Prinsip- prinsip Berbicara a. Berbicara sebagai Keterampilan Deskrit
10 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA Kelompok Kompetensi Profesional E
secara transaksional. Adapun berbicara berkategori interaksional, antara lain, berdiskusi dan bercakap-cakap.
Dalam praktiknya kedua tujuan itu kadang-kadang menjadi tidak jelas. Dalam kegiatan berwawancara, misalnya, seorang narasumber berkata-
kata kepada penanya. Di samping bertujuan untuk menyampaikan informasi, dia pun diharapkan dapat menjaga hubungan baik dengan
penanya. Dalam kegiatan tersebut, tujuan transaksional dan interaksional berbaur menjadi satu.
Berdasarkan isi yang disampaikannya, terdapat pembagian lain atas tujuan berbicara, yakni untuk menyampaikan pesan, perasaan,
harapan, serta ide ataupun pendapat, berkomunikasi. Namun, dari sekian itu, ada tiga tujuan umum berbicara, yakni sebagai berikut.
a. Menghibur Pembicara menuturkan berbagai hal yang ada pada dirinya dengan
tujuan untuk memberikan rasa senang ataupun suasana gembira pada orang lain. Untuk itu, penuturannya berisi humor-humor, kisah-kisah
jenaka, dongeng, cerita-cerita ringan, dan sejenisnya. Kegiatan seperti ini tidak hanya disampaikan oleh seorang pelawak ataupun juru
dongeng, dalam kehidupan sehari-hari pun pembicaraan yang menghubur
sering dilakukan
seseorang di
tengah-tengah pembicaraannya yang serius. Dengan cara demikian, suasana
berkomunikasi menjadi akrab dan menyenangkan. b. Menginformasikan
Tujuan berbicara seperti ini biasanya terjadi ketika seseorang ingin menjelaskan
suatu proses,
menguraikan, menafsirkan,
atau menginterpretasi suatu hal; atau memberi, menyebarkan, atau
menanamkan pengetahuan. Dalam tugas-tugas kesehariannya sebagai pengajar, pada umumnya guru lebih banyak berperan sebagai
penyampai informasi.
Seorang penyuluh
pertanian pun,
pembicaraannya berisi dengan penyampaikan informasi. Begitu juga dengan penyiar berita, isi pembicaraannya didominasi oleh informasi-
informasi yang dianggap penting bagi khalayak.
Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Profesional E 11
c. Menstimulasi Pembicaraan model ini biasanya dilakukan oleh tokoh masyarakat,
agama, ataupun aparat pemerintah. Isi pembicaraannya berisi materi- materi tentang pembentukan suatu sikap ataupun kesadaran untuk
berbuat sesuatu. Misalnya, tentang pentingnya toleransi, kejujuran, ketaqwaan, kesadaran membayar pajak. Pembicaraan seperti ini, juga
sering dilakukan guru untuk membentuk kesadaran pentingnya belajar, berprestasi, dan sikap-sikap pisitif lainnya. Sorang juru kampanye,
tukang obat, juru parkir, juga sales, pembicaraanya didominasi oleh nada-nada persuatif untuk membujuk orang lain supaya melakukan
sesuatu yang diinginkannya. Di luar tujuan-tujuan itu, seseorang berbicara dapat juga didasari oleh
kepentingan-kepentingan sosial. Seseorang karyawan terlibat di antara pembicaraan teman-temannya hanya untuk menjaga hubungan baik
dengan para koleganya itu. Hal serupa sering pula dilakukan di dalam perbincangan keluarga dan di tengah-tengah kehidupan masyarakat
pada umumnya. Keterlibatan seseorang di dalam konteks pembicaraan seperti itu sering kali didorong oleh keinginan untuk keingian untuk
menajalin silaturahim ataupun kewajiban-kewajiban sebagai anggota dari komunitas tertentu.
Aktualisasi dan ekspresi diri merupakan tujuan lainnya yang mendasari seseorang berbicara. Seorang siswa yang bericara kepada guru di
tengah-tengah diskusi kelompoknya, sering kali didasari oleh tujuan agar ia memperoleh pengakuan gurunya bahwa ia tahu atau bisa
menjawab suatu persoalan. Seorang petani bersenandung; itulah cara petani itu di dalam mengekspresikan diri bahwa dia sedang bergembira.
Seorang pelajar bertutur kata secara puitis; merupakan cara ekspresi remaja itu di dalam menyatakan kerinduannya pada seseorang.