Analisis Transformasi Atap Analisis Transformasi Fasade Ruko

63 akibat faktor dari luar budaya difusi Tionghoa, dan dari dalam budaya evolusi. Difusi disini diakibatkan oleh pergantian tren dalam arsitektur yang menyebabkan naik dan turunnya penggunaan ornamen. Sedangkan evolusi disini diakibatkan oleh keinginan, serta kebutuhan pemilik ruko.

5.1.5 Analisis Transformasi Atap

Berikut adalah analisis transformasi atap pada ruko serta sumber dan penyebab perubahannya. Tabel 5.13 Analisis Atap pada Ruko Tipe 2 Transformasi Atap Tipe Ruko 2 Periode 1910-an Deskripsi Perkiraan Bentuk Atap Asli Kondisi Atap Saat Ini Salah Satu Ruko Kolonial di Jl. Masjid Genteng Seng Atapnya Berbentuk Ngang Shan Atap Ngang Shan, Bentuknya Serupa dengan Atap Pelana Hanya Saja pada Bagian Ujung Atapnya Terdapat Semacam Ornamen. Bentuk atap pada ruko ini adalah atap pelana menyamping material penutup atap yang digunakan adalah seng. Atap ini bukanlah atap asli pada ruko ini. Atap aslinya menggunakan penutup atap genteng yang Atap Ngang Shan Detail Ornamen Universitas Sumatera Utara 64 terbuat dari tanah liat dan bentuk atapnya diperkirakan menggunakan atap Ngang Shan lihat gambar di atas. Sumber Perubahan dari Dalam Evolusi Atap sebagai salah satu elemen bangunan berperan dalam menentukan ciri dan karakter suatu bangunan. Pada paragraf di atas telah dijelaskan bahwa pada ruko-ruko di Jalan Mayjend Sutoyo terjadi perubahan pada elemen atap antara lain perubahan bentuk atap dan material penutup atap. Pada ruko tipe ini tidak lagi ditemukan atap asli. Namun , pada umumnya bentuk atap yang digunakan pada ruko di kota Medan padai masa tersebut adalah bentuk atap miring dan bentuk atap Ngang Shan. Model atap ini menampilkan ciri arsitektur Cina pada bangunan ruko yang merupakan salah satu bentuk hunian bagi etnis Tionghoa . Pada Model Atap ini terdapat semacam ornamen yang memiliki makna lihat gambar 5.4Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa penggunaan atap Ngang Shan ini adalah sebagai identitas bahwa penghuni ruko tersebut adalah seorang etnis Tionghoa. Sumber: Hasil Olah Data, 2014 Tabel 5.14 Analisis Atap pada Ruko Tipe 9 Transformasi Atap Tipe Ruko 9 Periode 1950-an Deskripsi Atap Berbentuk Perisai Atap Seng Ruko tipe ini menggunakan atap berbentuk perisai sedangkan material penutup atap yang digunakan adalah seng. Sumber Perubahan dari Luar Difusi Seperti yang kita lihat bentuk atap yang digunakan pada ruko tipe ini adalah bentuk atap miring yang merupakan atap umum yang paling banyak digunakan pada bangunan di Indonesia. Bentuk atap ini tidak terlalu berbeda apabila dibandingkan dengan ruko tipe 2. Perbedaan terbesar terletak pada material yang digunakan apabila pada ruko tipe 9 atap yang digunakan adalah atap genteng yang terbuat dari tanah liat, maka pada ruko tipe 9 yang material penutup atap yang digunakan adalah Universitas Sumatera Utara 65 seng. Peralihan dari penggunaan genteng tanah liat menjadi atap seng disini dapat kita anggap sebagai salah satu modernisasi. Adanya material alternatif, menarik masyarakat untuk menggunakannya.Menurut Loebis 2002 material bangunan memiliki peran yang penting dalam menentukan gaya arsitektur pada suatu bangunan sebagai maksud dari strategi budaya. Dengan demikian dapat kita katakan bahwa perubahan material atap pada ruko berkaitandalam penentuan gaya arsitektur ruko yang saat itu dipengaruhi oleh gaya arsitektur modern. Hal ini juga merefleksikan bahwa masyarakat Tionghoa di kota Medan pada saat itu menerima budaya modern yang berasal dari barat. Sumber: Hasil Olah Data, 2014 Tabel 5.15 Analisis Atap pada Ruko Tipe 13 Transformasi Atap Tipe Ruko 13 Periode 2000-an Deskripsi Detail Atap Bentuk Atap Datar Pada tipe ruko ini digunakan atap berbentuk datar yang terbuat dari cor beton. Selain itu pada sisi depan ruko terdapat semacam mahkota yang berfungsi sebagai elemen dekoratif. Sumber Perubahan dari Luar Difusi Pada ruko tipe 13 ini digunakan bentuk atap datar yang terbuat dari cor beton. Bentuk atap dan material yang digunakan pada tipe ruko ini berbeda dengan yang digunakan paa tipe ruko 2 dan 9. Jenis atap ini sebenarnya tidak sesuai dengan negara Indonesia yang beriklim tropis. Meskipun demikian saat ini jenis atap ini sangat umum digunakan terutama pada tipe bangunan ruko. Penggunaan atap datar beton pada bangunan di Indonesia tentunya merupakan salah satu bentuk pengaruh gerakan arsitektur modern yang telah diperkenalkan di Indonesia sejak zaman kolonial Belanda . Pengaruh gerakan modern dan international style yang dibawa oleh arsitek didikan barat menghasilkan dampak yang besar pada arsitektur di Universitas Sumatera Utara 66 Indonesia Loebis, 2002. Bahkan kini setelah gerakan arsitektur modern berakhir, arsitektur modern masih meninggalkan kesan yang kuat. Sumber: Hasil Olah Data, 2014  Temuan Berdasarkan tabel di atas, ditemukan bahwa ruko-ruko di Jalan Mayjend Sutoyo menggunakan beberapa jenis atap antara lain: atap pelana, perisai, dan atap datar. Untuk material penutup atapnya menggunakan genteng, seng, dan cor beton. Ruko di era kolonial tipe 2menggunakan model atap miring baik itu atap pelana maupun perisai. Sedangkan pada ruko 2000-an atapnya kebanyakan menggunakan bentuk atap datar dak beton. Berdasarkan tabel di atas, maka dapat kita amati perubahan bentuk atap dari bentuk atap miring menjadi bentuk atap datar. Selain itu juga terjadi perubahan material penutup atap dari atap genteng yang terbuat dari tanah liat menjadi atap seng dan atap dak beton. Perubahan pada atap ruko ini terjadi akibat adanya faktor dari dalam evolusi dan faktor dari luar difusi. Evolusi disini yaitu penggunaan bentuk atap sebagai identitas budaya sedangkan difusi disini diakibatkan oleh ten arsitektur serta perkembangan teknologi yang mengakibatkan perubahan pada bentuk atap serta material penutupnya.

5.2 Temuan Analisis Transformasi Fasade