15
para pemangku kebijakan dan studi pustaka. Wawancara terhadap pemangku kebijakan diarahkan untuk mengetahui program peningkatan produktivitas dan
produksi pangan strategis jagung dan kedelai di tingkat provinsi maupun
kabupaten. Data sekunder meliputi biofisik, sosial ekonomi dan budaya.
Parameter yang diukur
Parameter yang diukur dalam pengkajian ini adalah :
Peningkatan produksi
Peningkatan produktivitas
Komponen hasil dan biaya usahatani jagung dan kedelai
Kelayakan usahatani jagung dan kedelai
Persepsi petani terhadap usahatani jagung dan kedelai
Peningkatan luas tanam
Capaian program peningkatan produksi jagung dan kedelai
3.4.3. Analisis Data
1 Analisis Kinerja Kebijakan Program a. Analisis Kinerja Program Tingkat Petani
Berdasarkan parameter yang di ukur, maka alat analisis yang digunakan adalah
before dan after yang di formulasikan sebagai berikut : Perbedaan Produksi
: ∆Q = { Q
t
Q
t-1
-1} 100 Perbedaan Produktivitas
: ∆Y = { Yt Y
t-1
-1} 100 Perbedaan luas tanam
: ∆L = { L
t
L
t-1
-1} 100 Untuk melihat kinerja program yang telah dilakukan oleh petani dapat juga
dilihat dengan perubahan biaya produksi, perubahan penerimaan dan pendapatan.
Perbedaan Biaya Produksi :∆TC = { TC
t
TC
t-1
-1} 100 Perbedaan Penerimaan
:∆TR = { TR
t
TR
t-1
-1} 100 Perbedaan Keuntungan
:∆ = {
t t-1
-1} 100 dimana :
∆Q =
Perbedaan produksi jagung dan kedelai kg Q
t
= Produksi jagung dan kedelai setelah mengikuti program kg
16
Q
t-1
= Produksi jagung dan kedelai sebelum mengikuti program kg
∆Y =
Perbedaan produktivitas jagung dan kedelai kg ha Y
t
= Produktivitas jagung dan kedelai setelah mengikuti program
kg ha Y
t-1
= Produktivitas jagung dan kedelai sebelum mengikuti program
kg ha ∆L
= Perbedaan luas tanam jagung dan kedelai ha
L
t
= Perbedaan luas tanam jagung dan kedelai setelah mengikuti
program ha L
t-1
= Perbedaan luas tanam jagung dan kedelai sebelum mengikuti
program ha ∆TC
= Perbedaan biaya produksi jagung dan kedelai Rp ha
TC
t
= Biaya produksi jagung dan kedelai setelah mengikuti program
RP ha TC
t-1
= Biaya produksi jagung dan kedelai sebelum mengikuti program
Rp ha ∆TR
= Perbedaan penerimaan usahatani jagung dan kedelai Rp ha
TR
t
= Penerimaan usahatani jagung dan kedelai setelah mengikuti
program Rp ha TR
t-1
= Penerimaan usahatani jagung dan kedelai sebelum mengikuti
program Rp ha ∆
= Perbedaan pendapatan usahatani jagung dan kedelai Rp ha
1
= Keuntungan usahatani jagung dan kedelai setelah mengikuti
program Rp ha =
Keuntungan usahatani jagung dan kedelai sebelum mengikuti programRp ha
b. Analisis Kebijakan Kinerja Program Analisis kenirja program dilakukan dengan pendekatan konten, klasifikasi
ukuran kinerja mengacu pada Wibowo 2007 yaitu produktivitas, kualitas, ketepatan waktu, siklus waktu, pemanfaatan sumberdaya dan biaya.
17
2 Analisis Capaian Program Untuk mengukur capaian program UPSUS jagung dan kedelai di Provinsi
Bengkulu digunakan persamaan : Capaian Program =
Efisiensi Program = 3 Analisis Alternatif Kebijakan
Untuk perumusan alternatif kebijakan peningkatan produksi pangan strategis jagung dan kedelai di Provinsi Bengkulu menggunakan 2 metode yaitu :
a. Kinerja Produksi Analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap capaian produksi
digunakan fungsi produksi Coubduglas, dimana persamaannya sebagai
berikut : Y = a X1
b1
. X2
b2
. X3
b3
. X4
b4.
. X
5 b5
X
6 b6
X
7 b7
........e
u
, Dimana :
Y
J
= Produksi Komoditas yang diukur Jagung dan kedelai kg ha X1
= Luas Tanam ha X2
= Benih kg ha X3
= Pupuk kg ha X4
= Tenaga Kerja HOK ha X5
= Harga komoditas pesaing X6
= Kemudahan dalam pemasaran X7
= Kemudahan dalam usahatani a
= I ntersep b1-b5
= Koefisien regresi b. Kinerja Program
18
Untuk menentukan alternatif strategi kebijakan program UPSUS jagung dan kedelai di Provinsi Bengkulu digunakan SWOT. Adapun tahap analisisnya
yaitu 1 I dentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman program UPSUS jagung dan kedelai di Provinsi Bengkulu 2 identifikasi faktor kunci
keberhasilan UPSUS jagung dan kedelai di Provinsi Bengkulu dan 3 perumusan strategi dan kebijakan UPSUS jagung dan kedelai di Provinsi
Bengkulu. Selanjutnya untuk menentukan prioritas strategi kebijakan UPSUS jagung dan kedelai di Provinsi Bengkulu digunakan metode QSPM.
Matriks ini digunakan untuk mengevaluasi dan memilih strategi terbaik yang paling cocok dengan lingkungan eksternal dan internal program UPSUS
jagung dan kedelai di Provinsi Bengkulu. c. Kinerja Anggaran
Kinerja anggaran
dianalisa secara
deskriptip eksplanatif,
yaitu membandingkan antara target dengan realisasi yang dicapai.
Konsep pengukuran variabel
1. Produksi usahatani jagung dan kedelai adalah hasil total tanaman jagung dan
kedelai dalam satu kali musim tanam berupa jagung pipil dan biji kedelai, diukur dalam Kg Ha MT.
2. Produktivitas usahatani yaitu perbandingan antara jumlah produksi yang di
peroleh dengan luas lahan yang diusahakan dan diukur dengan Kg Ha. 3.
Luas lahan adalah luas tanam dari usahatani jagung dan kedelai yang dinyatakan dalam satuan hektar untuk satu kali musim tanam Ha MT.
4. Biaya usahatani yang diperhitungkan oleh petani jagung dan kedelai selama
satu musim tanam, yang dinyatakn dalam rupiah perhektar untuk satu kali musim tanam Rp Ha MT.
5. Penerimaan adalah total produksi dikalikan dengan hara yang diukur dengan
satuan rupiah Rp Ha MT. 6.
Pendapatan usahatani konsep non riil adalah selisih antara penerimaan dan biaya usahatani jagung dan kedelai yang benar-benar di keluarkan oleh petani
biaya pupuk, pestisida, tenaga kerja luar keluarga dan biaya yang tidak di
19
keluarkan oleh petanni penyusutan alat, tenaga kerja dalam keluarga, sewa lahan yang dinyatakan dalam satuan rupiah per hektar Rp Ha MT.
7. Sampel yang dimaksud dalam pengkajian ini adalah petani yang berusahatani
jagung dan kedelai yang mendapat program upsus jagung dan kedelai. 8.
Lingkungan internal peningkatan produksi jagung dan kedelai adalah untuk mengembangkan produksi jagung dan kedelai dari daftar kekuatan yang dapat
dimanfaatkan dan daftar kelemahan yang harus diatasi untuk meningkatkan produksi jagung dan kedelai.
9. Lingkungan eksternal peningkatan produksi jagung dan kedelai adalah untuk
mengembangkan produksi jagung dan kedelai dengan peluang peningkatan dan menghindari ancaman.
10. Matrik EFE adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan eksternal dan menggolongkannya menjadi peluang dan ancaman peningkatan produksi jagung
dan kedelai dengan melakukan pembobotan. 11. Matrik I FE digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan internal
dan menggolongkannya menjadi kekuatan dan kelemahan peningkatan produksi jagung dan kedelai melalui pembobotan.
12. Matriks SWOT adalah digunakan untuk menyusun suatu strategi dan dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang
dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dim iliki.
20
I V. HASI L DAN PEMBAHASAN
4.1. Kinerja kebijakan peningkatan produksi pangan strategis jagung