5.2 Pembahasaan
Dari hasil penelitian, sebanyak 70 orang responden telah diwawancara tentang keparahan nyeri berdasarkan skala nyeri, 24,3 responden mengalami
nyeri ringan, 31,4 mengalami nyeri sedang dan 44,3 mengalami nyeri berat. Pasien yang mengalami nyeri ringan sebanyak 17 orang 24,3, diberi analgetik
jenis non-opioids 2 orang 2,9, NSAIDs 7 orang 10,0, non-NSAIDs 1 orang ,14 dan non analgetik 7 orang 10,0. Dari 22 orang 31,4 pasien
yang mengalami nyeri sedang, jenis analgetik yang diberi adalah 1 orang 1,4 untuk opioids, 3 orang 4,3 untuk non-opioids, 9 orang 12,9 NSAIDs, 1
orang untuk non-NSAIDs dan 8 orang 11.4 untuk non-analgetik. Dari 31 orang 44,3 pasien mengalami nyeri berat, jenis analgetik diberi adalah
golongan opioids 12 orang 17,1, non-opioids 1 orang 1,14, NSAIDS 12 orang 17,1 dan non-analgetik sebanyak 6 orang 8,6.
Bardasarkan Gambar 2.5.3-2 WHO Three Step Ladderof WHO, golongan obat analgetik yang harus diberi untuk pasien trauma nyeri ringan adalah non-
opioids atau adjuvant. Pasien trauma dengan nyeri sedang adalah campuran non- opioids dan adjuvants atau NSAIDs. Pasien trauma dengan nyeri berat pula diberi
golongan obat analgetik opioids dengan non-opioids atau adjuvant. Kesesuaian pemberian obat kepada pasien dilihat dari data kuisener pemberian jenis analgetik
berdasarkan keparahan nyeri yang diperoleh melelui penelitian. Data yang diperoleh menyatakan bahawa ada hubungan anatara keparahan nyeri dengan
jenis analgetik p0,000. Untuk mengetahui kesesuaian pemberian analgetik kepada pasien, data
pemberian jenis analgetik berdasarkan keparahan nyeri pasien dirujuk kepada Gambar 2.5.3-2 WHO Three Step Ladderof WHO. Jumlah responden yang diberi
obat analgetik yang sesuai berdasarkan WHO Three Step Ladder of WHO adalah 21 orang 30,0 manakala jumlah responden yang diberi obat analgetik yang
tidak sesuai berdasarkan WHO Three Step Ladder adalah 49 orang 70,0. Contoh yang paling jelas adalah untuk meredakan atau menghilangkan rasa nyeri,
Universitas Sumatera Utara
ada juga pasien diberi pengobatan non-analgetik, seperti Ciprofloxacin sebanyak 10 orang 14,3 dan Ranitidin sebanyak 11 orang 15,7. Pengobatan ini tidak
sesuai sama sekali untuk diberi kepada pasien yang mengalami nyeri karena Ciprofloxacin merupakan obat golongan antibiotik manakala, Ranitidin
merupakan obat golongan anti-histamin reseptor 2. Naman obat golongan ini masih diberi kepada pasien yang mengalami nyeri.
Universitas Sumatera Utara
5.3 Keterbatasan Penelitian 5.3.1 Instrumen Penelitian