21 Tabel 1.16
Indeks Pembangunan Manusia
IPM Tertinggi IPM Terendah
DKI Jakarta Papua
Sumateri Utara NTT
Riau NTB
DI Yogyakarta Papua Barat
Kalimantan Timur Kalimantan Barat
Ditinjau dari IPM, Provinsi DIY menempati urutan ke 4 pada tahun 2008 yaitu 71,50. IPM adalah ukuran kesejahteraan berdasarkan dimensi pendidikan angka
melek huruf dan rata-rata lama sekolah, dimensi kesehatan angka harapan hidup dan dimensi ekonomi pendapatan per kapita.
4. Proporsi kursi DPRDPRD yang diduduki perempuan
Data di Provinsi DIY menunjukkan bahwa partisipasi politik perempuan secara formal di legislatif menunjukkan angka 21,82 lebih tinggi dari angka nasional sebesar
17,90 pada tahun 2009. Meskipun telah dianggap meningkat dari periode-periode sebelumnya, anggota legislatif perempuan di DPRD provinsi periode 2009-2014 masih
berada pada angka di bawah 30, sehingga pada tahun 2014 ditargetkan partisipasi perempuan di legislatif sebesar 30 lebih tinggi dari target nasional.
Tingkat partisipasi politik perempuan di Provinsi DIY ditampilkan dalam Tabel 1.17 berikut:
Tabel 1.17 Tingkat Partisipasi Politik di Provinsi DIY
KabKota Jumlah
Persentase
Kota Yogyakarta 540
12,5 Kab. Bantul
645 13,3
Kab. Kulonprogo 540
12,5 Kab. Sleman
850 16
Kab. Gunungkidul 745
15,56 DIY
1255 21,8
Sumber : KPU DIY, 2009 Berdasarkan data pada Tabel 1.17 tersebut terlihat disparitas yang cukup tinggi
antar Kabupaten dalam hal partisipasi politik perempuan. Persentase partisipasi politik perempuan terbesar adalah di Kabupaten Gunungkidul 15,56, diikuti Kabupaten
Bantul 13,35, dan terendah terdapat di Kabupaten Kulon Progo dan Kota Yogyakarta.
Masih rendahnya angka partisipasi politik perempuan ini sejalan dengan tingkat partisipasi politik di tingkat musrenbang di level kelurahan, kecamatan, Kabupaten juga
masih cukup rendah. Di level birokrasi, jumlah perempuan yang menduduki posisi eselon 1 tidak ada 0, eselon II sebesar 21,7 , eselon III sebesar 19; dan secara
22 keseluruhan jumlah perempuan di dalam birokrasi di pemerintah DIY sebesar 31,7.
Dalam bidang pemberdayaan ekonomi, angkatan kerja perempuan juga masih rendah dan sebagian besar perempuan bekerja di sektor informal yang lemah dari perlindungan
hukum. Selanjutnya jika dilihat dari angka kekerasan terhadap perempuan dan anak di DIY juga masih tinggi yaitu sebesar 994 orang yang ditangani oleh PK2PA pada tahun
2009. Data tersebut tentu saja lebih rendah dari kenyataan yang ada dikarenakan fenomena kekerasan merupakan fenomena gunung es; dan meningkat dari tahun ke
tahun. Tabel 1.18
Indeks Pembangunan Gender
IPG tertinggi IPG terendah
1. DKl Jakarta 1. Gorontalo