31 RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
penyimpangan dalam implementasi otonomi daerah, 6 keterlambatan penerbitan turunan peraturan perundangan yang berdampak pada bidang pendidikan dan kebudayaan, 7
ancaman disintegrasi bangsa akibat dari ketidakdewasaan dalam berdemokrasi, 8 ideologi negara sebagai pemersatu bangsa dan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan, dan 9
komitmen pemenuhan pendanaan pendidikan minimal 20 dari APBN dan APBD sesuai dengan UUD 1945 Pasal 31 ayat 4.
2.3 Permasalahan dan Tantangan Pembangunan Pendidikan dan Kebudayaan 2010-2014
Pembangunan pendidikan dan kebudayaan yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat hingga tahun 2009 menunjukkan keberhasilan yang
sangat nyata, seperti yang telah diuraikan di atas. Namun masih dijumpai beberapa permasalahan dan tantangan penting yang akan dihadapi pembangunan pendidikan dan
kebudayaan pada periode tahun 2010-2014 sebagai berikut.
2.3.1. Permasalahan Pembangunan Pendidikan dan kebudayaan Sejumlah permasalahan pendidikan dan kebudayaan yang perlu mendapat perhatian dalam
kurun waktu lima tahun mendatang antara lain adalah sebagai berikut. a.
Ketersediaan pelayanan PAUD yang berkualitas masih terbatas
Tingkat capaian pelayanan PAUD baru mencapai 28,03 pada tahun 2009 dengan disparitas dan kualitas yang bervariasi antardaerah. Belum optimalnya pelaksanaan
PAUD nonformal dan informal terutama dalam memberikan layanan pengembangan anak usia 0—6 tahun serta masih kurangnya pendidikan orang tua dalam hal pengasuhan
anak parenting education, dan masih rendahnya peran orang tua serta masyarakat dalam pengembangan program Taman Kanak-kanak TK usia 4—6 tahun, taman
penitipan anak, kelompok bermain, dan satuan PAUD sejenis SPS antara lain yaitu Pos PAUD, SPS Taman Pendidikan Alquran TPA, SPS Taman Asuh Anak Muslim TAAM, SPS
Minggu terintegrasi dengan kegiatan umat Kristen usia 0—4 tahun.
b. Kepastian memperoleh layanan pendidikan dasar bermutu belum sepenuhnya dapat
diwujudkan Berbagai keberhasilan telah dicapai sampai dengan tahun 2009, terutama dalam dalam
hal akses pendidikan dasar menunjukkan kemajuan penting. Namun kepastian penduduk usia sekolah untuk memperoleh layanan pendidikan dasar yang bermutu dan
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014 32
merata masih merupakan permasalahan penting yang dihadapi dalam pembangunan pendidikan tahun 2010—2014. Kondisi ini antara lain terlihat pada tingkat disparitas
antardaerah dan antarkelompok sosial-ekonomi yang masih cukup tinggi untuk SMPSMPLBMTs. Selain itu, angka putus sekolah pada jenjang pendidikan dasar masih
cukup tinggi. Pada tahun 2009, angka putus sekolah untuk SDSDLBMIPaket A adalah sebesar 1,70 dari seluruh jumlah siswa dan untuk SMPSMPLBMTsPaket B adalah
sebesar 1,90 dari seluruh jumlah siswa. Sementara angka melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi untuk SD adalah 90 untuk SMP adalah sebesar 89,90.
Selanjutnya, cakupan pemberian beasiswa bagi siswa miskin baru menjangkau 47,50 dari siswa miskin SDMI dan 40,40 dari siswa miskin SMPMTs yang ada.
Sementara itu, peningkatan mutu pendidikan dasar masih terkendala oleh permasalahan distribusi yang tidak merata dan kualitas guru yang masih terbatas. Meskipun pada
tingkat nasional rasio guru terhadap siswa cukup baik, distribusi guru masih terkonsentrasi di daerah perkotaan. Kualitas rata-rata guru pendidikan dasar juga masih
rendah. Hingga tahun 2009, baru sekitar 24,6 dari guru SDSDLBMI yang berkualifikasi S1D4, sementara pada jenjang pendidikan SMPSMPLBMTs baru mencapai 73.4,
serta hanya 70 dari guru SMP memiliki bidang keahlian pendidik yang sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya. Kondisi pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan
prasarana pendidikan serta penerapan Manajemen Berbasis Sekolah MBS juga belum sepenuhnya dapat diwujudkan seperti yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan
Minimal SPM.
c. Ketersediaan, keterjangkauan, kualitas, dan relevansi pendidikan jenjang menengah