Ketersediaan, keterjangkauan, kualitas, dan relevansi pendidikan jenjang menengah Kualitas dan relevansi pendidikan orang dewasa berkelanjutan masih terbatas

RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014 32 merata masih merupakan permasalahan penting yang dihadapi dalam pembangunan pendidikan tahun 2010—2014. Kondisi ini antara lain terlihat pada tingkat disparitas antardaerah dan antarkelompok sosial-ekonomi yang masih cukup tinggi untuk SMPSMPLBMTs. Selain itu, angka putus sekolah pada jenjang pendidikan dasar masih cukup tinggi. Pada tahun 2009, angka putus sekolah untuk SDSDLBMIPaket A adalah sebesar 1,70 dari seluruh jumlah siswa dan untuk SMPSMPLBMTsPaket B adalah sebesar 1,90 dari seluruh jumlah siswa. Sementara angka melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi untuk SD adalah 90 untuk SMP adalah sebesar 89,90. Selanjutnya, cakupan pemberian beasiswa bagi siswa miskin baru menjangkau 47,50 dari siswa miskin SDMI dan 40,40 dari siswa miskin SMPMTs yang ada. Sementara itu, peningkatan mutu pendidikan dasar masih terkendala oleh permasalahan distribusi yang tidak merata dan kualitas guru yang masih terbatas. Meskipun pada tingkat nasional rasio guru terhadap siswa cukup baik, distribusi guru masih terkonsentrasi di daerah perkotaan. Kualitas rata-rata guru pendidikan dasar juga masih rendah. Hingga tahun 2009, baru sekitar 24,6 dari guru SDSDLBMI yang berkualifikasi S1D4, sementara pada jenjang pendidikan SMPSMPLBMTs baru mencapai 73.4, serta hanya 70 dari guru SMP memiliki bidang keahlian pendidik yang sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya. Kondisi pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana pendidikan serta penerapan Manajemen Berbasis Sekolah MBS juga belum sepenuhnya dapat diwujudkan seperti yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan Minimal SPM.

c. Ketersediaan, keterjangkauan, kualitas, dan relevansi pendidikan jenjang menengah

masih belum memadai APK jenjang pendidikan menengah terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2009, APK jenjang pendidikan menengah telah mencapai 69,60. Namun, akses pendidikan menengah di Indonesia masih jauh relatif rendah jika dibandingkan dengan tingkat partisipasi pendidikan jenjang menengah dengan negara-negara asia lainnya, seperti Singapura dan Jepang yang telah mencapai 100 atau Thailand dan China yang telah mencapai tingkat APK di atas 70. Selain itu, disparitas APK jenjang pendidikan menengah antarkabupaten dan kota juga masih relatif tinggi, dan cakupan pemberian beasiswa bagi siswa yang berasal dari keluarga miskin baru mencapai sekitar 31 dari siswa miskin yang ada. 33 RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014 Peningkatan kualitas pendidikan menengah masih terkendala oleh penyediaan sarana dan prasarana pendidikan yang memadai. Tahun 2009, baru 74,5 SMAMA dan 62,7 SMKMAK yang telah memiliki perpustakaan dan hanya 47,8 sekolah yang telah memiliki fasilitas komputer. Dari sisi tenaga kependidikan, kualifikasi guru belum seluruhnya berpendidikan S1D4. Sampai dengan tahun 2009, baru 85,8 guru SMAMA dan 91,2 guru SMKMAK yang berkualifikasi S1D4 dan sekitar 88 guru yang mengajar sesuai dengan bidang keahliannya.

d. Kualitas dan relevansi pendidikan orang dewasa berkelanjutan masih terbatas

Angka literasi secara nasional sudah cukup tinggi, yaitu 94,70, tetapi masih ada 11 provinsi yang angka literasinya masih di bawah 94,70. Selain itu, disparitas angka literasi antarprovinsi dan antarkabupaten dan kota, dan antargender masih relatif tinggi. Guna mengakomodasi keyakinan dan keinginan kuat bagi orang dewasa agar tidak berhenti belajar dalam rangka meningkatkan kecakapan atau pengetahuan, serta melakukan perubahan terhadap kondisi sosial, ekonomi dan dinamika di masyarakat. Di samping itu, pemerintah juga memberikan layanan dan memfasilitasi kepada kelompok masyarakat ini untuk dapat terus belajar sambil bekerja guna meningkatkan kapasitas dan kompetensinya.

e. Ketersediaan, keterjangkauan, kualitas, relevansi dan daya saing Pendidikan Tinggi