...

KEPARAHAN NYERI*/** : 1-3 RINGAN ( )

4-6 SEDANG ( )

7-10 BERAT ( )


(5)

ANALGETIK DIBERI : ...

DOSIS : ...

FOLLOW-UP PASIEN* :

DIPULANGKAN ( )

RAWAT INAP ( )

a) ruang : ...

b) pengetahuan pasien tentang obat diberi*/** : YA ( )

TIDAK ( )

c) cara pemberian obat** : ...

d) efek analgetik* :

i. keparahan nyeri berkurang setelah pemberian analgetik* :

1-3 RINGAN ( )

4-7 SEDANG ( )

8-10 BERAT ( )

ii. kecepatan nyeri berkurang :

...

e) anlagetik tambahan jika nyeri tidak berkurang :

YA ( )

i. obat : ...

ii. dosis : ...


(6)

OBAT TAMBAHAN LAIN :

a) ...

b) ...

c) ...

d) ...

e) ...

f) ...

DIAGNOSA : ...

PENGGUNAAN MORFIN* : YA ( )

TIDAK ( )

JIKA TIDAK, MENGAPA : ...

...

...

*tanda yang benar


(7)

DATA INDUK

NO. Riwayat

Nyeri Penyebab Nyeri Keparahan Nyeri Nama Sediaan Jenis Analgetik Pengetahuan Pasien Kesesuaian WHO

1. Tidak ada

keterangan Lain-lain Ringan

Asam

mefenamat NSAIDs Tidak Tahu Sesuai

2. Inflamasi Lain-lain Berat Ciprofloxacin Non-analgetik Tidak Tahu Tidak Sesuai

3. Tidak ada

keterangan Trauma Berat

Ketorolac NSAIDs Tidak Tahu Tidak Sesuai

4. Tidak ada

keterangan Lain-lain Berat Ketorolac NSAIDs Tidak Tahu Tidak Sesuai

5. Tidak ada

keterangan Lain-lain Berat Metadon Opioids Tahu Sesuai

6. Tidak ada

keterangan Lain-lain Berat

Ketorolac NSAIDs Tidak Tahu Tidak Sesuai

7. Tidak ada

keterangan Lain-lain Berat

Ciprofloxacin Non-analgetik Tidak Tahu Tidak Sesuai

8. Inflamasi Infeksi Berat Kodein Opioids Tahu Sesuai


(8)

10. Inflamasi Infeksi Berat Kodein Opioids Tidak Tahu Sesuai

11. Inflamasi Lain-lain Berat Ketorolac NSAIDs Tidak Tahu Tidak Sesuai

12. Inflamasi Infeksi Berat Ibuprofen Non-analgetik Tidak Tahu Tidak Sesuai

13. Inflamasi Infeksi Sedang Paracetamol Non-NSAIDs Tidak Tahu Tidak Sesuai

14. Inflamasi Trauma Berat Ketorolac NSAIDs Tahu Tidak Sesuai

15. Inflamasi Lain-lain Sedang Kodein Opioids Tidak Tahu Tidak Sesuai

16. Tidak ada

keterangan Lain-lain Berat

Metadon Opioids Tahu Sesuai

17. Tidak ada

keterangan Trauma Sedang Ciprofloxacin Non-analgetik Tahu Tidak Sesuai

18. Tidak ada

keterangan Lain-lain Ringan

Ciprofloxacin Non-analgetik Tahu Tidak Sesuai

19. Inflamasi Infeksi Sedang Ibuprofen Non-analgetik Tidak Tahu Tidak Sesuai

20. Inflamasi Trauma Berat Ketorolac NSAIDs Tidak Tahu Tidak Sesuai


(9)

22. Tidak ada

keterangan Trauma Sedang

Ranitidin Non-analgetik Tidak Tahu Tidak Sesuai

23. Tidak ada

keterangan Kanker Berat

Tramadol Opioids Tahu Sesuai

24. Tidak ada

keterangan Infeksi Sedang

Ranitidin Non-analgetik Tidak Tahu Tidak Sesuai

25. Tidak ada

keterangan Infeksi Sedang

Asam

mefenamat NSAIDs Tahu Tidak Sesuai

26. Neuropatik Lain-lain Ringan Ketorolac NSAIDs Tahu Tidak Sesuai

27. Tidak ada

keterangan Trauma Sedang

Ibuprofen Non-analgetik Tidak Tahu Tidak Sesuai

28. Inflamasi Trauma Berat Ranitidin Non-analgetik Tidak Tahu Tidak Sesuai

29. Inflamasi Trauma Sedang Ketorolac NSAIDs Tahu Sesuai

30. Tidak ada

keterangan Infeksi Sedang

Celecoxibe Non-Opioids Tidak Tahu Sesuai

31. Tidak ada

keterangan Lain-lain Berat

Tramadol Opioids Tahu Sesuai

32. Tidak ada

keterangan Trauma Berat


(10)

33. Inflamasi Infeksi Ringan

Asam

mefenamat NSAIDs Tahu Sesuai

34. Tidak ada

keterangan Lain-lain Sedang Ranitidin Non-analgetik Tidak Tahu Tidak Sesuai

35. Inflamasi Trauma Sedang Celecoxibe Non-Opioids Tidak Tahu Sesuai

36. Tidak ada

keterangan Trauma Ringan

Ciprofloxacin Non-analgetik Tidak Tahu Tidak Sesuai

37. Tidak ada

keterangan Trauma Ringan Ketorolac NSAIDs Tahu Tidak Sesuai

38. Tidak ada

keterangan Trauma Sedang

Ibuprofen Non-analgetik Tahu Tidak Sesuai

39. Inflamasi Lain-lain Berat Metadon Opioids Tahu Sesuai

40. Tidak ada

keterangan Trauma Ringan

Ciprofloxacin Non-analgetik Tidak Tahu Tidak Sesuai

41. Tidak ada

keterangan Trauma Berat

Ketorolac NSAIDs Tidak Tahu Tidak Sesuai

42. Inflamasi Trauma Berat Ranitidin Non-analgetik Tidak Tahu Tidak Sesuai

43. Tidak ada

keterangan Kanker Ringan


(11)

44. Inflamasi Trauma Ringan Ciprofloxacin Non-analgetik Tahu Tidak Sesuai

45. Inflamasi Lain-lain Berat Tramadol Opioids Tahu Sesuai

46. Tidak ada

keterangan Trauma Ringan

Celecoxibe Non-Opioids Tidak Tahu Tidak Sesuai

47. Tidak ada

keterangan Trauma Ringan

Ciprofloxacin Non-analgetik Tidak Tahu Tidak Sesuai

48. Neuropatik Lain-lain Berat Ranitidin Non-analgetik Tahu Tidak Sesuai

49. Neuropatik Lain-lain Berat Ketorolac NSAIDs Tahu Tidak Sesuai

50. Tidak ada

keterangan Trauma Ringan

Ibuprofen Non-analgetik Tidak Tahu Tidak Sesuai

51. Tidak ada

keterangan Trauma Berat Ketorolac NSAIDs Tidak Tahu Tidak Sesuai

52. Inflamasi Trauma Berat Kodein Opioids Tidak Tahu Sesuai

53. Tidak ada

keterangan Kanker Sedang Ranitidin Non-analgetik Tidak Tahu Tidak Sesuai 54. Tidak ada

keterangan Trauma Berat Celecoxibe Non-Opioids Tahu Tidak Sesuai


(12)

56. Inflamasi Infeksi Sedang

Asam

mefenamat NSAIDs Tidak Tahu Tidak Sesuai

57. Tidak ada

keterangan Infeksi Ringan Ranitidin Non-analgetik Tidak Tahu Tidak Sesuai

58. Inflamasi Trauma Sedang Ranitidin Non-analgetik Tidak Tahu Tidak Sesuai

59. Inflamasi Trauma Berat Tramadol Opioids Tidak Tahu Sesuai

60. Tidak ada

keterangan Lain-lain Ringan

Asam

mefenamat NSAIDs Tahu Sesuai

61. Tidak ada

keterangan Trauma Berat Ketorolac NSAIDs Tidak Tahu Tidak Sesuai

62. Tidak ada

keterangan Infeksi Berat

Ranitidin Non-analgetik Tidak Tahu Tidak Sesuai

63. Inflamasi Trauma Ringan Paracetamol Non-NSAIDs Tidak Tahu Sesuai

64. Inflamasi Trauma Ringan Ciprofloxacin Non-analgetik Tahu Tidak Sesuai

65. Neuropatik Lain-lain Berat Metadon Opioids Tidak Tahu Sesuai

66. Tidak ada

keterangan Kanker Sedang


(13)

67. Inflamasi Trauma Sedang Ibuprofen Non-analgetik Tahu Tidak Sesuai

68. Tidak ada

keterangan Trauma Sedang

Ketorolac NSAIDs Tahu Sesuai

69. Tidak ada

keterangan Trauma Sedang

Ibuprofen Non-analgetik Tidak Tahu Tidak Sesuai


(14)

TABEL FREKUENSI Statistics Riwayat Nyeri Penyebab Nyeri Keparahan Nyeri berdasarkan Skala Nyeri Nama Sediaan Jenis Analgetik Pengetahuan Pasien Tentang Obat Kesesuaian WHO

N Valid 70 70 70 70 70 70 70

Missing 0 0 0 0 0 0 0

Riwayat Nyeri

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Inflamasi 29 41.4 41.4 41.4

Neuropatik 4 5.7 5.7 47.1

Tidak ada keterangan 37 52.9 52.9 100.0

Total 70 100.0 100.0

Penyebab Nyeri

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Trauma 32 45.7 45.7 45.7

Infeksi 12 17.1 17.1 62.9

Kanker 5 7.1 7.1 70.0

Lain-lain 21 30.0 30.0 100.0


(15)

TABEL FREKUENSI DAN CARTA BAR

Keparahan Nyeri berdasarkan Skala Nyeri

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Ringan 17 24.3 24.3 24.3

Sedang 22 31.4 31.4 55.7

Berat 31 44.3 44.3 100.0


(16)

Nama Sediaan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Kodein 4 5.7 5.7 5.7

Metadon 4 5.7 5.7 11.4

Tramadol 5 7.1 7.1 18.6

Celecoxibe 6 8.6 8.6 27.1

Asam mefenamat 5 7.1 7.1 34.3

Ibuprofen 7 10.0 10.0 44.3

Ketorolac 16 22.9 22.9 67.1

Paracetamol 2 2.9 2.9 70.0

Ciprofloxacin 10 14.3 14.3 84.3

Ranitidin 11 15.7 15.7 100.0


(17)

JenisAnalgetik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Opioids 13 18.6 18.6 18.6

Non-opioids 6 8.6 8.6 27.1

NSAIDs 28 40.0 40.0 67.1

Non-NSAIDs 2 2.9 2.9 70.0

Non-analgetik 21 30.0 30.0 100.0


(18)

Pengetahuan Pasien Tentang Obat

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Tahu 25 35.7 35.7 35.7

Tidak tahu 45 64.3 64.3 100.0


(19)

Kesesuaian WHO

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Sesuai 21 30.0 30.0 30.0

Tidak sesuai 49 70.0 70.0 100.0


(20)

CROSSTABS

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Jenis Analgetik * Penyebab Nyeri

70 100.0% 0 0.0% 70 100.0%

Nama Sediaan * Penyebab Nyeri Crosstabulation

Penyebab Nyeri Total Trauma Infeksi Kanker Lain-lain

Nama Sediaan

Kodein

Count 1 2 0 1 4

% within Jenis Analgetik

25.0% 50.0% 0.0% 25.0% 100.0%

% within Penyebab Nyeri

3.1% 16.7% 0.0% 4.8% 5.7%

% of Total 1.4% 2.9% 0.0% 1.4% 5.7%

Metadon

Count 0 0 0 4 4

% within Jenis Analgetik

0.0% 0.0% 0.0% 100.0% 100.0%

% within Penyebab Nyeri

0.0% 0.0% 0.0% 19.0% 5.7%

% of Total 0.0% 0.0% 0.0% 5.7% 5.7%

Tramadol

Count 1 0 2 2 5

% within Jenis Analgetik

20.0% 0.0% 40.0% 40.0% 100.0%

% within Penyebab Nyeri

3.1% 0.0% 40.0% 9.5% 7.1%

% of Total 1.4% 0.0% 2.9% 2.9% 7.1%

Celecoxibe

Count 3 1 2 0 6

% within Jenis Analgetik


(21)

% within Penyebab Nyeri

9.4% 8.3% 40.0% 0.0% 8.6%

% of Total 4.3% 1.4% 2.9% 0.0% 8.6%

Asam mefenamat

Count 0 3 0 2 5

% within Jenis Analgetik

0.0% 60.0% 0.0% 40.0% 100.0%

% within Penyebab Nyeri

0.0% 25.0% 0.0% 9.5% 7.1%

% of Total 0.0% 4.3% 0.0% 2.9% 7.1%

Ibuprofen

Count 5 2 0 0 7

% within Jenis Analgetik

71.4% 28.6% 0.0% 0.0% 100.0%

% within Penyebab Nyeri

15.6% 16.7% 0.0% 0.0% 10.0%

% of Total 7.1% 2.9% 0.0% 0.0% 10.0%

Ketorolac

Count 10 0 0 6 16

% within Jenis Analgetik

62.5% 0.0% 0.0% 37.5% 100.0%

% within Penyebab Nyeri

31.3% 0.0% 0.0% 28.6% 22.9%

% of Total 14.3% 0.0% 0.0% 8.6% 22.9%

Paracetamol

Count 1 1 0 0 2

% within Jenis Analgetik

50.0% 50.0% 0.0% 0.0% 100.0%

% within Penyebab Nyeri

3.1% 8.3% 0.0% 0.0% 2.9%

% of Total 1.4% 1.4% 0.0% 0.0% 2.9%

Ciprofloxacin

Count 7 0 0 3 10

% within Jenis Analgetik

70.0% 0.0% 0.0% 30.0% 100.0%

% within Penyebab Nyeri

21.9% 0.0% 0.0% 14.3% 14.3%

% of Total 10.0% 0.0% 0.0% 4.3% 14.3%

Ranitidin

Count 4 3 1 3 11

% within Jenis Analgetik


(22)

% within Penyebab Nyeri

12.5% 25.0% 20.0% 14.3% 15.7%

% of Total 5.7% 4.3% 1.4% 4.3% 15.7%

Total

Count 32 12 5 21 70

% within Jenis Analgetik

45.7% 17.1% 7.1% 30.0% 100.0%

% within Penyebab Nyeri

100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 45.7% 17.1% 7.1% 30.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square 53.606a 27 .002

Likelihood Ratio 58.631 27 .000

Linear-by-Linear Association 2.890 1 .089

N of Valid Cases 70

a. 38 cells (95.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .14.

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

Nominal by Nominal Phi .875 .002 Cramer's V .505 .002


(23)

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent Jenis Analgetik * Keparahan

Nyeri berdasarkan Skala Nyeri

70 100.0% 0 0.0% 70 100.0%

Nama Sediaan * Keparahan Nyeri berdasarkan Skala Nyeri Crosstabulation Keparahan Nyeri berdasarkan Skala

Nyeri

Total

Ringan Sedang Berat

Nama Sediaan

Kodein

Count 0 1 3 4

% within Jenis Analgetik

0.0% 25.0% 75.0% 100.0%

% within Keparahan Nyeri berdasarkan Skala Nyeri

0.0% 4.5% 9.7% 5.7%

% of Total 0.0% 1.4% 4.3% 5.7%

Metadon

Count 0 0 4 4

% within Jenis Analgetik

0.0% 0.0% 100.0% 100.0%

% within Keparahan Nyeri berdasarkan Skala Nyeri

0.0% 0.0% 12.9% 5.7%

% of Total 0.0% 0.0% 5.7% 5.7%

Tramadol

Count 0 0 5 5

% within Jenis Analgetik

0.0% 0.0% 100.0% 100.0%

% within Keparahan Nyeri berdasarkan Skala Nyeri

0.0% 0.0% 16.1% 7.1%

% of Total 0.0% 0.0% 7.1% 7.1%


(24)

% within Jenis Analgetik

33.3% 50.0% 16.7% 100.0%

% within Keparahan Nyeri berdasarkan Skala Nyeri

11.8% 13.6% 3.2% 8.6%

% of Total 2.9% 4.3% 1.4% 8.6%

Asam mefenamat

Count 3 2 0 5

% within Jenis Analgetik

60.0% 40.0% 0.0% 100.0%

% within Keparahan Nyeri berdasarkan Skala Nyeri

17.6% 9.1% 0.0% 7.1%

% of Total 4.3% 2.9% 0.0% 7.1%

Ibuprofen

Count 1 5 1 7

% within Jenis Analgetik

14.3% 71.4% 14.3% 100.0%

% within Keparahan Nyeri berdasarkan Skala Nyeri

5.9% 22.7% 3.2% 10.0%

% of Total 1.4% 7.1% 1.4% 10.0%

Ketorolac

Count 3 2 11 16

% within Jenis Analgetik

18.8% 12.5% 68.8% 100.0%

% within Keparahan Nyeri berdasarkan Skala Nyeri

17.6% 9.1% 35.5% 22.9%

% of Total 4.3% 2.9% 15.7% 22.9%

Paracetamol

Count 1 1 0 2

% within Jenis Analgetik

50.0% 50.0% 0.0% 100.0%

% within Keparahan Nyeri berdasarkan Skala Nyeri

5.9% 4.5% 0.0% 2.9%

% of Total 1.4% 1.4% 0.0% 2.9%

Ciprofloxacin

Count 6 2 2 10

% within Jenis Analgetik


(25)

% within Keparahan Nyeri berdasarkan Skala Nyeri

35.3% 9.1% 6.5% 14.3%

% of Total 8.6% 2.9% 2.9% 14.3%

Ranitidin

Count 1 6 4 11

% within Jenis Analgetik

9.1% 54.5% 36.4% 100.0%

% within Keparahan Nyeri berdasarkan Skala Nyeri

5.9% 27.3% 12.9% 15.7%

% of Total 1.4% 8.6% 5.7% 15.7%

Total

Count 17 22 31 70

% within Jenis Analgetik

24.3% 31.4% 44.3% 100.0%

% within Keparahan Nyeri berdasarkan Skala Nyeri

100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 24.3% 31.4% 44.3% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square 41.234a 18 .001

Likelihood Ratio 46.488 18 .000

Linear-by-Linear Association 4.759 1 .029

N of Valid Cases 70

a. 28 cells (93.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .49.

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

Nominal by Nominal Phi .768 .001 Cramer's V .543 .001


(26)

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Jenis Analgetik * Golongan Obat Analgetik

70 100.0% 0 0.0% 70 100.0%

Nama Sediaan * Golongan Obat Analgetik Crosstabulation

Golongan Obat Analgetik Total Opioids

Non-opioids

NSAIDs Non-NSAIDs Non-analgetik Nama Sediaan Kodein

Count 4 0 0 0 0 4

% within Jenis Analgetik

100.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 100.0%

% within Golongan Obat Analgetik

30.8% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 5.7%

% of Total 5.7% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 5.7%

Metadon

Count 4 0 0 0 0 4

% within Jenis Analgetik

100.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 100.0%

% within Golongan Obat Analgetik

30.8% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 5.7%

% of Total 5.7% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 5.7%

Tramadol

Count 5 0 0 0 0 5

% within Jenis Analgetik

100.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 100.0%

% within Golongan Obat Analgetik

38.5% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 7.1%

% of Total 7.1% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 7.1%

Celecoxibe

Count 0 6 0 0 0 6

% within Jenis Analgetik

0.0% 100.0% 0.0% 0.0% 0.0% 100.0%

% within Golongan Obat Analgetik


(27)

% of Total 0.0% 8.6% 0.0% 0.0% 0.0% 8.6%

Asam mefenamat

Count 0 0 5 0 0 5

% within Jenis Analgetik

0.0% 0.0% 100.0% 0.0% 0.0% 100.0%

% within Golongan Obat Analgetik

0.0% 0.0% 17.9% 0.0% 0.0% 7.1%

% of Total 0.0% 0.0% 7.1% 0.0% 0.0% 7.1%

Ibuprofen

Count 0 0 7 0 0 7

% within Jenis Analgetik

0.0% 0.0% 100.0% 0.0% 0.0% 100.0%

% within Golongan Obat Analgetik

0.0% 0.0% 25.0% 0.0% 0.0% 10.0%

% of Total 0.0% 0.0% 10.0% 0.0% 0.0% 10.0%

Ketorolac

Count 0 0 16 0 0 16

% within Jenis Analgetik

0.0% 0.0% 100.0% 0.0% 0.0% 100.0%

% within Golongan Obat Analgetik

0.0% 0.0% 57.1% 0.0% 0.0% 22.9%

% of Total 0.0% 0.0% 22.9% 0.0% 0.0% 22.9%

Paracetamol

Count 0 0 0 2 0 2

% within Jenis Analgetik

0.0% 0.0% 0.0% 100.0% 0.0% 100.0%

% within Golongan Obat Analgetik

0.0% 0.0% 0.0% 100.0% 0.0% 2.9%

% of Total 0.0% 0.0% 0.0% 2.9% 0.0% 2.9%

Ciprofloxacin

Count 0 0 0 0 10 10

% within Jenis Analgetik

0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 100.0% 100.0%

% within Golongan Obat Analgetik

0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 47.6% 14.3%

% of Total 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 14.3% 14.3%

Ranitidin

Count 0 0 0 0 11 11

% within Jenis Analgetik

0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 100.0% 100.0%

% within Golongan Obat Analgetik

0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 52.4% 15.7%


(28)

Total

Count 13 6 28 2 21 70

% within Jenis Analgetik

18.6% 8.6% 40.0% 2.9% 30.0% 100.0%

% within Golongan Obat Analgetik

100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 18.6% 8.6% 40.0% 2.9% 30.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square 280.000a 36 .000

Likelihood Ratio 189.354 36 .000

Linear-by-Linear Association 64.151 1 .000

N of Valid Cases 70

a. 49 cells (98.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .06.

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

Nominal by Nominal

Phi 2.000 .000

Cramer's V 1.000 .000


(29)

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent Jenis Analgetik *

Kesesuaian WHO

70 100.0% 0 0.0% 70 100.0%

Nama Sediaan * Kesesuaian WHO Crosstabulation

Kesesuaian WHO Total Sesuai Tidak

sesuai

Nama Sediaan

Kodein

Count 3 1 4

% within Jenis Analgetik 75.0% 25.0% 100.0% % within Kesesuaian WHO 14.3% 2.0% 5.7%

% of Total 4.3% 1.4% 5.7%

Metadon

Count 4 0 4

% within Jenis Analgetik 100.0% 0.0% 100.0% % within Kesesuaian WHO 19.0% 0.0% 5.7%

% of Total 5.7% 0.0% 5.7%

Tramadol

Count 5 0 5

% within Jenis Analgetik 100.0% 0.0% 100.0% % within Kesesuaian WHO 23.8% 0.0% 7.1%

% of Total 7.1% 0.0% 7.1%

Celecoxibe

Count 3 3 6

% within Jenis Analgetik 50.0% 50.0% 100.0% % within Kesesuaian WHO 14.3% 6.1% 8.6%

% of Total 4.3% 4.3% 8.6%

Asam mefenamat

Count 3 2 5

% within Jenis Analgetik 60.0% 40.0% 100.0% % within Kesesuaian WHO 14.3% 4.1% 7.1%

% of Total 4.3% 2.9% 7.1%


(30)

% within Jenis Analgetik 0.0% 100.0% 100.0% % within Kesesuaian WHO 0.0% 14.3% 10.0%

% of Total 0.0% 10.0% 10.0%

Ketorolac

Count 2 14 16

% within Jenis Analgetik 12.5% 87.5% 100.0% % within Kesesuaian WHO 9.5% 28.6% 22.9%

% of Total 2.9% 20.0% 22.9%

Paracetamol

Count 1 1 2

% within Jenis Analgetik 50.0% 50.0% 100.0% % within Kesesuaian WHO 4.8% 2.0% 2.9%

% of Total 1.4% 1.4% 2.9%

Ciprofloxacin

Count 0 10 10

% within Jenis Analgetik 0.0% 100.0% 100.0% % within Kesesuaian WHO 0.0% 20.4% 14.3%

% of Total 0.0% 14.3% 14.3%

Ranitidin

Count 0 11 11

% within Jenis Analgetik 0.0% 100.0% 100.0% % within Kesesuaian WHO 0.0% 22.4% 15.7%

% of Total 0.0% 15.7% 15.7%

Total

Count 21 49 70

% within Jenis Analgetik 30.0% 70.0% 100.0% % within Kesesuaian WHO 100.0% 100.0% 100.0%


(31)

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square 42.857a 9 .000

Likelihood Ratio 51.145 9 .000

Linear-by-Linear Association 31.309 1 .000

N of Valid Cases 70

a. 17 cells (85.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .60.

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

Nominal by Nominal Phi .782 .000 Cramer's V .782 .000


(32)

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent Golongan Obat Analgetik *

Kesesuaian WHO

70 100.0% 0 0.0% 70 100.0%

Jenis Analgetik * Kesesuaian WHO Crosstabulation

Kesesuaian WHO Total Sesuai Tidak

sesuai

Jenis Analgetik

Opioids

Count 12 1 13

% within Golongan Obat Analgetik

92.3% 7.7% 100.0%

% within Kesesuaian WHO

57.1% 2.0% 18.6%

% of Total 17.1% 1.4% 18.6%

Non-opioids

Count 3 3 6

% within Golongan Obat Analgetik

50.0% 50.0% 100.0%

% within Kesesuaian WHO

14.3% 6.1% 8.6%

% of Total 4.3% 4.3% 8.6%

NSAIDs

Count 5 23 28

% within Golongan Obat Analgetik

17.9% 82.1% 100.0%

% within Kesesuaian WHO

23.8% 46.9% 40.0%

% of Total 7.1% 32.9% 40.0%

Non-NSAIDs

Count 1 1 2

% within Golongan Obat Analgetik


(33)

% within Kesesuaian WHO

4.8% 2.0% 2.9%

% of Total 1.4% 1.4% 2.9%

Non-analgetik

Count 0 21 21

% within Golongan Obat Analgetik

0.0% 100.0% 100.0%

% within Kesesuaian WHO

0.0% 42.9% 30.0%

% of Total 0.0% 30.0% 30.0%

Total

Count 21 49 70

% within Golongan Obat Analgetik

30.0% 70.0% 100.0%

% within Kesesuaian WHO

100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 30.0% 70.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square 36.523a 4 .000

Likelihood Ratio 41.103 4 .000

Linear-by-Linear Association 28.974 1 .000

N of Valid Cases 70

a. 5 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .60.

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

Nominal by Nominal

Phi .722 .000

Cramer's V .722 .000


(34)

RINCIAN BIAYA PENELITIAN

Besar biaya yang diperlukan untuk melakukan peneitian ini sebesar Rp.1,190,000.00 dengan rincian sebagai berikut:

No. JENIS PENGELUARAN SATUAN (Rp) BANYAK JUM LAH (Rp)

PROPOSAL PENELITIAN

1 Cet ak proposal 30.000,00 5 buah 150.000,00

2 Penjilidan 3.000,00 5 buah 15.000,00

3 Transport asi 10.000,00 10 kali 100.000,00

4 Compact Disk 5.000,00 1 buah 5.000,00

PENGUM PULAN DATA PENELITIAN

6 Fotokopi penggandaan

kuesioner 1.500,00 70 buah 105.000,00

7 Transport asi 10.000,00 50 kali 500.000,00

HASIL PENELITIAN

8 Cet ak Hasil 50.000,00 5 buah 250.000,00

9 Penjilidan 3.000,00 5 buah 15.000,00

10 Transport asi 10.000,00 5 kali 50.000,00


(35)

DAFTAR PUSTAKA

Barbosa, Ronald R. MD, et al. 2012. Evaluation and Management of Mild Traumatic Brain Injury. Eastern Association for the Surgery of Trauma, 2015. Available from: https://www.east.org/education/practice- management-guidelines/mild-traumatic-brain-injury%2c-evaluation-and-management-of

Brain Injury Association of America , October 2012. About Brain Injury. Available

from:http://www.biausa.org/Default.aspx?PageID=6783185&A=SearchRes ult&SearchID=8775992&ObjectID=6783185&ObjectType=1 [Accessed : 17 May 2015]

Craig, C.R., Stitzel, R.E., Modern Pharmacology with Clinical Applications. 5th Edition. In: Welch, S.P., Martin, B.R., Opioid and Nonopioid Analgesics. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2004. (page 310-327) [Accessed: 30 March 2015]

E. Justice & D. Carruthers, 2005. Citable by Nature Education Cardiovascular risk and COX-2 Inhibition in Rheumatological Practice Role of the cyclooxygenase isoforms (COX-1 and COX-2) in the production of the constitutive and inducible eicosanoids (prostaglandins, thromboxane and leukotrienes). Journal of Human Hypertension.

Available from : http://www.nature.com/scitable/content/cardiovascular-risk-and-cox-2-inhibition-14462119 [Accessed : 17 May 2015]

G. Yoanes, P. Thomas Eko, Journal Continuing Medical Education, Trauma Medula Spinalis:Patobiologi dan Tata Laksana Medikamentosa

Ganong,William F., Review of Medical Physiology. Lange 22nd International Edition. Singapore, The McGraw-Hill Companies, Inc., 2005. (page 142-147) [Accessed: 5 April 2015]


(36)

Guyton, A.C., Hall, J.E., 2006. Textbook of Medical Physiology. 11th Edition. Inc. Philadelphia, Pennsylvania. [Accessed: 30 March 2015]

Help for Pain – Understanding Nociceptive & Neuropathic Pain http://www.helpforpain.com/arch2000dec.htm

Keterolac http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/druginfo/meds/a693001.html [Accessed : 13 May 2015]

Laurence B., Keith P., Donal B., Iain B., Goodman & Gilman’s Manual of Pharmacology and Therapeutics. United States of America, The McGraw-Hill Companies, Inc., 2008. (page 349-371) [Accessed: 30 March 2015]

Martin, Elizabeth A., et al., 2010. Oxford Concise Medical Dictionary. 8th Edition. United States by Oxford University Press Inc., New York. (page 31, 535 & 745-746) [Accessed: 3 May 2015]

Medscape - Trauma Scoring System

http://emedicine.medscape.com/article/434076-overview#aw2aab6b6 Medtronic - Common type of Chronic Pain

http://www.medtronicneuro.com.au/chronic_pain_commontypes.html Morphine http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/druginfo/meds/a682133.html

[Accessed : 13 May 2015]

Pain (PDQ®): Supportive care - Health Professional Information [NCI] - Pharmacologic Management – Basic Principles of Cancer Pain Management http://www.webmd.com/cancer/tc/pain-pdq-supportive-care--

-health-professional-information-nci-pharmacologic-management?bookmark=true

Pain Management Handbook 2004, published by the Malaysian Society of Anesthesiologists, the College of Anesthesiologists, Academy of Medicine


(37)

Malaysia and the Malaysian Association for the Study of Pain. This document was developed by the Surgical and Emergency Medicine Services Unit, Medical Development Section of the Medical Development Division, Ministry of Health Malaysia and the Editorial Team for the Pain Management Handbook Published in October 2013. [Accessed : 17 May 2015]

Paracetamol http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/druginfo/meds/a681004.html [Accessed : 13 May 2015]

Pathway of Pain http://www.mydr.com.au/pain/pain-and-how-you-sense-it

Power Over Your Pain - Nociceptive & Neuropathic Pain https://www.poweroveryourpain.com/understand/chronic/paintypes

UFHealth - University of Florida Health Traumatic Injury https://ufhealth.org/traumatic-injury [Accessed : 20 May 2015]

WHO. Guidelines for Essential Trauma Care

http://www.google.com.my/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd= 1&cad=rja&uact=8&ved=0CB0QFjAA&url=http%3A%2F%2Fwww.who.i nt%2Fviolence_injury_prevention%2Fpublications%2Fservices%2Fen%2F guidelines_traumacare.pdf&ei=t8oaVYyINsLGuASaw4Aw&usg=AFQjCN HhpTTknGvaJiJ2_upwxOTqcnvxmQ&sig2=N7dngf4wzNAVlOMsIH0OV w


(38)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep ialah rangkaian variabel-variabel yang tersusun dalam suatu bagian yang menjelaskan hubungan masing-masing sesuai tujuan penelitian. Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

VARIABEL INDEPENDEN VARIABEL DEPENDEN

Gambar 3.1 Kerangka konsep penelitian hubungan pemberian analgetik dengan keparahan nyeri pada pasien trauma di Instalasi Gawat Darurat RSUP Haji Adam Malik, Medan.

3.2 Variabel dan Definisi Operasional

Definisi operasional adalah rumusan pengertian variabel yang akan dipakai sebagai pegangan dalam pengumpulan data.

Definisi operasional dalam penelitian ini antara lain :

1. Variable : Analgetik

Definisi Operasional : Analgetik adalah obat yang digunakan untuk meredakan atau mengurangkan rasa nyeri tanpa mengurangi kesadaran pasien. Analgetik dibahagi kepada 3 golongan yaitu, opioids, non-opioids dan non-steriods

anti-Pemilihan jenis analgetik Keparahan nyeri pada


(39)

inflammatory drugs (NSAIDs). Jenis analgetik diberi berdasarkan keparahan nyeri pasien.

Alat ukur : Kuisioner Cara ukur : Wawancara

Hasil ukur : a) Opioids - morfin

b) Non-opioids - ketorolac, ibuprofen, asam mefenamat c) NSAIDs : parasetamol

Skala : Nominal

2. Variable : Keparahan nyeri pasien

Definisi Operasional : Tingkat nyeri pasien adalah berdasarkan Visual Analouge Scale (VAS).

Alat ukur : Skala Penilaian Nyeri

Cara ukur : Peneliti bertanya pasien secara manual dengan menggunakan carta VAS tentang keparahan nyeri pasien.

Hasil ukur : Menurut VAS  Ringan 1 - 3  Sedang 4 - 6  Berat 7 - 10 Skala : Nominal


(40)

3.3 Hipotesa

Ada hubungan antara pemberian jenis analgetik dengan keparahan nyeri pada pasien trauma.

3.4 Data

Data penelitian akan ditampilkan dalam bentuk tabel :

ANALGETIK

Opioid NSAIDs Non-opioid JUMLAH

NYERI Ringan

(1-3) Sedang

(4-6) Berat (7-10)


(41)

BAB 4

METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian Observational Analitik yang akan melihat hubungan pemberian analgetik dengan keparahan nyeri pada pasien trauma di RSUP Haji Adam Malik, Medan. Jenis penelitian yang akan dilakukan ialah penelitian analitik dengan pendekatan Cross Sectional.

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dari bulan Januari hingga Desember 2015.

4.2.2 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Departmen Farmakologi dan Terapeutik, Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara (USU), Medan dan Instalasi Gawat Darurat (IGD), RSUP. Haji Adam Malik, Medan, Indonesia.

4.3 Populasi, Sampel, Teknik Sampeling Penelitian 4.3.1 Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien di IGD tanpa batas umur yang mengalami trauma dan diberikan analgetik yang datang ke RSUP. Haji Adam Malik pada bulan September hingga Desember 2015.


(42)

4.3.2 Sampel Penelitian

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki populasi. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis pemberian analgetik berdasarkan keparahan nyeri pada pasien trauma di IGD RSUP Haji Adam Malik, Medan. Untuk menghitungi jumlah sampel diperlukan, survei awal dilakukan sebanyak 10 responden.

Jumlah besar sampel yang diperlukan dihitung berdasarkan rumus Snedeco dan Cochran, yaitu :

n = Zα2

.P.Q d2

n = jumlah sampel minimum

Zα = nilai distribusi normal baku (table Z) pada tertentu

P = Perkiraan proporsi keadaan yang akan dicari (pasien trauma dengan keparahan nyeri berat iaitu, VAS≥7) dan dari survey awal terdapt 80% pasien nyeri berat

Q = (1-P)

d = Tingkat ketetapan absolut yang dikehendaki atau kesalahan absolut

Berdasarkan rumus di atas, besarnya sampel yang diperlukan dalam penelitian ini adalah :

n = Zα2

.P.Q d2

n = (1,96)2 x 0,8 x 0,2 (0,1)2

n = 61.47


(43)

Hasil perhitungan rumus di atas didapatkan jumlah sampel yang akan diteliti adalah 70 orang.

Sampel penelitian ini dipilih menggunakan kriteria inklusi atau penerimaan sebagai berikut:-

a) Pasien dengan batas umur ( ≥ 17 tahun) b) Pasien mengalami nyeri trauma

c) Pasien yang mendapat analgetik

Kriteria eksklusi sebagai berikut:-

a) Pasien yang tidak dapat dianamnesis

4.3.3 Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini, adalah dengan cara Consecutive Sampling, yaitu semua subjek yang datang secara berurutan dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subjek yang diperlukan terpenuh.

4.4 Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan dua cara yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara dengan pasien trauma tentang keparahan nyeri sebelum dan setelah pemberian analgetik. Data sekunder adalah tentang jenis pemberian analgetik pada pasien trauma di IGD RSUP. Haji Adam Malik pada bulan September sehingga bulan Desember tahun 2015 melalui proses survei.


(44)

Langkah-langkah yang peneliti akan lakukan dalam proses pengumpulan data antara lain:

1. Pertama sekali melakukan proses pengumpulan data, penelitian harus disetujui oleh komisi etik.

2. Kemudian mendapat ijin dari RSUP Haji Adam Malik dan ruang IGD untuk melakukan penelitian untuk Karya Tulisan Ilmiah (KTI).

3. Peneliti akan mencari data pasien trauma yang mendapat analgetik.

4. Peneliti akan memulakan wawancara dengan mengetahui identitas responden dan bertanya tentang jenis nyeri/trauma atau riwayat penyakit yang menimbulkan nyeri.

5. Kemudian, meminta responden menilai keparahan nyeri dengan menggunakan skala Visual Analouge Scale (VAS) sebelum pemberian obat analgetik.

6. Setelah 6 jam mengkonusumsi analgetik, responden diminta untuk menilai kembali keparahan nyeri serta bertanya durasi nyeri pada trauma kurang/hilang.

7. Bertanya pada responden penyebab nyeri 8. Data yang dapat ditabulasi dan dianalisa.

4.5 Pengolahan dan Analisa Data

Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan tentang pengalaman nyeri kepala yang pernah dialami. Kuesioner terdiri dari jenis analgetik dan keparahan nyeri pada pasien trauma.

Tehnik-tehnik pengolahan data yang digunakan :

1) Editing

 peneliti kembali kelengkapan isi lembar kuesioner. Biasanya dilakukan pada tempat pengambilan data, sehingga mempermudah dalam melengkapi data bila terjadi kekurangan.


(45)

2) Coding

 dilakukan dengan memberi tanda pada masing-masing jawaban dengan kode berupa angka, selanjutnya dimasukkan kedalam lembar tabel kerja untuk mempermudah pengolahan.

3) Tabulating

 berupa bentuk tabel yang terdiri dari beberapa baris dan beberapa kolom, yang digunakan untuk memaparkan sekaligus beberapa variabel hasil observasi, survei atau penelitian sehingga mudah dibaca dan mengerti.

4) Skoring

 melakukan pemberian skor pada item. 5) Analisa data

 analisis univariat, yaitu analisis dari variabel penelitian dengan mendistribusi frekuensi berdasarkan persentase untuk masing-masing variable

 analisis bivariat, yaitu analisis untuk melihat perbedaan proporsi variabel independen dengan dependan, kemudian dilihat hubungan antara kedua variabel dengan uji statistika menggunakan uji Chi Square. Analisis data akan dilakukan dengan menggunakan Statistical Package for the Social Sciences (SPSS).


(46)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian

Proses pengambilan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan instrumen kuesioner yang diisi oleh penelitian dengan cara wawancara. Hasil yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis, sehingga didapat hasil penelitian seperti dipaparkan di bawah ini.

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP. Haji Adam Malik yang berlokasi di Jalan Bunga Lau No.17, Kelurahan Kemenangan Tani, Kecamatan Medan Tuntungan, Kotak Pos 246, Medan 20136. RSUP. Haji Adam Malik merupakan rumah sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No. 355/ Menkes/ SK/ VII/ 1990. Dengan predikat rumah sakit kelas A, RSUP Haji Adam Malik Medan telah memiliki fasilitas kesehatan yang memenuhi standar dan tenaga kesehatan yang kompeten. Selain itu, RSUP. Haji Adam Malik, Medan juga merupakan rumah sakit rujukan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat, dan Riau sehingga dapat dijumpai pasien dengan latar belakang yang sangat bervariasi. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 502/ Menkes/ IX/ 1991 tanggal 6 September 1991, RSUP. Haji Adam Malik, Medan ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara.

RSUP. Haji Adam Malik Medan memiliki instalasi rawat jalan dan rawat inap untuk bagian Instalasi Gawat Darurat (IGD). Instalasi tersebut merupakan lokasi pengambilan data pada penelitian ini.


(47)

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden

Karakteristik responden dibedakan berdasarkan riwayat nyeri, penyebab nyeri, keparahan nyeri sebelum pemberian analgetik, jenis analgetik, pengetahuan pasien tentang jenis analgetik, penggunaan morfin dan kesesuaian penggunaan obat analgetik dengan tingkat keparahan nyeri berdasarkan Gambar 2.5.3-2 WHO Three Step Ladder. Setiap karakteristik ditampilkan dalam bentuk tabel yang dipaparkan berikut:

Tabel 5.1.2-1 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Riwayat Nyeri

Riwayat Nyeri Jumlah %

Inflamasi 29 41,4

Neuropatik 4 5,7

Tidak ada keterangan 37 52,9

Total 70 100,0

Pada tabel 5.1.2-1, jumlah responden dengan riwayat nyeri inflamasi adalah 29 orang (41,4%), riwayat nyeri neuropatik adalah 4 orang (5,7%) dan responden yang tiada keterangan tentang riwayat nyeri adalah 37 orang (52,9%).

Tabel 5.1.2-2 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Penyebab Nyeri

Penyebab Nyeri Jumlah %

Trauma 32 45,7

Infeksi 12 17,1

Kanker 5 7,1

Lain-lain 21 30,0


(48)

Pada tabel 5.1.2-2, responden dengan penyebab nyeri trauma adalah paling banyak yaitu, 32 orang (45,7%), diikuti dengan penyebab nyeri infeksi sebanyak 12 orang (17,1%), penyebab nyeri kanker sebanyak 5 orang (7,1%) dan penyebab nyeri lain-lain adalah 21 orang (30,0%).

Tabel 5.1.2-3 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Keparahan Nyeri Sebelum Pemberian Obat Analgetik

Keparahan Nyeri Jumlah %

Ringan 17 24,3

Sedang 22 31,4

Berat 31 44,3

Total 70 100,0

Pada tabel 5.1.2-3, jumlah responden untuk tingkat keparahan nyeri ringan adalah 17 orang (24,3%), nyeri sedang adalah 22 orang (31,4%), dan untuk nyeri berat pula adalah 31 orang (44,3%).

Tabel 5.1.2-4 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Nama Sediaan menurut Keterangan Petugas Kesehatan

Nama Sediaan Jumlah %

Kodein 4 5,7

Metadon 4 5,7

Tramodol 5 7,1

Celecoxibe 6 8,6

Asam mefenamat 5 7,1

Ibuprofen 7 10,0

Ketorolac 16 22,9

Paracetamol 2 2,9

Ciprofloxacin 10 14,3

Ranitidin 11 15,7


(49)

Pada tabel 5.1.2-4, menunjukkan nama sediaan yang diberi kepada pasien apabila terdapat nyeri, Jenis analgetik yang paling sering diberi adalah Ketorolac sebanyak 16 orang (22,9%), Ranitidin sebanyak 11 orang (15,7%), Ciprofloxacin sebanyak 10 orang (14,3%), Ibuprofen sebanyak 7 orang (10,0%), Celecoxibe sebanyak 6 orang (8,6%), Tramodol dan Asam mefenamat sebanyak 5 orang (7,1%) masing-masing, Kodein dan Metadon 4 orang (5,7%) masing-masing serta Paracetamol sebanyak 2 orang (2,9%).

Tabel 5.1.2-5 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Analgetik

Jenis Analgetik Jumlah %

Opioids 13 18,6

Non-Opioids 6 8,6

NSAIDs 28 40,0

Non-NSAIDs 2 2,9

Non-Analgetik 21 30,0

Total 70 100,0

Pada tabel 5.1.2-5, jumlah responden yang diberi opioids adalah 13 orang (18,6 %), non-opioids 6 orang (8,6%), NSAIDs 28 orang (40,0%), non-NSAIDs 2 orang (2,9%) dan non-analgetik sebanyak 21 orang (30,0%).


(50)

Tabel 5.1.2-6 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pengetahuan Pasien Tentang Jenis Analgetik Diberi

Pengetahuan Pasien Jumlah %

Tahu 25 35,7

Tidak Tahu 45 64,3

Total 70 100,0

Pada tabel 5.1.2-6, jumlah responden yang tahu akan jenis pemberian obat analgetik yang diberi adalah sebanyak 25 orang (35,7%) manakala jumlah responden yang tidak tahu akan jenis pemberian obat analgetik yang diberi adalah sebanyak 45 orang (64,3%).

Tabel 5.1.2-7 Distribusi Kesesuaian Penggunaan Obat Analgetik Dengan Tingakat Keparahan Nyeri Berdasarkan Gambar 2,5,3-2 WHO Three Step Ladder of WHO

Kesesuaian Penggunaan

Obat Analgetik Jumlah %

Sesuai 21 30,0

Tidak Sesuai 49 70,0

Total 70 100,0

Pada tabel 5.1.2-7, berdasarkan penelitian jumlah responden yang diberi obat analgetik yang sesuai berdasarkan WHO Three Step Ladder adalah 21 orang (30,0%) manakala jumlah responden yang diberi obat analgetik yang tidak sesuai berdasarkan WHO Three Step Ladder adalah 49 orang (70,0%).


(51)

5.1.3 Analisa Data

5.1.3.1 Distribusi Penyebab Nyeri berdasarkan Nama Sediaan

(p=0,000)

Gambar 5.1 Carta Bar Distribusi Penyebab Nyeri berdasarkan Nama Sediaan

Gambar 5.1 menunjukkan bahawa kelompok penyebab nyeri trauma yang mengandungi 32 orang (45,7%), jenis analgetik yang paling banyak diberi adalah Ketorolac sebanyak 10 orang (14,3%) diikuti dengan Ciprofloxacin 7 orang (10,0%), Ibuprofen 5 orang (7,1%), Ranitidin 4 orang (5,7%), Celecoxibe 3 orang (4,3%) dan Kodein, Paracetamol serta Tramadol masing-masing sebanyak 1 orang (1,4%). Pada kelompok penyebab nyeri infeksi terdapat 12 orang (17,1%), jenis analgetik yang paling banyak diberi adalah Asam mefenamat dan Ranitidin 3 orang (4,3%) maisng-masing, diikuti dengan Kodein dan Ibuprofen 2 orang (2,9%) masing serta Celecoxibe dan Paracetamol 1 orang (1,4%)


(52)

masing-masing. Untuk kelompok penyebab nyeri kanker pula, terdapat 5 orang (7,1%), jenis analgetik yang paling banyak diberi adalah Celecoxibe dan Tramadol 2 orang (2,9%) masing-masing dan Ranitidin sebanyak 1 orang (1,4%). Pada kelompok dengan penyebab nyeri lain-lain terdapat 21 orang (30,0%), jenis analgetik yang paling banyak diberi adalah Ketorolac 6 orang (8,6%), Metadon 4 orang (5,7%), Ciprofloxacin dan Ranitidin masing-masing 3 orang (4,3%), Asam mefenamat dan Tramadol 2 orang (2,9%) masing-masing serta Kodein 1 orang (1,4%). Dari hasil uji Chi Square didapat nilai p adalah 0. Hal ini berarti terdapat hubungan antara penyebab nyeri dan jenis analgetik.


(53)

5.1.3.2 Distribusi Keparahan Nyeri berdasarkan NamaSediaan

(p=0,000)

Gambar 5.2 Carta Bar Distribusi Keparahan Nyeri berdasarkan Nama Sediaan

Tabel 5.1.3-2 menunjukkan sebanyak 17 orang (24,3%) mangalami nyeri ringan yang diberi obat analgetik paling banyak adalah Ciprofloxacin yaitu, 6 orang (8,6%), diikuti dengan Asam mefenamat dan Ketorolac 3 orang (4,3%) masing, Celecoxibe dan Ibuprofen sebanyak 2 orang (2,9%) masing-masing serta Ranitidin dan Paracetamol sebanyak 1 orang (1,4%) masing-masing-masing-masing. Untuk pasien dengan nyeri sedang pula terdapat 22 orang (31,4%), obat analgetik yang diberi adalah Ranitidin 6 orang (8,6%), Ibuprofen 5 orang (7,1%), Celecoxibe 3 orang (4,3%), Ciprofloxacin, Asam mefenamat serta Keterolac masing-masing diberi kepada 2 orang (2,9%) dan Kodein serta Parasetamol 1 orang (1,4%) masing-masing. Pasien yang mengalami nyeri berat adalah 31 orang


(54)

(44,3%), Ketorolac paling banyak diberi kepada pasien yaitu, 11 orang (15,7%), diikuti dengan Tramadol 5 orang (7,1%), Ranitidin serta Metadon 4 orang (5,7%) masing-masing, Ciprofloxacin 2 orang (2,9%) dan Celecoxibe serta Ibuprofen 1 orang (1,4%) masing-masing. Dari hasil uji Chi Square didapat nilai p adalah 0. Hal ini berarti terdapat hubungan antara keparahan nyeri dan jenis analgetik.


(55)

5.1.3.3 Distribusi Jenis Analgetik berdasarkan Nama Sediaan

(p=0,000)

Gambar 5.3 Carta Bar Distribusi Jenis Analgetik berdasarkan Nama Sediaan

Tabel 5.1.3-3 menunjukkan nama sediaan yang dibahagikan kepada jenis analgetik. Dalam golongan opioids, Kodein dan Metadon masing-masing diberi kepada 4 orang (5,7%) manakala Tramadol di beri kepada 5 orang (7,1%). Celecoxibe adalah jenis analgetik non-opioids yang diberi kepada 6 orang (8,6%). Bagi golongan NSAIDs, paling banyak diberi adalah Keterolac 16 orang (22,9%), Ibuprofen 7 orang (10,0%) dan Asam mefenamat 5 orang (7,1%). Paracetamol termasuk dalam golongan non-NSAIDs diberi sebanyak 2 orang (2,9%). Untuk jenis analgetik non-analgetik, Ciprofloxacin sebanyak 10 orang (14,3%) dan Ranitidin sebanyak 11 orang (15,7%). Dari hasil uji Chi Square didapat nilai p adalah 0. Hal ini berarti terdapat hubungan antara jenis analgetik dan nama sediaan.


(56)

5.1.3.4 Distribusi Kesesuaian WHO berdasarkan Nama Sediaan

(p=0,000)

Gambar 5.4 Carta Bar Distribusi Kesesuaian WHO berdasarkan Nama Sediaan

Tabel 5.1.3-4 menunjukkan jenis analgetik (nama sediaan) diberi berdasakan kesesuaian WHO Three Step Ladder of WHO. Daripada 4 orang (5,7%) yang diberi Kodein, 1 orang telah diberi tidak sesuai. Metadon 4 orang (5,7%) dan Tramadol 5 orang (7,1%) sesuai diberi pada pasien. Bagi Celecoxib 6 orang (8,6%), jumlah pemberian analgetik sesuai dan tidak sesuai masing-masing adalah 3 orang (4,3%). Unutk Asam mefenamat 5 orang (7,1%), 3 orang (4,3%) sesuai dan 2 orang (2,9%) tidak sesuai. Sebanyak 7 orang (10,0%) diberi Ibuprofen tetapi kesemuanya tidak sesuai untuk diberi kepada pasien. Ketorolac yang diberi kepada 16 orang (22,9%), hanya 2 orang (2,9%) manakala yang


(57)

lainnya 14 orang (20,0%) tidak sesuai. Bagi Parasetamol 2 orang (2,9%), jumlah pemberian analgetik sesuai dan tidak sesuai masing-masing adalah 1 orang (1,4%). Ciprofloxacin 10 orang (14,3%) dan Ranitidin 11 orang (15,7%), kesemuanya tidak sesuai diberikan untuk pasien. Dari hasil uji Chi Square didapat nilai p adalah 0. Hal ini berarti terdapat hubungan antara jenis analgetik dan kesesuaian WHO.


(58)

5.1.3.5 Distri busi Keses uaian WHO berda sarka n Jenis Analg etik

(p=0,000)

Gambar 5.5 Carta Bar Distribusi Kesesuaian WHO berdasarkan Jenis Analgetik

Tabel 5.1.3-5 menunjukkan keparahan nyeri pasien yang diberi golongan obat analgetik berdasarkan kesesuaian WHO Three Step Ladder of WHO. Pada nyeri ringan 17 orang (24,3%), mayoritas golongan obat analgetik yang sesuai adalah 16 orang (22,9%) dan 1 orang (1,4%) lagi diberi analgetik yang tidak sesuai. Untuk nyeri sedang 22 orang (31,4%), golongan analgetik diberi kepada pasien yang sesuai dan tidak sesuai masing-masing adalah 11 orang (15,7%). Pada nyeri berat 31 orang (44,3), sebanyak 26 orang (37,1%) diberi golongan obat analgetik yang tidak sesuai dan hanya 5 orang (7,1%) diberi obat analgetik yang sesuai. Bagi Non-NSAIDs diberi kepada 2 orang (2,9%), jumlah pemberian analgetik sesuai dan tidak sesuai masing-masing adalah 1 orang (1,4%). Pemberian non-analgetik sebanyak 21 orang (30,0%) tidak sesuai sama sekali untuk pasien mengalami nyeri. Dari hasil uji Chi Square didapat nilai p adalah 0. Hal ini berarti terdapat hubungan antara jenis analgetik dan kesesuaian WHO.


(59)

5.2 Pembahasaan

Dari hasil penelitian, sebanyak 70 orang responden telah diwawancara tentang keparahan nyeri berdasarkan skala nyeri, 24,3% responden mengalami nyeri ringan, 31,4% mengalami nyeri sedang dan 44,3% mengalami nyeri berat. Pasien yang mengalami nyeri ringan sebanyak 17 orang (24,3%), diberi analgetik jenis non-opioids 2 orang (2,9%), NSAIDs 7 orang (10,0%), non-NSAIDs 1 orang (,14%) dan non analgetik 7 orang (10,0%). Dari 22 orang (31,4%) pasien yang mengalami nyeri sedang, jenis analgetik yang diberi adalah 1 orang (1,4%) untuk opioids, 3 orang (4,3%) untuk non-opioids, 9 orang (12,9%) NSAIDs, 1 orang untuk non-NSAIDs dan 8 orang (11.4%) untuk non-analgetik. Dari 31 orang (44,3%) pasien mengalami nyeri berat, jenis analgetik diberi adalah golongan opioids 12 orang (17,1%), non-opioids 1 orang (1,14%), NSAIDS 12 orang (17,1%) dan non-analgetik sebanyak 6 orang (8,6%).

Bardasarkan Gambar 2.5.3-2 WHO Three Step Ladderof WHO, golongan obat analgetik yang harus diberi untuk pasien trauma nyeri ringan adalah opioids atau adjuvant. Pasien trauma dengan nyeri sedang adalah campuran non-opioids dan adjuvants atau NSAIDs. Pasien trauma dengan nyeri berat pula diberi golongan obat analgetik opioids dengan non-opioids atau adjuvant. Kesesuaian pemberian obat kepada pasien dilihat dari data kuisener pemberian jenis analgetik berdasarkan keparahan nyeri yang diperoleh melelui penelitian. Data yang diperoleh menyatakan bahawa ada hubungan anatara keparahan nyeri dengan jenis analgetik (p<0,000).

Untuk mengetahui kesesuaian pemberian analgetik kepada pasien, data pemberian jenis analgetik berdasarkan keparahan nyeri pasien dirujuk kepada Gambar 2.5.3-2 WHO Three Step Ladderof WHO. Jumlah responden yang diberi obat analgetik yang sesuai berdasarkan WHO Three Step Ladder of WHO adalah 21 orang (30,0%) manakala jumlah responden yang diberi obat analgetik yang tidak sesuai berdasarkan WHO Three Step Ladder adalah 49 orang (70,0%). Contoh yang paling jelas adalah untuk meredakan atau menghilangkan rasa nyeri,


(60)

ada juga pasien diberi pengobatan non-analgetik, seperti Ciprofloxacin sebanyak 10 orang (14,3%) dan Ranitidin sebanyak 11 orang (15,7%). Pengobatan ini tidak sesuai sama sekali untuk diberi kepada pasien yang mengalami nyeri karena Ciprofloxacin merupakan obat golongan antibiotik manakala, Ranitidin merupakan obat golongan anti-histamin reseptor 2. Naman obat golongan ini masih diberi kepada pasien yang mengalami nyeri.


(61)

5.3 Keterbatasan Penelitian 5.3.1 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner yang terdiri daripada beberapa bagian seperti, identitas pasien, riwayat nyeri, jenis analgetik, keparahan nyeri pasien, pengetahuan pasien tentang pembarian obat dan lain-lain. Oleh sebab kuesioner yang digunakan oleh peneliti terdiri banyak pertanyaan dan salah satu pertanyaan berdasarkan jadwal skala nyeri, peneliti mengisi lembar kuesioner agar tidak menyusahkan pasien trauma.

5.3.2 Pengambilan Data

Pada saat pengambilan data banyak psien yang mengalami trauma datang ke Instalasi Gawat Darurat RSUP. Haji Adam Malik. Selain itu, jadwal peneliti dengan jadwal di Instalasi Gawat Darurat RSUP. Haji Adam Malik Malik yang kurang sesuai sehingga mengharuskan peneliti untuk melakukan penelitian ini lebih dari satu bulan.

5.3.3 Sampel Penelitian

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis pemberian analgetik berdasarkan keparahan nyeri pada pasien trauma di IGD RSUP Haji Adam Malik, Medan. Untuk menjadi sampel terdapat beberapa kriteria seperti pasien trauma yang diberi obat analgetik dengan batas umur ≥ 17 tahun dan dapat dianamnesis.


(62)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahawa:

a. jenis analgetik yang digunakan untuk menangani keparahan nyeri pasien trauma adalah Kodein, Metadon, Tramadol, Celecoxibe, Asam mefenamat, Ibuprofen, Keterolac, Paracetamol, Ciprofloxacin dan Ranitidin

b. walaupun Ciprofloxacin dan Ranitidin bukan golongan analgetik namun tetap diberi kepada pasien trauma karena dianggap obat pereda nyeri obat petugas kesehatan

c. berdasarkan WHO Three Step Ladder of WHO, kira-kira 49 pasien (70,0%) diberi analgetik yan tidak sesuai dengan keparahan nyeri (p < 0.000).

6.2 Saran

Dari seluruh proses penelitian yang telah dijalankan, dapat diungkapakan beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dalam penelitian ini. Antara saran yang dapat diberikan adalah memberi penyuluhan farmakologi analgetik kepada petugas kesehatan di Instalasi Gawat Darurat (IGD), RSUP. Haji Adam Malik.


(63)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Nyeri 2.1.1 Definisi

Nyeri berdasarkan International Association for the Study of Pain (IASP,1979) adalah pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan dimana berhubungan dengan kerusakan jaringan atau potensial terjadi kerusakan jaringan.

Definisi nyeri tersebut menjelaskan konsep bahwa nyeri adalah produk kerusakan struktur, bukan saja respons sensorik dari suatu proses nosisepsi. Nosiseptor adalah reseptor nyeri untuk mendeteksi nyeri yang disebabkan oleh cedera jaringan tubuh; cedera tersebut dapat berasal dari rangsangan fisik seperti rangsang mekanik, termal, listrik atau kimia (toksin atau kelebihan zat non-toksin).

Pada dasarnya nyeri adalah reaksi fisiologis karena reaksi protektif untuk menghindari stimulus yang membahayakan tubuh. Tetapi bila nyeri tetap berlangsung walaupun stimulus penyebab sudah tidak ada, berarti telah terjadi perubahan patofisiologis yang justru merugikan tubuh. Walaupun nyeri merupakan reaksi tubuh terhadap stimuli yang berbahaya, nyeri juga memberi sedikit efek positif yaitu, pelindung sistem peringatan dini (protective early warning system) untuk pasien pasca operasi, pasien kanker, dan pasien yang mengalami nyeri atau penyakit kronik yang lain. Nyeri semacam ini tidak saja menimbulkan perasaan tidak nyaman, tetapi juga reaksi stress, yaitu rangkaian reaksi fisik maupun biologis yang dapat menghambat proses penyembuhan. Nyeri patologis atau nyeri klinik inilah yang membutuhkan terapi.


(64)

2.1.2 Etiologi

Nyeri merupakan hal yang kompleks, banyak faktor yang mempengaruhi pengalaman seseorang terhadap nyeri. Hal ini sangat penting dalam pengkajian nyeri yang akurat dan memiliah terapi nyeri yang baik.

a. Trauma

i. mekanik; rasa nyeri yang timbul akibat ujung-ujung saraf bebes mengalami kerusakan, misalnya akibat benturan, geresan, luka dll.

ii. termal; nyeri timbul karena ujung saraf reseptor mendapat rangsang akibat panas dingin misalnya terkena api.

iii. kimia; nyeri timbul karena kontak dengan zat kimia yang bersifat asam atau basa akut.

iv. listrik; nyeri yang timbul akibat nyeri listrik yang kuat mengenai reseptor rasa nyeri yang menimbulkan kekejangan otot dan luka bakar.

b. Neoplasma i. jinak ii. ganas c. Peradangan

- nyeri karena kerusakan ujung-ujung saraf reseptor akibat adanya peradangan atau terjepit oleh pembengkakan.

d. Gangguan sirkulasi darah dan kelainan pembuluh darah e. Trauma psikologi

2.1.3 Sifat-sifat Nyeri

a. Nyeri melelahkan dan membutuhkan banyak energi

b. Nyeri tidak dapat dinilai secara subjektif seperti sinar-X atau lab darah c. Hanya pasien dapat mengetahui kapan nyeri timbul dan seperti apa rasanya d. Nyeri merupakan mekanisme pertahanan fisiologis

e. Nyeri merupakan tanda peringatan adanya kerusakan jaringan f. Nyeri mengawali ketidakmampuan


(65)

2.1.4 Klasifikasi

Nyeri memiliki sifat yang unik pada setiap individu. Adanya takut, marah, cemas, depresi dan lelah yang mempengaruhi bagaimana nyeri itu dirasakan. Hal ini menyebabkan sensasi nyeri ini perlu dikategorikan. Nyeri dapat diklasifikasi berdasarkan beberapa aspek:

a) kecepatan fast pain

Nyeri akan terasa dalam 0.1 detik selepas stimulus nyeri terangsang. Fast pain juga diketahui sebagai nyeri tajam (sharp pain), nyeri menusuk (pricking pain), nyeri akut (acute pain), dan nyeri listrik (electric pain). Nyeri seperti ini terasa apabila kulit tertusuk jarum, luka pada kulit disebabkan oleh pisau, pembakaran akut pada kulit atau apabila pasien terkena kejutan elektrik. Fast pain ini terasa pada permukanan kulit sahaja. slow pain

Nyeri hanya akan bermula selepas 1 detik atau lebih dan akan meningkat secara perlahan mungkin sehingga 1 menit. Slow pain juga dikenali sebagai nyeri lambat terbakar (slow-burning pain), aching pain, nyeri berdenyut-denyut (throbbing pain), nyeri memuakkan (nauseous pain), dan nyeri kronik (chronic pain). Rasa nyeri ini memanjang dan kadang-kala tidak dapat ditahan oleh penderita. Hal ini karena, nyeri yang terjadi berhubung dengan kerusakan jaringan dan sampai sehingga jaringan atau organ.

b) lokasi

nyeri somatik luar

Nyeri yang stimulusinya berasal dari kulit, jaringan subkutan dan membran mukosa. Nyeri biasanya dirasakan seperti terbakar, tajam dan terlokalisasi. nyeri somatik dalam


(66)

Nyeri tumpul (dullness) dan tidak terlokalisasi dengan baik akibat rangsangan pada otot rangka, tulang sendi, jaringan ikat.

nyeri viseral

Nyeri karena perangsangan organ viseral atau organ yang menutupinya (pleura parietalis, pericardium, peritoneum). Nyeri viseral biasanya menjalar dan mengarah ke daerah permukaan tubuh jauh dari tempat nyeri namun berasal dari dermatom yang same dengan rasa nyeri. Nyeri visceral seing kali terjadi seperti kontraksi otot polos (kram bersamaan dengan gastroenteritis, penyakit kantung empedu, obstruksi uretral, menstruasi dan distensi uterus pada tahap pertama persalinan).

c) etiologi

nyeri nosiseptif

Nyeri nosiseptif adalah nyeri inflamasi yang dihasilkan oleh rangsangan kimia, mekanik dan suhu yang menyebabkan aktifasi maupun sensitisasi pada nosiseptif perifer. Nyeri yang disebabkan oleh kerusakan jaringan baik somatik maupun viseral. Stimulasi nosiseptor baik secara langsung maupun tidak langsung akan mengakibatkan pengeluaran mediator inflamasi dari jaringan, sel imun dan ujung saraf sensoris dan simpatik. Contohnya pasca trauma operasi dan luka bakar. Nyeri nosiseptif bisasnya memberikan respon terhadap analgesic opioid atau non-opioid.

nyeri neuropatik

Nyeri neuropatik merupakan nyeri yang ditimbulkan akibat kerusakan neural pada saraf perifer maupun pada sistem saraf pusat yang meliputi jalur saraf aferen sentral dan perifer, biasanya digambarkan dengan rasa terbakar dan menusuk. Contohnya diabetes mellitus dan herpes zoster. Pasien yang mengalami nyeri neuropatik sering memberi respon yang kurang baik terhadap analgesic opioid.


(67)

nyeri akut

Nyeri ini berhubungan dengan kerusakan jaringan dan durasi yang terbatas setelah nosiseptor kembali ke ambang batas resting stimulus istirahat. Nyeri ini dialami segera setelah pembedahan sampai tujuh hari. Nyeri ini ditandai dengan adanya aktivitas saraf otonom seperti takikardi, hipertensi, hyperhidrosis, pucat dan midriasis.

nyeri kronik

Nyeri kronik bisa dikategorikan sebagai malignan atau non-malignan yang dialami pasien paling tidak 1-6 bulan. Nyeri kronik malignan biasanya disertai kelainan patologis dan indikasi sebagai penyakit yang life-limiting disease seperti kanker, end-stage organ dysfunction, atau infeksi HIV. Nyeri kronik non- malignan (nyeri punggung, migraine, artritis, diabetic neuropati) sering tidak disertai kelainan patologis yang terdeteksi dan perubahan neuroplastik yang terjadi pada lokasi sekitar (dorsal horn pada spinal cord) akan membuat pengobatan menjadi lebih sulit.

e) derajat nyeri

nyeri ringan – nyeri hilang timbul terutama saat beraktivitas nyeri sedang – nyeri terus-menerus tetapi hilang apabila tidur

nyeri berat – nyeri terus-menerus sepanjang hari sehingga tidak dapat tidur

2.1.5. Patofisiologi

Apabila terjadi kerusakan sel-sel atau jaringan pada tubuh, zat-zat kimia yang menimbulkan nyeri terkumpul dan akan terjadi pelepasan beberapa jenis mediator seperti zat-zat, sitokin serta produk-produk seluler yang lain, seperti metabolit eicosinoid, radikal bebas dan lain-lain. Mediator-mediator ini dapat menimbulkan efek melalui mekanisme spesifik.


(68)

Tabel 2.1

Zat-zat yang timbul akibat nyeri

Zat Sumber Menimbulkan

nyeri

Efek pada aferen primer

Kalium Sel-sel rusak ++ Mengaktifkan

Serotonin Trombosis ++ Mengaktifkan

Bradikinin Kininogen plasma +++ Mengaktifkan

Histamin Sel-sel mast + Mengaktifkan

Prostaglandin Asam arakidonat

dan sel rusak ± Sensitisasi

Lekotrien Asam arakidonat

dan sel rusak ± Sensitisasi

Substansi P Aferen primer ± Sensitisasi

Rangkaian proses perjalanan yang menyertai antara kerusakan jaringan sampai dirasakan nyeri adalah suatu proses elektrofisiologis. Ada 4 proses yang mengikuti suatu proses nosisepsis yaitu:

a) Tranduksi/Tranduction

Adalah perubahan rangsangan nyeri (noxious stimuli) menjadi aktifitas listrik pada ujung-ujung saraf sensoris. Zat-zat seperti prostaglandin, serotonin, bradikinin, leukotrien, substans P, potassium, histamine, asam laktat dan lain-lain akan mengaktifkan atau mensensitisasi reseptor-reseptor nyeri. Reseptor nyeri merupakan anyaman ujung-ujung bebas serat afferent A-delta dan C. Reseptor-reseptor ini banyak dijumpai di jaringan kulit, periosteum, di dalam pulpa gigi dan jaringan tubuh yang lain. Serat saraf afferent A-delta dan C adalah serat-serat saraf sensorik yang mempuyai fungsi meneruskan sensorik nyeri dari perifer ke sentral ke susunan saraf pusat. Interaksi antara zat algesik dengan reseptor nyeri menyebabkan terbentuknya impuls nyeri. Transduksi adalah adalah proses dari stimulasi nyeri dikonfersi kebentuk yang dapat diakses oleh otak.


(69)

Proses transduksi dimulai ketika nociceptor yaitu reseptor yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri teraktivasi. Aktivasi reseptor ini (nociceptors) merupakan sebagai bentuk respon terhadap stimulus yang datang seperti kerusakan jaringan.

b) Transmisi/Transmission

Transmisi adalah serangkaian kejadian-kejadian neural yang membawa impuls listrik melalui sistem saraf ke area otak. Proses transmisi melibatkan saraf aferen yang terbentuk dari serat saraf berdiameter kecil ke sedang serta yang berdiameter besar. Saraf aferen akan berakson pada dorsal horn di spinalis. Selanjutnya transmisi ini dilanjutkan melalui sistem contralateral spinalthalamic melalui ventral lateral dari thalamus menuju cortex serebral.

c) Modulasi/Modulation

Proses modulasi mengacu kepada aktivitas neural dalam upaya mengontrol jalur transmisi nociceptor tersebut. Proses modulasi melibatkan system neural yang komplek. Ketika impuls nyeri sampai di pusat saraf, transmisi impuls nyeri ini akan dikontrol oleh system saraf pusat dan mentransmisikan impuls nyeri ini kebagian lain dari system saraf seperti bagian cortex. Selanjutnya impuls nyeri ini akan ditransmisikan melalui saraf-saraf descend ke tulang belakang untuk memodulasi efektor.

d) Persepsi/Perception

Persepsi adalah proses yang subjektif. Proses persepsi ini tidak hanya berkaitan dengan proses fisiologis atau proses anatomis saja, akan tetapi juga meliputi cognition (pengenalan) dan memory (mengingat). Oleh karena itu, faktor psikologis, emosional,dan berhavioral (perilaku) juga muncul sebagai respon dalam mempersepsikan pengalaman nyeri tersebut. Proses persepsi ini jugalah yang menjadikan nyeri tersebut suatu fenomena yang melibatkan multidimensional.


(70)

2.2 Penilaian Nyeri 2.2.1 Definisi

Penilaian nyeri merupakan elemen yang penting untuk menentukan terapi nyeri pasca pembedahan yang efektif. Keparahan nyeri harus dinilai sedini mungkin selama pasien dapat berkomunikasi dan menunjukkan ekspresi nyeri yang dirasakan. Keparahan nyeri pasien dapat dinilai menggunakan skala penilaian nyeri dan keterangan pasien.

2.2.2 Jenis Skala Penilaian Nyeri

Terdapat beberapa jenis skala penilain nyeri untuk mengukur keparahan nyeri pasien. Skala penilaian nyeri ini dikategorikan kepada dua kelompk besar:

1. Pasien yang dapat berkomunikasi

a) Verbal Rating Scale (VRS)

pasien ditanya tentang derajat nyeri yang dirasa berdasarkan skala lima poin yaitu tidak nyeri, ringan sedang, berat dan sangat berat

Gambar 2.2-1. Verbal Rating Scale

b) Numerical Rating Scale (NRS)

skala ini dikemukakan oleh Downie pada tahun 1978, dimana pasien ditanyakan tentang derajat nyeri yang dirasakan dengan menunjukkan


(71)

angka 0 – 5 atau 0 – 10, dimana angka 0 menunjukkan tidak ada nyeri dan angka 5 atau 10 menunjukkan nyeri yang hebat.

Gambar 2.2-2. Nurmerical Rating Scale

c) Visual Analogue Scale (VAS)

skala yang pertama sekali dikemukakan oleh Keele pada tahun 1948 yang merupakan skala dengan garis lurus 10 cm, dimana awal garis (0) penanda tidak ada nyeri dan akhir garis (10) menandakan nyeri hebat pasien diminta untuk membuat tanda digaris tersebut untuk

mengekspresikan nyeri yang dirasakan

penggunaan skala VAS lebih gampang, efisien dan lebih mudah dipahami oleh penderita dibandingkan dengan skala lainnya

penggunaan VAS direkomendasikan oleh Coll karena selain telah digunakan secara luas, VAS juga secara metodologis kualitasnya lebih baik, dimana juga penggunaannya realtif mudah, hanya dengan menggunakan beberapa kata sehingga kosa kata tidak menjadi permasalahan

Willianson juga melakukan kajian pustaka atas tiga skala ukur nyeri dan menarik kesimpulan bahwa VAS secara statistik paling kuat rasionya karena dapat menyajikan data dalam bentuk rasio


(72)

nilai VAS antara 0-4 cm dianggap sebagai tingkat nyeri yang rendah dan digunakan sebagai target untuk tatalaksana analgesia

nilai VAS > 4, dimana VAS antara 4-6 cm adalah tingkat nyeri sedang dan VAS antara 7-10 cm adalah tingkat nyeri berat tetapi dianggap nyeri sedang menuju berat sehingga pasien merasa tidak nyaman sehingga perlu diberikan obat analgetik penyelamat (rescue analgetic).


(73)

2. Pasien yang tidak dapat berkomunikasi

a) Skala FLACC (Faces, Legs, Activity, Cry and Consolability)

skala ini merupakan skala perilaku yang telah dicoba pada anak usia 3-7 tahun. Setiap kategori (Faces,Legs,Activity,Cry,dan Consolability) diberi nilai 0-2 dan dijumlahkan untuk mendapatkan total 0-10.

Tabel 2.2-1 Skala FLACC

DATE/TIME Face

0 – No particular expression or smile

1 – Occasional grimace or frown, withdrawn, disinterested 2 – Frequent to constant quivering chin, clenched jaw Legs

0 – Normal position or relaxed 1 – Uneasy, restless, tensed 2 – Kicking or legs drawn up Activity

0 – Lying quietly, normal position, moves easily 1 – Squirming, shifting back and forth, tense 2 - Arched, rigid or jerking

Cry

0 – No cry (awake/asleep)

1 – Moans or whimpers; occasional complaint

2 – Crying steadily, screams or sobs, frequent complaints Consolability

0 – Content, relaxed

1 - Reassured by occasional touching, hugging or being talked too, distractable

2 – Difficult to console or comfort


(74)

b) Wong-Baker Faces Pain Rating Scale

skala ini mempunyai enam gambar wajah dengan ekspresi yang berbeda, dimulai dari senyum sampai menangis kesakitan

skala ini berguna untuk pasien dengan gangguan komunikasi seperti anak-anak, orang tua, pasien yang kebingungan atau pada pasien yang tidak mengerti dengan bahasa lokal setempat

Gambar 2.2-4. Wong-Baker Faces Pain Rating Scale

c) Behaviour Pain Scale (BPS)

 skala ini terdiri dari tiga indikator yaitu: ekspresi wajah, pergerakan ekstremitas atas, dan toleransi terhadap ventilasi mekanik.

alasan penggunaan tiga indikator ini adalah sebagai berikut: pergerakan saat dilakukannya suatu prosedur biasanya dianggap sebagai indikator nyeri perilaku dan banyak disertakan dalam skala nyeri perilaku pada anak

ekspresi wajah dihubungkan dengan berbagai stimulasi nosiseptif yang menghasilkan bukti untuk ekspresi wajah dapat diterima secara luas sebagai indikator nyeri.

toleransi terhadap ventilasi mekanik sebagai suatu respon terhadap stimulasi nosiseptif belum banyak mendapat perhatian


(75)

pengamatan rutin dari perawat unit perawatan intensif menunjukkan bahwa pasien yang terintubasi memberikan respon terhadap nyeri dengan perubahan toleransi terhadap ventilasi mekanik (batuk, melawan).

Tabel 2.2-2 Skala BPS

Indikator Karakteristik Nilai

Ekspresi Wajah

Tenang 1

Tegang sebagian (Dahi

mengerenyit) 2

Tegang seluruhnya (Kelopak

mata menutup) 3

Meringis/menyeringai 4

Ekstremitas atas

Tenang 1

Menekuk sebagaian di daerah

siku 2

Menenkuk seluruhnya dengan

dahi mengepal 3

Menekuk total terus menerus 4

Toleransi Terhadap Ventilasi Mekanik

Dapat mengikuti pola ventilasi 1 Batuk, tapi masih bisa mengikuti

pola ventilasi 2

Melawan pola ventilasi 3


(76)

2.3 Analgetik 2.3.1 Definisi

Analgetik adalah obat yang digunakan untuk mengurangi rasa nyeri tanpa mengurangi kesadaran pasien. Ia bekerja dengan mengurangi jumlah nyeri yang terasa dan ini umumnya dicapai dengan mengganggu transmisi nyeri oleh syaraf. Analgetik tidak dapat menghilangkan penyebab rasa sakit tapi ia dapat memberikan bantuan sementara dari gejala sakit. (ADF, 2011)

2.3.2 Klasifikasi

Berdasarkan sistem kerja farmakologi, analgetik di bagi dalam dua golongan besar, yaitu:

a) opioid

menghilangkan rasa sakit yang bertindak pada reseptor di otak untuk menghambat implus nyeri

digunakan baik untuk menghilangkan rasa sakit jangka pendek atau jangka panjang, meskipun toleransi obat dan kertergantungan fisik berkembang dengan penggunaan jangka panjang

juga digunakan jika pasien mengalami nyeri sedang sampai berat contoh: codein, morfin, methadone

b) non-opioid

menghilangkan rasa nyeri dalam reseptor perifer dan tidak mempengaruhi sistem saraf pusat

digunakan untuk bantuan nyeri jangka pendek, nyeri ringan sampai sedang contoh: ibuprofen, asetaminofen, obat anti inflamasi non steroid (OAINS)


(77)

2.3.3 Mekanisme Kerja

Analgetik berkerja pada tempat terjadi kerusakan dan menekan nyeri yg berkaitan dengan reaksi inflamasi (e.g. NSAID : aspirin, ibuprofen, diklofenak). cara kerja adalah dengan menghambat enzim siklo-ogsigenase (COX). COX-2 diinduksi pada daerah inflamasi dan penghambatan COX-1 menyebakan efek samping gastrointestinal & nefrotoksisitas. Kemudian, mempengaruhi konduksi saraf dan menghambat potensial aksi dengan memblok kanal Na. Hal ini akan memodifikasi transmisi sinyal pada bagian dorsal. Opioid bekerja pada G-protein coupled receptors: Alfa, Delta and Gamma. Agonis Opioid menekan eksitabilitas neuronal (dengan meningkatkan konduksi potassium) & menghambat pelepasan neurotransmitter (dengan menekan influk Ca presynaptic).

2.3.3.1 Mekanisme Kerja Analgetik Opioid

Mekanisme kerja utamanya ialah dalam menghambat enzim sikloogsigenase (COX) dalam pembentukan prostaglandin yang dikaitkan dengan kerja analgetiknya dan efek sampingnya. Umumnya opioid bekerja pada reseptor

μ,δ dan κ, menghasilkan :

 efek analgesia dengan cara menghambat pelepasan neurotransmitter dan menekan rangsangan nociceptive

 bekerja dengan meningkatkan ambang nyeri, sehingga menurunkan respon otak terhadap nyeri

 sebagian besar obat analgesik memberikan efek karena berinteraksi dengan reseptor µ : (morphine, codeine, methadone, buprenorphine, Fentanyl)

 reseptor δ dan κ juga berkontribusi pada efek analgesik

 contoh analgesik yang berikatan secara spesifik pada reseptor δ dan κ : Nalbuphine & pentazocine


(78)

Gambar 2.3.3 Metabolik asid arachidonic 2.3.3.2 Mekanisme Kerja Analgetik Non-Opioid

Hipotalamus merupakan bagian dari otak yang berperan dalam mengatur nyeri dan temperature. AINS secara selektif dapat mempengaruhi hipotalamus menyebabkan penurunan suhu tubuh ketika demam. Mekanismenya kemungkinan menghambat sintesis prostaglandin (PG) yang menstimulasi SSP. PG dapat meningkatkan aliran darah ke perifer (vasodilatasi) dan berkeringat sehingga panas banyak keluar dari tubuh.

Efek analgetik timbul karena mempengaruhi baik di hipotalamus atau di tempat cedera. Respon terhadap cedera umumnya berupa inflamasi, udem, serta pelepasan zat aktif seperti brandikinin, PG dan histamin. PG dan brandikinin menstimulasi ujung saraf perifer dengan membawa impuls nyeri ke SSP. AINS dapat menghambat sintesis PG dan brandikinin sehingga menghambat terjadinya perangsangan reseptor nyeri. Obat-obat yang banyak digunakan sebagai analgetik dan antipiretik adalah golongan salisilat dan asetominafin (parasetamol).


(79)

2.3.4 Efek Sampingan

a) gangguan salauran cerna

Selain menimbulkan demam dan nyeri, ternyata prostaglandin ber peran melindungi saluran cerna. Senyawa ini dapat menghambat pengeluaran asam lambung dan mengeluarkan cairan (mukus) sehingga mengakibatkan dinding saluran cerna rentan terluka karena sifat asam lambung yang bisa merusak.

b) gangguan hati

Obat yang dapat menimbulkan gangguan hepar adalah parasetamol. Untuk penderita gangguan hati disarankan mengganti dengan obat lain.

c) gangguan ginjal.

Hambatan pembentukan prostaglandin juga bisa berdampak pada ginjal. Karena prostaglandin berperan homestasis di ginjal. Jika pembentukan terganggu, terjadi gangguan homeostasis.

d) reaksi alergi

Penggunaan obat aspirin dapat menimbulkan reaksi alergi yang berupa rhinitis vasomotor, asma bronkial hingga mengakibatkan syok.


(80)

2.3.5 Contoh Obat

2.3.5.1 Parasetamol/Asetaminophen

a) Struktur kimia

Gambar 2.3.5.1 Struktur Kimia Parasetamol

b) Nama dagang : Sanmol, Pamol, Panadol, Panamax

c) Sifat fisiokimia : warna putih, serbuk kristal, agak pahit

d) Sediaan :

tablet : 80mg(chewable), 160mg(oral-disintegrating), 325mg, 500mg, 650mg

caplet : 325mg, 500mg, 650mg

capsule : 500mg

gelcap/geltab : 500mg

oral solution/suspension : 160mg/5mL, 80mg/0.8mL(oral drops) liquid oral : 500mg/5mL, 160mg/15mL, 500mg/15mL

sirup oral : 160mg/5mL

e) Cara pemberian :

<1 tahun : ½-1 sendok teh atau 60-120 mg tiap 4-6 jam 1-5 tahun : 1-2 sendok teh atau 120-250 mg tiap 4-6 jam 6-12 tahun : 2-4 sendok teh atau 250-500 mg tiap 4-6 jam diatas 12 tahun : ½-1 gram tiap 4 jam, maksimum 4g per hari f) Dosis maximum dalam sehari : dosis kumulatif tidak lebih dari 4g/hari


(1)

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 71

6.1 Kesimpulan... 71

6.2 Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA... 72


(2)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Zat-zat yang Timbul akibat Nyeri 9

2.2-1 Skala FLACC 14

2.2-2 Skala Behaviour Pain Scale 16

2.4-1 Skala Koma Glasgow 40

5.1.2-1 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Riwayat Nyeri

55

5.1.2-2 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Penyebab Nyeri

56

5.1.2-3 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Keparahan Nyeri Sebelum Pemberian Obat Analgetik

56

5.1.2-4 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Nama Sediaan menurut Keterangan Petugas Kesehatan

57

5.1.2-5 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Analgetik

58

5.1.2-6 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pengetahuan Pasien Tentang Jenis Analgetik Diberi

58

5.1.2-7 Distribusi Kesesuaian Penggunaan Obat Analgetik Dengan Tingakat Keparahan Nyeri Berdasarkan Gambar 2,5,3-2 WHO Three Step Ladder of WHO


(3)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.2-1 Verbal Rating Scale (VRS) 11

2.2-2 Numerical Rating Scale (NRS) 12

2.2-3 Visual Analogue Scale (VAS) 13

2.2-4 Wong-Baker Faces Pain Rating Scale 15

2.3.3 Metabolik asid arachidonik 19

2.3.5.1 Struktur Kimia Parasetamol 21

2.3.5.2 Struktur Kimis Ketorolak 23

2.3.5.3 Struktur Kimia Morfin 25

2.4.4.1-1 Efek daripada Trauma Kepala 30

2.4.4.1-2 Patofisiologi Trauma Kepala 31

2.4.4.3 Regio Abdomen 34

2.4.4.4.1 Mekanisme Kerusakan Primer 36

2.4.4.4.2 Mekanisme Kerusakan Sekunder 37


(4)

5.1 Carta Bar Distribusi Penyebab Nyeri berdasarkan Nama Sediaan

59

5.2 Carta Bar Distribusi Keparahan Nyeri berdasarkan Nama Sediaan

61

5.3 Carta Bar Distribusi Jenis Analgetik berdasarkan Nama Sediaan

63

5.4 Carta Bar Distribusi Kesesuaian WHO berdasarkan Nama Sediaan

64

5.5 Carta Bar Distribusi Kesesuaian WHO berdasarkan Jenis Analgetik


(5)

DAFTAR SINGKATAN

RSUP Rumah Sakit Umum Pusat IGD Instalasi Gawat Darurat

NSAIDs Non-Steroids Anti-Inflammatory Drugs VAS Visual Analogue Scale


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Riwayat Hidup Lampiran 2 Lembar Penjelasan Lampiran 3 Informed Consent

Lampiran 4 Universal Assessment Tool Lampiran 5 Lembar Kuesioner

Lampiran 6 Izin Survei Awal MEU

Lampiran 7 Izin Survei Awal RSUP. Haji Adam Malik Lampiran 8 Persetujuan Komisi Etik

Lampiran 9 Izin Penelitian MEU Lampiran 10 Izin Pengambilan Data KTI

Lampiran 11 Izin Penelitian RSUP. Haji Adam Malik Lampiran 12 Data Induk

Lampiran 13 Output SPSS