4. Pengelolaan kawasan ekonomi khusus
Dengan tumbuh dan berkembangnya suatu KEK di suatu daerah, akan selalu dikuti oleh pertumbuhan perekonomian di daerah sekitarnya, sehingga
sektor perekonomian lainnya akan ikut bergerak dan bergairah. Harus diakui bahwa ada potential loss dari ditetapkannya KEK di suatu wilayah, berupa
hilangnya penerimaan pajak-pajak sebagai berikut: a.
Pajak Pertambahan Nilai PPN; b.
Pajak Penjualan Barang Mewah PPnBM; c.
Bea Masuk BM atas barang konsumsi dan Barang Mewah. Namun demikian, potensi perolehan potential again dari ditetapkannya
KEK pada satu wilayah jauh melebihi yang potensi kehilangan potential lost, berupa:
106
a. Peningkatan pendapatan masyarakat;
b. Pajak terutama PPh;
c. Pajak Langsung;
d. Pajak Tidak Langsung;
e. Lapangan Kerja.
Dalam hal ini, pengelolaan Kawasan Ekonomi Khusus dilakukan oleh Administrator dan Badan Usaha Pengelola.
a. Administrator
Untuk pembentukan administrator dibentuk oleh Dewan Kawasan, dimana administrator ini mempunyai tugas sebagai berikut:
107
106
Nada Faza Soraya, Op-Cit, hlm. 84.
Universitas Sumatera Utara
1 Memberikan izin usaha dan izin lain yang diperlukan bagi Pelaku
Usaha untuk mendirikan, menjalankan, dan mengembangkan usaha di KEK.
2 Melakukan pengawasan dan pengendalian operasionalisasi KEK yang
dilakukan oleh Badan Usaha pengelola KEK. 3
Menyampaikan laporan operasionalisasi KEK secara berkala dan insidental kepada Dewan Kawasan.
Untuk pelaksanaan pemberian izin dilakukan melalui PTSP sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dibidang penanam modal.
108
Pelayan Terpadu Satu Pintu di Kawasan Ekonomi Khusus atau yang disingkat PTSP
adalah kegiatan penyelenggaraan suatu perizinan fasilitas, dan kemudahan yang mendapat pendelegasian wewenang dari lembaga atau instansi yang memiliki
kewenangan perizinan, fasilitas dan kemudahan yang proses pengelolaannya dimulai dari tahap permohonan sampai dengan tahap terbitnya dokumen yang
dilakukan dalam satu tempat.
109
Peraturan mengenai PTSP adalah Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu di
Bidang Penanaman Modal dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu. Tujuan
Penyelenggaraan PTSP adalah
110
“meningkatkan kualitas layanan publik dan
107
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, Bab V, Pasal 43 ayat 3.
108
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, Bab V, Pasal 43 ayat 3.
109
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, Bab I, Pasal 1.
110
Republik Indonesia, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, Bab I, Pasal 2.
Universitas Sumatera Utara
memberikan akses yang lebih luas kepada masyarakat untuk memperoleh pelayanan publik”, dan agar pusat dan daerah bisa memberikan pelayanan kepada
investor dengan cepat, sehingga rentang waktu untuk mengurus perizinan tidak lama dan berbelit-belit.
111
Selain itu, tujuan dari PTST di bidang penanam modal adalah untuk membantu penanam modal dalam memproleh fasilitas fiskal,
insentif, kemudahan lainnya dan informasi mengenai penanaman modal, dengan cara mempercepat, menyederhanakan biaya pengurusan perizinan dan
nonperizinan. Kemudian, yang menjadi ruang lingkup PTSP adalah:
112
1 Pelayanan semua jenis perizinan penanaman modal termasuk penanam
modal dengan sekema kerjasama Pemerintah atau pemerintah daerah dengan badan usaha yang diperlukan untuk merealisasikan kegiatan
penanaman modal; 2
Pelayanan noperizinan penanaman modal termasuk penanaman modal dengan skema kerjasama Pemerintah atau pemerintah daerah dengan
badan usaha yang meliputi penerbitan rekomendasi, termasuk rekomendasi visa izin tinggal terbatas, pemberian fasilitas fiskal,
insentif kemudahan lainnya dan informasi mengenai penanaman modal;
3 Pelayanan pengadaan masyarakat atas hambatan pelayanan PTSP di
bidang penanam modal;
111
Budiman Ginting, “Kepastian Hukum dan Implikasinya Terhadap Pertumbuhan Investasi Di Indonesia”, Medan: Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam Bidang
Ilmu Hukum Investasi pada Fakultas Hukum, diucapkan di hadapan Rapat Terbuka Universitas Sumatera Utara, Gelanggang Mahasiswa, Kampus USU, 20 September 2008, hlm. 27.
112
Republik Indonesia, Peraturan Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanam Modal Nomor 6 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pelaksanaan, Pembinaan, Dan Pelaporan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Di Bidang Penanam Modal, Pasal 3.
Universitas Sumatera Utara
4 Pelayanan kemudahan pelaksanaan kegiatan penanaman modal,
termasuk memberikan bantun atau fasilitasi pelayanan perizinan dan nonperizinan yang terkait dengan pelaksanaan penanaman modal.
Kemudian, penyelenggaran PTSP di bidang penanam modal yang berada di daerah termasuk salah satunya adalah KEK.
113
Sehingga, Pelayanan Terpadu Satu Pintu ini, di dalam Kawasan Ekonomi Khusus diselenggarakan oleh
administrator, dimana dalam menyelenggarakan PTSP di Kawasan Ekonomi Khusus administrator mendapat Pendelegasian wewenang dari menterikepala
lembaga pemerintah non kementerian, gubernur, atau bupatiwalikota yang memiliki kewenangan perizinan, fasilitas, dan kemudahan; dan menterikepala
lembaga pemerintah non kementerian, gubernur, atau bupatiwalikota yang berwenang mengeluarkan perizinan, fasilitas, dan kemudahan KEK dapat
menunjuk Penghubung dengan Administrator. Kemudian, pendelegasian wewenang ditetapkan melalui Peraturan menterikepala lembaga pemerintah non
kementerian, gubernur, atau bupatiwalikota. Dimana, administrator memberikan rekomendasi kepada menterikepala lembaga pemerintah non kementerian,
gubernur, atau bupatiwalikota untuk mendapatkan perizinan, fasilitas, dan kemudahan yang berdasarkan Undang-undang tidak didelegasikan. Penunjukan
Penghubung tersebut ditetapkan menterikepala lembaga pemerintah non kementerian, gubernur, atau bupatiwalikota.
114
113
Republik Indonesia, Peraturan Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanam Modal Nomor 6 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pelaksanaan, Pembinaan, Dan Pelaporan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Di Bidang Penanam Modal, Pasal 2.
114
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, Bab V, Pasal 44.
Universitas Sumatera Utara
Menterikepala lembaga pemerintah non kementerian, gubernur, atau bupatiwalikota yang memiliki kewenangan perizinan, fasilitas, dan kemudahan
menetapkann jenis-jenis perizinan, fasilitas, dan kemudahan untuk menyelenggarakan PTSP di KEK. Tata cara perizinan, fasilitas, dan kemudahan
untuk setiap jenis diatur oleh menterilembaga pemerintah non kementerian, gubernur, atau bupatiwalikota yang memiliki kewenangan tersebut dalam bentuk
petunjuk teknis yang meliputi: 1
Persyaratan teknis dan nonteknis; 2
Tahapan memproleh perizinan, fasilitas, dan kemudahan; dan 3
Mekanisme pengawasan dan sanksi. Tata cara perizinan, fasilitas, dan kemudahan mengutamakan
penyederhanaan tanpa mengurangi faktor keselamatan, kemanan, kesehatan, dan perlindungan lingkungan dan kegiatan penanam modal, mengacu kepada standar
yang ditetapkan oleh lembagainstansi yang berwenang. Dalam menetapkan jenis dan tata cara perizinan, fasilitas, dan kemudahan menterikepala lembaga
pemerintah non kementerian, gubernur, atau bupatiwalikota berkoordinasi dengan lembagainstansi terkait.
115
Pelaksanaan dan pembinaan PTSP di Kawasan Ekonomi Khusus dilakukan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
di bidang penanam modal.
116
b. Badan usaha pengelola kawasan ekonomi khusus
115
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, Bab V, Pasal 45.
116
Penanam Modal adalah segala bentuk kegiatan menanamkan modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wialyah
Negara Republik Indonesia. Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Bab I, Pasal 1 angka 1.
Universitas Sumatera Utara
Badan Usaha pengelola KEK bertugas menyelenggarakan kegiatan usaha KEK, hal ini diatur dalam Pasal 47 Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2012.
Badan Usaha Pengelola Kawasan Ekonomi Khusus yang untuk menyelenggarakan KEK, terdiri dari 5 lima bentuk dimana terdiri dari Badan
Usaha Milik NegaraBadan Usaha Milik Daerah, Badan Usaha Koperasi, Badan Usaha Swasta, dan Badan Usaha patungan antara swasta danatau koperasi dengan
Pemerintah, pemerintah provinsi, danatau pemerintah kabupatenkota.
117
Ketentuan Pasal 48 dan Pasal 49 yang dulunya terdapat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi
Khusus kini telah diubah. Dimana, perubahan Pasal tersebut sekarang terdapat dalam Pasal 48 dan Pasal 49 Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2012
tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus.
5. Evaluasi pengelolaan kawasan ekonomi khusus Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 mengatur tentang
evaluasi pengelolaan Kawasan Ekonomi Khusus dari Pasal 50 sampai dengan Pasal 53. Namun, pada Pasal 52 dan Pasal 53 diubah, disisipkan dan ditambah
sehingga terdapat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2012. Pasal 50 menyebutkan sebagai berikut:
118
1 Berdasarkan laporan dari Administrator sebagaimana dimaksud dalam
pasal 43 ayat 2 huruf c, Dewan Kawasan melakukan evaluasi pengelolaan KEK.
117
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, Bab V, Pasal 47.
118
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi
Khusus, Bab VI, Pasal 50.
Universitas Sumatera Utara
2 Hasil evaluaasi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 disampaikan
kepada: a.
Administrator; dan b.
Dewan Nasional. Pasal 50 diatas, berkaitan dengan administrator yang menyampaikan
laporan operasionalisasi Kawasan Ekonomi Khusus secara berkala dan insidental kepada Dewan Kawasan. Kemudian, berdasarkan laporan dari administrataor
tersebut, Dewan Kawasan melakukan evaluasi dalam hal pengelolaan Kawasan Ekonomi Khusus. Selanjutnya, hasil evaluasi tersebut disampaikan kepada
administrator dan Dewan Nasional. Pasal 51 menyebutkan sebagai berikut:
119
“Administrator mengunakan hasil evaluasi Dewan Kawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 untuk melakukan pengendalian operasionalilasi KEK”.
Setelah hasil evaluasi tersebut disampaikan, administrator menggunakan hasil evaluasi Dewan Kawasan untuk melakukan pengendalian operasionalisasi
Kawasan Ekonomi Khusus. Ketentuan Pasal 52 diubah dan disisipkan 1 satu ayat menjadi ayat 3a
sehingga berbunyi sebagai berikut:
120
1 Berdasarkan hasil evaluasi Dewan Kawasan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 50, Dewan Nasional melakukan penilaian terhadap operasionalisasi KEK.
2 Berdasarkan penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat 1, Dewan
Nasional dapat: a.
Memberikan arahan kepada Dewan Kawasan untuk peningkatan kinerja operasionalisasi KEK;
119
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi
Khusus, Bab VI, Pasal 51.
120
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi
Khusus, Bab VI, Pasal 52.
Universitas Sumatera Utara
b. Melakukan pemantauan terhadap operasionalisasi KEK; danatau
c. Memberikan rekomendasi mengenai langkah tindak lanjut
operasionalisasi KEK berupa : 1.
Pemutusan perjanjian pengelolaan KEK dalam hal Badan Usaha pengelola ditetapkan sesuai dengan ketentuan Pasal 47
ayat 3; 2.
Perbaikan manajemen operasional KEK dalam hak Badan Usaha pengelola merupakan Badan Usaha pengusul
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat 2 atau Badan Usaha yang melakukan kerjasama antara pemerintah dan Badan
Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat 2, Pasal 34A ayat 2, dan Pasal 34B ayat 2; atau
3. Pengusulan pencabutan penetapan KEK.
3 Rekomendasi pemutusan perjanjian pengelolaan KEK sebagaimana
dimaksud pada ayat 2 huruf c angka 1 disampaikan oleh Dewan Nasional kepada Dewan Kawasan, apabila Badan Usaha pengelola :
a. Tidak memenuhi standar kinerja pelayanan;
b. Dinyatakan pailit;
c. Melakukan kegiatan yang menyimpang dari izin usaha dan izin lain
yang diberikan; danatau d.
Mengajukan permohonan pemberhentian sebagai Badan Usaha pengelola KEK.
3aRekomendasi perbaikan manajemen operasional KEK sebagaimana dimaksud pada ayat 2 huruf c angka 2 disampaikan oleh Dewan
Nasional kepada Dewan Kawasan, apabila Badan Usaha pengelola : a.
Tidak memenuhi standar kinerja pelayanan; danatau b.
Melakukan kegiatan yang menyimpang dari izin usaha dan izin lain yang diberikan.
4. Rekomendasi pencabutan penetapan KEK sebagaimana dimaksud
pada ayat 2 huruf c angka 3 disampaikan oleh Dewan Nasional kepada Presiden apabila dalam pengoperasian KEK :
a. Tidak dilakukan perbaikan kinerja setelah dilakukan langkah-
langkah sebagaimana dimaksud pada ayat 3 atau ayat 3a; b.
Terjadi dampak negatif skala luas terdapat lingkungan disekitarnya;
c. Menimbulkan gejolak sosial ekonomi bagi masyarakat di
sekitarnya; danatau d.
Terjadi pelanggaran hukum di KEK. Penjabaran mengenai pasal diatas yaitu, tentang hasil evaluasi Dewan
Kawasan yang disampaikan kepada Dewan Nasional, lalu Dewan Nasional melakukan penilaian terhadap operasionalisasi KEK. Dimana, penilaian yang
dilakukan oleh Dewan Nasional tersebut dapat berupa ; Pertama, memberikan
Universitas Sumatera Utara
arahan kepada Dewan Kawasan untuk peningkatan kinerja operasionalisasi Kawasan Ekonomi Khusus. Kedua, melakukan pemantauan terhadap
operasionalisasi Kawasan Ekonomi Khusus. Ketiga, memberikan rekomendasi mengenai langkah tindak lanjut operasionalisasi KEK yang berupa pemutusan
perjanjian pengelolaan Kawasan Ekonomi Khusus, perbaikan manajemen operasionalisasi Kawasan Ekonomi Khusus dan yang terakhir adalah pengusulan
pencabutan penetapan Kawasan Ekonomi Khusus. Ketentuan Pasal 53 ayat 3 diubah dan ditambah satu ayat yakni ayat 4
sehingga berbunyi sebagai berikut:
121
1 Apabila status Badan Usaha pengelola dicabut, pemerintah provinsi,
pemerintah kabupatenkota, atau kementerianlembaga pemerintah non kementerian melakukan proses penetapan Badan Usaha pengelola yang
baru dalam waktu paling lama 30 tiga puluh hari kerja setelah pencabutan Badan Usaha pengelola.
2 Selama jangka waktu paling lama 30 tiga puluh hari kerja
sebagaimana dimaksud pada ayat 1, pengelolaan KEK sementara dilakukan oleh pemerintah provinsilembaga pemerintah non
kementerian sampai dengan penetapan Badan Usaha pengelola yang baru.
3 Dalam hal status Badan Usaha pengelola dicabut, pemerintah provinsi,
pemerintah kabupatenkota, atau kementerianlembaga pemerintah non kementerian melakukan proses pentetapan Badan Usaha pengelola
yang baru sesuai dengan ketentuan sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Pemerintah ini.
4 Selama belum ditetapkannya Badan Usaha pengelola yang baru
sebagaimana dimaksud pada ayat 1, pengelolaan KEK dilakukan oleh Administrator.
Penjabaran Pasal 53 ayat 3 yaitu, apabila telah dicabutnya status badan usaha pengelola oleh pemerintah provinsi, pemerintah kabupatenkota atau
kementerianlembaga pemerintah non kementerian maka harus melakukan proses
121
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi
Khusus, Bab VI, Pasal 53.
Universitas Sumatera Utara
penetapan badan usaha pengelola yang baru dalam jangka waktu paling lama 30 tiga puluh hari kerja setelah pencabutan badan usaha pengelola tersebut.
Selanjutnya selama menunggu 30 tiga puluh hari kerja tersebut, pengelolaan Kawasan Ekonomi Khusus sementara dilakukan oleh pemerintah
provinsilembaga pemerintah non kementerian sampai dengan penetapan badan usaha pengelola yang baru. Kemudian, untuk stuatus badan usaha pengelola yang
telah dicabut itu, maka pemerintah melakukan proses penetapan badan usaha pengelola yang baru sesuai dengan ketentuan lampiran Peraturan Pemerintah
Nomor 100 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus. Namun, apabila
belum ditetapkan badan usaha pengelola yang baru maka pengelolaan Kawasan Ekonomi Khusus dilakukan oleh administrator.
Universitas Sumatera Utara
BAB III KEWAJIBAN BADAN USAHA PENGELOLA DALAM MENGELOLA
KAWASAN EKONOMI KHUSUS A.
Bentuk Badan Usaha Pengelola Berbadan Hukum yang dapat Mengelola Kawasan Ekonomi Khusus
Pemerintah memberikan keleluasan bagi dunia usaha baik swasta, koperasi
122
, BUMN
123
, BUMD atau perusahaan patungan untuk membangun sekaligus langsung mengelola Kawasan Ekonomi Khusus KEK. Keleluasaan ini
tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 100 tahun 2012 yang ditandatangani oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 3 Desember 2012 lalu.
124
Selanjutnya untuk penetapan badan usaha pengelola diatur sebagai berikut:
125
1 Penetapan Badan Usaha pengelola dilakukan oleh pemerintah
kabupatenkota, pemerintah provinsi, dan kementerianlembaga pemerintah non kementerian sesuai dengan kewenangannya dengan
berpedoman pada: a.
Ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pengelolaan barang milik Negaradaerah; atau
122
Koperasi sebagai suatu usaha bersama, harus mencerminkan ketentuan-ketentuan seperti lazimnya dalam suatu kehidupan keluarga bahwa segala sesuatu yang dikerjakan secara
bersama-sama adalah ditujukan untuk kepentingan bersama seluruh anggota keluarga. Usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan ini biasanya disebut dengan istilah gotong-royong yang
mencerminkan semangat kebersamaan. R.T. Sutantya Rahardja Hadhikusuma, Hukum Koperasi Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001, hlm. 1.
123
Menurut Undang-Undang nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, BUMN merupakan badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimilki oleh negara
melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. BUMN berdasarkan sektornya di bagi menjadi 13 bagian, yaitu : 1. Perikanan, kehutanan dan pertanian; 2.
Pertambangan dan penggalian; 3. Industri pengelolaan; 4. Pengadaan listrik, gas, uapair panas dan udara dingin. 5. Pengadaan air, pengelolaan sampah, dan daur ulang, pembuangan pembersihan
limbah dan sampah; 6. Konstruksi; 7. Perdagangan besar dan eceran, reparasi dan perawatan mobil dan motor; 8. Transportasi dan pergudangan; 9. Penyediaan akomodasi dan makan minu; 10.
Informasi dan komunikasi; 11. Jasa keuangan dan asuransi; 12. Real estate; 13. Jasa prfesional, ilmiah dan teknis. Kementerian BUMN, “Daftar BUMN”, daftar BUMN.Kementerian BUMN.
diakses tanggal 8 Januari 2014.
124
Pusdatin, “Kini Swasta Bisa Langsung Bangun dan Kelola Kawasan Ekonomi Khusus”,
http:www.setkab.go.idberita-6852 -kini -swasta-bisa-langsung-bangun-dan-kelola- kawasan-ekonomi-khusus.html
diakses tanggal 8 Januari 2014.
125
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi
Khusus, Bab V, Pasal 48.
Universitas Sumatera Utara
b. Ketentuan sebagaimana tercantum dalam lampiran Peraturan
Pemerintahan ini. 2
Dalam hal barang milik Negaradaerah berupa KEK sebagaimana dimaksud pada ayat 1 pengelolaannya akan dilakukan oleh Badan
Usaha Milik NegaraBadan Usaha Milik Daerah, dapat dilakukan dengan mekanisme penyertaan modal Negaradaerah kepada suatu
Badan Usaha Milik NegaraBadan Usaha Milik Daerah.
Maksud dari pasal diatas adalah, untuk penetapan badan usaha pengelola dilakukan oleh 3 tiga bidang. Dimana, 3 tiga bidang tersebut adalah
pemerintah kabupatenkota, pemerintah provinsi dan kementerianlembaga pemerintah non kementerian sesuai dengan kewenangan masing-masing.
Kemudian, untuk penetapannya harus dilakukan berdasarkan pedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai barang milik Negaradaerah
atau berpedoman pada ketentuan yang terdapat dalam Lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus. Kemudian, untuk barang milik Negaradaerah yang berada di dalam wilayah
Kawasan Ekonomi Khusus maka pengelolaannya harus dilakukan oleh badan usaha milik Negarabadan usaha milik daerah. Yang dapat dilakukan dengan
mekanisme penyertaan modal, misalnya Badan Usaha Milik Negara yang ditetapkan sebagai badan usaha pengelola KEK, maka modalnya berdasarkan
penyertaan modal Negara kepada BUMN yang akan mengelola Kawasan Ekonomi Khusus. Begitu juga dengan Badan Usaha Milik Daerah, yang modalnya
berdasarkan penyertaan modal daerah kepada BUMD yang akan mengelola Kawasan Ekonomi Khusus.
Universitas Sumatera Utara
Barang milik Negara adalah semua barang yang dibeli atau diproleh atas beban dari APBN atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.
126
Sedangkan, barang milik daerah adalah semua barang yang dibeli atau diproleh atas beban
APBD atau berasal dari perolehan yang sah.
127
Kemudian, barang milik Negaradaerah meliputi:
128
a. Barang yang dibeli atau diproleh atas beban APBN atau APBD
b. Barang yang berasal dari perolehan lainnya yang sah, misalnya yaitu :
1 Barang yang diproleh dari hibahsumbangan atau yang sejenis;
2 Barang yang diproleh sebagai pelaksanaan dari perjanjiankontrak;
3 Barang yang diproleh berdasarkan ketentuan Undang-Undang; atau
4 Barang yang diproleh berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memproleh kekuatan hukum yang tetap. Mengenai ruang lingkup pengelolaan barang milik Negaradaerah dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik NegaraDaerah meliputi : perencanaan kebutuhan dan penganggaran, pengadaan,
penggunaan, pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan, penilaian, penghapusan, pemindahtanganan, penatausahaan, pembinaan, pengawasan dan
pengendalian.
129
126
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik NegaraDaerah, Bab I, Pasal 1 angka 1.
127
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik NegaraDaerah, Bab I, Pasal 1 angka 2.
128
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik NegaraDaerah, Bab I, Pasal 2.
129
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik NegaraDaerah. Konsiderans Penjelasan Gambaran Umum.
Universitas Sumatera Utara
Kemudian, Pasal 49 Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang
Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, yaitu:
130
1 Badan Usaha pengelola sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 ayat
1 melakukan pengelolaan KEK berdasarkan perjanjian pengelolaan KEK yang ditandatangani bersama antara Badan Usaha dengan
pemerintah kabupatenkota, pemerintah provinsi, atau kementerianlembaga pemerintah non kementerian sesuai dengan
kewenangannya.
2 Perjanjian sebagaimana dimaksud pada ayat 1 paling sedikit memuat:
a. Lingkup pekerjaan;
b. Jangka waktu;
c. Standar kinerja pelayanan;
d. Sanksi;
e. Pelaksanaan pelayanan KEK dalam hal terjadi sengketa;
f. Pemutusan perjanjian oleh pemerintah kabupatenkota, pemerintah
provinsi, atau kementerianlembaga pemeritah non kementerian dalam hal tertentu;
g. Manajemen operasional KEK;
h. Pengakhiran perjanjian;
i. Pertanggungjawaban terhadap barang milik Negaradaerah;
j. Serah terima aset atau infrastruktur oleh Badan Usaha pengelola
kepada kementerianlembaga pemerintah non kementerian, pemerintah provinsi, atau pemerintah kabupatenkota setelah
kerjasama pengelolaan berakhir, dan
k. Kesanggupan penyediaan ruang kantor untuk kegiatan pelayanan
kepabeanan dan cukai. 3
Dalam hal pengelolaan KEK dilakukan oleh Badan Usaha Milik NegaraBadan Usaha Milik Daerah yang dilakukan dengan mekanisme
penyertaan modal Negaradaerah kepada suatu Badan Usaha Milik NegaraBadan Usaha Milik Daerah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 48 ayat 2, pengelolaan KEK tidak memerlukan perjanjian pengelolaan KEK sebagaimana dimaksud pada ayat 1.
130
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi
Khusus, Bab V, Pasal 49. Untuk Pasal 48 ayat 1 bahwa, penetapan badan usaha pengelola dilakukan oleh pemerintah
provinsi, pemerintah kabupatenkota dan kementerianlembaga pemerintah nonkementerian yang harus sesuai dengan dengan kewenangan dan berpedoman pada peraturan perundang-undangan
tentang pengelolaan barang milik Negaradaerah atau berpedoman pada lampiran peraturan pemerintah, dalam Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2012 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, Bab V, Pasal 48 ayat 1.
Universitas Sumatera Utara
Maksud yang terkandung dalam Pasal 49 Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun
2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus yaitu, apabila pengelolaan Kawasan Ekonomi Khusus dilakukan oleh Badan Usaha Milik
Negara BUMN atau Badan Usaha Milik Daerah BUMD maka mekanisme penyertaan modalnya berasal dari Negara atau berasal dari modal daerah, dan
untuk pengelolaan Kawasan Ekonomi Khusus tersebut tidak memerlukan perjanjian sebagaimana mestinya. Hal ini disebabkan, karena badan usaha yang
akan mengelola Kawasan Ekonomi Khusus tersebut merupakan bagian dari pemerintah, dan telah ditandatangani secara bersama antara pemerintah provinsi,
pemerintah kabupatenkota atau kementerianlembaga pemerintah non kementerian.
B. Tata Cara Penetapan Badan Usaha Pengelola Kawasan Ekonomi Khusus