Kualitas tidur Klien dengan Rheumatoid Arthritis Kualitas Tidur

1.2 Kualitas tidur Klien dengan Rheumatoid Arthritis

Pada tabel 3 menampilkan distribusi frekuensi dan persentase deskripsi responden berdasarkan kualitas tidur klien dengan rheumatoid arthritis di Puskesmas Stabat Kabupaten Langkat. Hasil penelitian mengenai kualitas tidur menunjukkan bahwa responden yang menderita rheumatoid arthritis mengalami total jam tidur selama 5-6 jam 45, membutuhkan waktu untuk mulai tidur 60 menit 47, dan terbangun ketika tidur di malam hari 3-4 kali 63. Selain itu responden merasa sedikit mengantuk ketika responden bangun tidur di pagi hari 74, tidur dan kemudian terbangun saat tidur di malam hari 42, perasaan segar di pagi hari hanya sedang-sedang saja 60, dan merasa sedikit lemah atau lelah saat melakukan aktivitas di pagi hari 61. Tabel 3 Distribusi frekuensi dan persentase kualitas tidur klien dengan rheumatoid arthritis di Puskesmas Stabat N=38 Parameter Tidur Frekuensi Persentase Total jam tidur di malam hari 5 jam 5-6 jam 6-7 jam 7 jam Waktu yang dibutuhkan untuk tertidur 60 menit 31-60 menit 16-30 menit 15 menit Frekuensi terbangun 5 kali 3-4 kali 1-2 kali Tidak ada 7 17 4 10 18 11 4 5 1 24 7 6 18 45 11 26 47 29 11 13 3 63 18 16 Universitas Sumatera Utara

1.3 Faktor – Faktor Gangguan Tidur Klien dengan Rheumatoid Arthritis

1.3.1 Faktor Fisik

Pada tabel 4 menunjukkan hasil penelitian tentang faktor gangguan tidur secara fisik pada klien dengan rheumatoid arthritis di Puskesmas Stabat Kabupaten Langkat, yaitu terdapat 84 responden yang pernah mengalami nyeri, 78 responden yang pernah mengalami pusing, 84 responden yang pernah mengalami perasaan lelah, dan 78 responden yang pernah mengalami gelisah. Tabel 3 lanjutan Parameter Tidur Frekuensi Persentase Perasaan saat bangun pagi Sangat mengantuk Mengantuk Sedikit mengantuk Segar Kenyenyakan tidur di malam hari Sebentar-bentar terbangun Tidur dan kemudian terbangu Tidur tetapi tidak nyenyak Tidur sangat nyenyak Perasaan segar saat bangun pagi Sangat segar Sedang Cukup segar Tidak sama sekali Perasaan saat beraktivitas di pagi hari Sangat lemah atau sangat lelah Lemah atau lelah Sedikit lemah atau lelah Tidak lemah atau lelah 3 3 28 4 7 16 10 5 5 23 7 3 3 7 23 5 8 8 74 10 19 42 26 13 13 61 18 8 8 18 61 13 Universitas Sumatera Utara Tabel 4 Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan faktor gangguan tidur klien dengan rheumatoid arthritis di Puskesmas StabatN=38. Faktor Gangguan Tidur Faktor Fisik Pengalaman Ya n Tingkat Gangguan Tidur Tidak n Ringan n Sedang n Berat n Nyeri Pusing Perasaan lelah Gelisah 3284 3074 3284 3079 616 821 621 879 718 821 1129 821 1744 1847 1642 924 1437 513 1026 1437

1.3.2 Faktor Lingkungan

Pada tabel 5 menunjukkan hasil penelitian tentang faktor gangguan tidur secara lingkungan pada klien dengan rheumatoid arthris di Puskesmas Stabat Kabupaten Langkat, yaitu terdapat 76 responden yang pernah mengalami suara bising, 68 responden yang tidurnya berpengaruh dengan suhu yang terlalu dingin ataupun panas, 57 responden yang tidurnya berpengaruh pada cahaya lampu, 63 responden yang tidurnya berpengaruh pada ruang dan tempat tidur yang nyaman, 71 responden yang tidurnya berpengaruh pada ventilasi yang baik atau buruk, 89 responden yang tidurnya berpengaruh pada bau yang tidak nyaman di lingkungan rumah, dan 44 responden yang tidurnya berpengaruh pada jumlah teman kamar. Universitas Sumatera Utara Tabel 5 Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan faktor gangguan tidur klien dengan rheumatoid arthritis di Puskesmas Stabat N=38 2. Pembahasan Penelitian ini bertujuan untuk membahas hasil dari kualitas tidur dan gangguan tidur klien dengan rheumatoid arthritis di Puskesmas Stabat Kabupaten Langkat. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan jumlah responden 38 orang.

2.1 Kualitas Tidur

Hasil penelitian menunjukkan responden yang menderita rheumatoid arthritis mengalami total jam tidur selama 5-6 jam 45 sedangkan kebutuhan tidur normal rata-rata dewasa sehat membutuhkan waktu 7.5 jam untuk tidur setiap malam Ramadhani, 2014. Faktor Gangguan Tidur Faktor Lingkungan Pengalaman Ya n Tingkat Gangguan Tidur Tidak n Ringan n Sedang n Berat n Suara bising Suhu ruangan Cahaya lampu Ruangtempat tidur Ventilasi Bau ruangan Jumlah teman kamar 2976 2668 2258 2463 2771 3489 1745 924 1232 1642 1437 1129 410 2155 513 1026 821 718 1026 924 513 718 1232 718 924 924 718 513 1847 718 1026 1026 1129 1950 1232 Universitas Sumatera Utara Sleep latency paling banyak membutuhkan waktu tidur 60 menit sebanyak 18 orang 47. Sleep latency adalah lama waktu tidur yang dibutuhkan responden untuk jatuh tidur. Secara normal seseorang membutuhkan waktu untuk jatuh tidur sekitar 10-15 menit. Faktor yang mempengaruhi kualitas tidur seseorang adalah kondisi lingkungan dan kebiasaan sebelum tidur yang tidak sehat seperti: makan dan minum, merokok, mengkonsumsi alkohol akan mengganggu tidur seseorang yang bisa berdampak pada meningkatnya letensi tidur pada lansia Chayatin, 2007; Carole, 2008; Peters, 2009. Responden mengalami terbangun ketika tidur di malam hari 3-4 kali sebanyak 24 orang 63. Klien dengan rheumatoid arthritis mengalami gangguan tidur dikarenakan sering terbangun pada malam hari untuk ke kamar mandi, kondisi lingkungan yang tidak kondusif, dan nyeri akibat sakit fisik. Inkontinensia dikaitkan dengan penurunan otot kandung kemih sebagai akibat dari proses penuaan yang membuat seseorang sering terbangun pada malam hari untuk berkemih sehingga menyulitkan seseorang untuk kembali tidur Potter dan Perry, 2005. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa mayoritas responden merasa sedikit mengantuk saat bangun tidur 74, hal ini mengindikasikan bahwa sedikit mengantuk ketika bangun tidur di pagi hari dapat disebabkan peningkatan frekuensi terbangun saat tidur malam Miller, 1995. Laporan penelitian 42 responden mengeluh tidur dan kemudian terbangun. Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan yang menunjukkan bahwa seseorang yang mengalami rheumatoid arthritis akan mengalami sulit tidur Universitas Sumatera Utara dari gejala penyakit yang dialami seperti nyeri dan rasa tidak nyaman lingkungan tidur dapat membangunkan klien dari tidurnya Ekasari, 2011. Perasaan segar di pagi hari saat bangun tidur hanya sedang-sedang saja dinyatakan oleh klien 60, responden menyatakan sudah dapat beradaptasi dalam perubahan tidur sebagai dampak proses penuaan. Hasil penelitian ini sesuai dengan referensi Oliveira 2008 di Brazil bahwa kepuasaan tidur subjektif cukup segar dikarenakan terkadang individu bangun terlalu pagi, sebagai dampak dari gejala penyakit proses menua yang dialami. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden sedikit lemah atau lelah saat melakukan aktivitas di pagi hari 61. Hal ini sesuai dengan hasil studi sebelumnya yang menunjukkan bahwa seseorang yang tidak mendapatkan tidur cukup akan merasa kelelahan saat beraktivitas keesokan harinya Miller, 1995. 2.2 Gangguan Tidur 2.2.1 Faktor Fisik