Pajak Ekspor Kakao Penelitian Terdahulu

Jika dilihat dari segi kualitas, kakao Indonesia tidak kalah dengan kakao dunia bila dilakukan fermentasi dengan baik. Kakao Indonesia mempunyai kelebihan yaitu tidak mudah meleleh sehingga cocok bila dipakai sebagai bahan campuran industri hilir. Sehingga seharusnya peluang ekspor kakao Indonesia dalam bentuk olahan cukup terbuka. Dengan kata lain, potensi untuk menggunakan industri kakao sebagai salah satu pendorong pertumbuhan dan distribusi pendapatan cukup terbuka Departemen Perindustrian dan Perdagangan, 2007.

2.1.3 Harga Kakao

Harga kakao domestik mengikuti harga kakao internasional di bursa New York. Harga biji kering kakao domestik bergerak mengikuti fluktuasi harga kakao dunia walaupun arahnya tidak persis sama karena pengaruh nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Departemen Perindustrian dan Perdagangan, 2007. Peningkatan nilai ekspor kakao mungkin dilakukan karena harga dunia cenderung naik. Sehingga kesempatan untuk memetik keuntungan dari kenaikan harga atau kurangnya pasokan kakao dari negara lain seharusnya dapat dimanfaatkan secara maksimal. Namun karena berbagai kendala klasik seperti rendahnya kualitas, serangan hama, atau penyempitan lahan, kesempatan ini tidak dimanfaatkan dengan baik Departemen Perindustrian dan Perdagangan, 2007.

2.1.4 Pajak Ekspor Kakao

Pada awalnya, pemerintah memberlakukan PPN Pajak Pertambahan Nilai sebesar 10 dalam perdagangan biji kakao dalam negeri. PPN merupakan jenis pajak yang dikenakan terhadap barang yang mengalami pertambahan nilai. Akibat kebijakan ini, para pedagang lebih suka menjual kakao kakao keluar negeri sehingga industri 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD pengolahan kekurangan pasokan bahan baku. Hal ini menyebabkan banyak industri pengolahan yang menutup usahanya. Sehingga untuk mengatasi hal ini, pada tahun 2007 kebijakan PPN dihapuskan. Setelah penghapusan PPN, pada tahun 2010 keluar kebijakan mengenai Bea Keluar BK kakao dan resmi diterapkan pada 1 April 2010 melalui Peraturan Mentri Keuangan PMK No. 67PMK.0112010. Besaran Pajak Ekspor ini ditentukan berdasarkan harga referensi biji kakao. Harga referensi adalah harga rata-rata internasional yang berpedoman pada harga rata-rata CIF terminal New York. Besaran Pajak Ekspor ini ditetapkan setiap bulan oleh Menteri Keuangan. Pajak ekspor umumnya dikenakan untuk melindungi konsumen atau produsen pengguna di dalam negeri yang dalam hal ini merupakan industri pengolahan. Dengan adanya Pajak Ekspor diharapkan ketersediaan biji kakao dalam negeri cukup untuk memenuhi kebutuhan industri pengolahan sehingga nilai tambah dapat dinikmati didalam negeri.

2.1.5 Penelitian Terdahulu

Nurdiyani 2007 telah melakukan penelitian tentang “Analisis Dampak Rencana Penerapan Pungutan Ekspor Kakao Terhadap Integrasi Pasar Kakao Indonesia”. Adapun hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa rencana pemerintah untuk menerapkan pungutan ekspor kakao akan membuat kondisi pasar kakao di dalam negeri menjadi semakin tidak terintegrasi. Selain itu, adanya kebijakan pungutan ekspor ini akan berimplikasi pada: 1 melemahnya posisi daya saing ekspor kakao Indonesia di dunia, 2 menurunnya bagian pendapatan yang akan diterima oleh petani, 3 bagi pedagang eksportir, pungutan ekspor mungkin tidak akan begitu 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD berpengaruh meskipun akan memicu kegiatan penyelundupan, 4 bagi pihak industri, adanya pungutan ekspor akan menjamin ketersediaan input untuk proses pengolahan cokelat dan bagi pemerintah tentu saja kebijakan ini akan menjadi alternatif pendapatan bukan pajak.

2.2 Landasan Teori