Kualitas tidur pada Klien rheumatoid arthritis Faktor gangguan tidur pada rheumatoid arthritis 1 Faktor fisik

beberapa pasien mungkin memerlukan dosis yang lebih tinggi. Pengurangan dosis tepat waktu dan penghentian obat merupakan hal penting terkait dengan efek samping penggunaan steroid jangka panjang. NSAID. NSAID mengganggu sintesis prostaglandin melalui penghambatan enzim siklooksigenase COX sehingga mengurangi pembengkakan dan rasa sakit. Namun, mereka tidak menghambat kerusakan sendi dan oleh karena itu tidak cukup untuk mengobati rheumatoid arthritis ketika digunakan sendiri. Serupa dengan glukokortikoid, mereka dapat dikurangi dalam dosis atau dihentikan dengan terapi DMARD sukses. Analgesik. Seperti asetaminofenparasetmol, tramadol, kodein, opiat, dan berbagi obat analgesik lainnya juga dapat digunakan untuk mengurangi rasa sakit. Agen ini tidak mengobati kerusakan bengkak atau sendi.

4. Kualitas tidur pada Klien rheumatoid arthritis

Menurut Buysse et al 2000, kualitas tidur dapat dinilai dengan melihat masa laten tidur, lama waktu tidur, efisiensi kebiasaan tidur, gangguan tidur, penggunaan obat tidur, gangguan di siang hari, dan kualitas tidur umum. Gejala-gejala yang biasa dialami penderita rheumatoid arthritis seperti nyeri, mudah lelah, fibrosistis dan sukar tidur dapat membangunkan penderita dari tidurnya sehingga penderia tidak mendapatkan tidur yang cukup yang nantinya akan berdampak pada aktivitas di keesokan harinya Potter Perry, 2005. Kualitas tidur yang buruk dapat memberikan dampak negatif pada kesehatan tubuh. Seperti yang dikutip dari Times of India, para peneliti menemukan bahwa kualitas tidur yang tidak baik berhubungan dengan Universitas Sumatera Utara meningkatnya gejala depresi, persepsi rasa sakit yang lebih besar dan sering merasa lelah. Yang paling mengerikan, kualitas tidur yang buruk juga bisa memberikan risiko cacat fungsional yang lebih besar terhadap penderita artritis reumatoid atau Rheumatoid Arthritis RA. 5. Faktor gangguan tidur pada rheumatoid arthritis 5.1 Faktor fisik Keadaan sakit mejadikan seseorang kurang tidur, bahkan tidak bisa tidur. Setiap penyakit menyebabkan nyeri, ketidaknyamanan fisik, atau masalah suasana hati. Seperti kecemasan, atau depresi dapat menyebakan masalah tidur. Penderita rheumatoid arthritis pada umumnya mengalami nyeri selain itu penderita juga mudah lelah, fibrosistis dan sukar tidur Carpenito 1995. Gejala-gejala tersebut dapat menggangu tidur seseorang. Nyeri. Hal ini sering terjadi pada klien dengan rheumatoid arthritis. Doenges, 2000. Pada klien rheumatoid arthritis, nyeri biasanya dikarenaan oleh manifestasi klinis yang dialami oleh pasien. Nyeri dapat menyebabkan gangguan tidur dan apabila nyeri semakin parah maka akan semakin parah pula tingkat tidurnya. Gelisah. Martin 2000 menyatakan bahwa kesulitan tidur dapat menyebabkan berbagai gangguan tidur dan ia juga menambahkan bahwa orang yang kesulitan tidur biasanya tidak mendapatkan tidur yang cukup sehingga akan mempengaruhi aktivitasnya di pagi hari. Universitas Sumatera Utara 1

Bab 1 Pendahuluan

1. Latar Belakang

Rheumatoid Arthritis adalah penyakit peradangan sistemis kronis yang tidak diketahui penyebabnya dengan manifestasi pada sendi perifer dengan pola simetris Helmi, 2013. Rheumatoid arthritis dapat terjadi pada semua umur dari kanak-kanak sampai usia lanjut dan gangguan rematik akan meningkat dengan meningkatnya umur. Felson, 1993, Soenarto dan Wardoyo, 1994. Lebih dari 355 juta orang di dunia ternyata menderita penyakit rematik. Itu berarti, diperkirakan angka ini terus meningkat hingga tahun 2025. Insidensi rheumatoid arthritis lebih banyak mengenai wanita dibanding pria dengan perbandingan 2-3:1. Organisasi kesehatan dunia WHO melaporkan bahwa 20, penduduk dunia terserang penyakit rheumatoid arthritis Wiyono, 2010. Prevalensi kasus rheumatoid arthritis di Indonesia berkisar 0,1 sampai dengan 0,3 sementara di Amerika mencapai 3 Nainggolan, 2009. Angka kejadian rheumatoid arthritis di Indonesia pada penduduk dewasa di atas 18 tahun berkisar 0,1 hingga 0,3. Pada anak dan remaja prevalensinya satu per 100.000 orang. Diperkirakan jumlah penderita rheumatoid arthritis di Indonesia 360.000 orang lebih. Hasil penelitian untuk wilayah Provinsi Sumatera Utara sebanyak 20,2. Jumlah penderita rheumatoid arthritis di Puskesmas Stabat pada tahun 2013 adalah 255 penderita. Penderita rheumatoid arthritis umumnya mengalami berbagai kondisi klinis ditandai dengan nyeri, deformitas, pembesaran sendi, dan hambatan gerak 1 Universitas Sumatera Utara