11 perkotaan. Demikian halnya dengan kesenjangan pengeluaran konsumsi antar
penduduk miskin di pedesaan juga lebih lebar dibandingkan dengan di daerah perkotaan. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk
miskin cenderung makin mendekati garis kemiskinan dan ragam pengeluaran penduduk miskin juga sedikit menyempit. Berdasarkan kondisi tersebut tampak bahwa upaya
serius penurunan indeks kedalaman dan keparahan kemiskinan perlu di prioritaskan bagi penduduk miskin di desa.
Sementara itu berkaitan dengan IPM Indeks Pembangunan Manusia Provinsi DIY menduduki peringkat ke 3 dari seluruh provinsi di Indonesia. Trend IPM dari tahun
ke tahun menunjukkan angka yang terus meningkat, sebagaimana tersaji dalam Tabel 1.8.
Tabel 1.8. Tabel IPM Provinsi DIY
KabKota 2004
2005 Tahun 2009
Kab. Kulonprogo 70,9
71,5 73,77
Kab. Bantul 71,5
71,9 73,75
Kab. Gunungkidul 68,9
69,3 70,18
Kab. Sleman 75,1
75,6 77,70
Kota Yogyakarta 77,4
77,7 79,29
DIY 72,9
73,5 75,23
Sumber : Dinsos, 2007 dan BPS, 2009
Berdasarkan data pada Tabel 1.8 terlihat bahwa IPM baik untuk provinsi maupun Kabupatenkota mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. IPM Kota Yogyakarta
menduduki peringkat tertinggi diikuti Kabupaten Sleman, sedangkan IPM Kabupaten Kulon Progo, Kabupaten Bantul, dan IPM Kabupaten Gunungkidul berada di bawah
rerata IPM Provinsi.
Target 1B: Mewujudkan kesempatan kerja penuh dan produktif serta pekerjaan yang layak untuk semua, termasuk perempuan dan kaum muda.
1. Laju PDB per Tenaga Kerja
Produk Domestik Regional Bruto PDRB per tenaga kerja merupakan nilai total PDRB dibagi dengan jumlah seluruh tenaga kerja di Provinsi DIY. Laju PDRB per
tenaga kerja merupakan indikator penting yang mengungkap produktivitas tenaga kerja. Dengan demikian tinggi rendahnya PDRB per tenaga kerja menunjukkan tinggi
rendahnya pertumbuhan produktivitas tenaga kerja di Provinsi DIY. Berdasarkan data Sakernas 2010 laju PDRB per tenaga kerja di Provinsi DIY mencapai 2,08, lebih
rendah dari laju PDRB per tenaga kerja nasional sebesar 2,24. Melalui berbagai upaya diharapkan laju PDRB per tenaga kerja di Provinsi DIY meningkat dari tahun ke tahun
dan pada tahun 2015 ditargetkan sebesar 2,20.
12
2. Rasio Kesempatan Kerja Terhadap Penduduk Usia 15 Tahun ke atas
Dari Tabel 1.2 tergambarkan bahwa rasio kesempatan kerja terhadap penduduk usia 15 tahun ke atas pada tahun 2010 mencapai 65,79, menurun dibandingkan
angka yang sama pada tahun 2009 sebesar 66,01. Angka tersebut lebih tinggi daripada capaian nasional sebesar 62 pada tahun 2009. Meskipun telah melampaui
angka nasional, namun upaya peningkatan kesempatan kerja tetap harus dilakukan. Rasio kesempatan kerja terhadap penduduk usia 15 tahun keatas di Provinsi DIY
diharapkan selalu mengalami peningkatan dari tahun ketahun Tingkat pengangguran usia muda 15-24 tahun mencapai 25,07. Sedangkan
indikator untuk pekerja bebas dan keluarga per total penduduk yang bekerja sebesar 26,46. Lebih lanjut, berdasarkan data BPS Provinsi DIY tergambarkan bahwa jumlah
penduduk di provinsi DIY yang bekerja pada tahun 2009 diperkirakan 1,9 juta orang. Jumlah tersebut mengalami peningkatan sebesar 3000 orang dibandingkan tahun 2008.
Jumlah angkatan kerja mencapai angka 2,07 juta orang pada tahun 2010, meningkat dari tahun 2009 yaitu 2,02 juta orang. Dari jumlah angkatan kerja tersebut tingkat
pengangguran terbuka TPT di DIY hingga Februari 2010 sebesar 6,02 persen atau sebanyak 124,4 ribu orang atau bertambah 1.400 orang dibandingkan Februari 2009
yang berjumlah sekitar 123 ribu orang dan naik 3.300 orang bila dibandingkan kondisi Agustus 2009 sebesar 121,1 ribu orang. Kondisi ini menunjukkan bahwa tingginya
kenaikan angkatan kerja belum diimbangi dengan tersedianya lapangan kerja. Dilihat dari tingkat pendidikan, jumlah pengangguran terdidik menduduki peringkat teratas di
DIY yaitu penganggur lulusan SMA dan Perguruan tinggi. Meningkatnya angka pengangguran terbuka menuntut perhatian serius.
Berdasarkan survei Sakernas yang dilaksanakan pada bulan Pebruari 2010 jumlah pengangguran terbuka di provinsi DIY meningkat dari tahun 2008 sebesar 107.500
orang menjadi 121.000 orang pada tahun 2009, dengan jumlah tertinggi di Kabupaten Sleman sebanyak 42.600 orang dan terendah di Kabupaten Kulonprogo sebanyak
9.600 orang. Selanjutnya jika dilihat dari jenis pekerjaan yang digeluti persentase terbesar berada di sektor pertanian, perikanan, perkebunan, kehutanan dan perburuhan
sebesar 30,1 dan sektor perdagangan, rumah makan, dan jasa akomodasi sebesar 24 persen; dan selanjutnya sektor jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan sebesar
17,7.
1
Target IC: Menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk yang menderita kelaparan dalam kurun waktu 1990-2015.
Dalam upaya menurunkan proporsi penduduk yang menderita kelaparan, terdapat dua indikator utama yang perlu dipertimbangkan yaitu: prevalensi balita dengan berat badan
rendahkurang gizi KEP, dan proporsi penduduk dengan asupan kalori di bawah tingkat
1
http:www.berita2.comdaerahjawa2499-pengangguran-di-diy-121000-orang.html
13 konsumsi minimum 2000 kalkapitahari. Capaian kedua indikator tersebut dapat diuraikan
sebagai berikut:
1. Prevalensi balita dengan berat badan rendahkurang gizi KEP