Pemberdayaan Manusia Seutuhnya Pengembangan Konvergensi Peradaban

RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014 4

1.2 Landasan Filosofis Pendidikan dan Kebudayaan

Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika memberikan landasan filosofis serta berbagai prinsip dasar dalam pembangunan pendidikan dan kebudayaan. Landasan filosofis tersebut, menempatkan manusia Indonesia sebagai makhluk yang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan segala fitrahnya dengan tugas memimpin kehidupan yang berharkat dan bermartabat serta menjadi manusia yang bermoral, jujur, berbudi luhur, berakhlak mulia, mempunyai karakter dan jati diri bangsa, serta menghargai keragaman budaya. Pendidikan dan Kebudayaan merupakan upaya menjadikan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu menjunjung tinggi dan memegang dengan teguh norma dan nilai sebagai berikut: a. norma agama dan kemanusiaan untuk menjalani kehidupan sehari-hari, baik sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, makhluk individu, maupun makhluk sosial; b. norma persatuan bangsa untuk membentuk karakter bangsa dalam rangka memelihara keutuhan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia; c. norma kerakyatan dan demokrasi untuk membentuk manusia yang memahami dan menerapkan prinsip-prinsip kerakyatan dan demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara; dan d. nilai-nilai keadilan sosial untuk menjamin terselenggaranya pendidikan yang merata dan bermutu bagi seluruh bangsa serta menjamin penghapusan segala bentuk diskriminasi dan bias gender serta terlaksananya pendidikan untuk semua dalam rangka mewujudkan masyarakat berkeadilan sosial.

1.3 Paradigma Pendidikan dan Kebudayaan

Penyelenggaraan pendidikan dan kebudayaan didasarkan pada beberapa paradigma universal yang perlu diperhatikan sebagai berikut.

1.3.1 Pemberdayaan Manusia Seutuhnya

Pemberdayaan manusia seutuhnya dilaksanakan dengan cara memperlakukan manusia yang seutuhnya sebagai subjek dalam upaya pemberdayaan melalui bidang pendidikan dan kebudayaan. Manusia indonesia memiliki hak untuk mengaktualisasikan dirinya secara optimal dalam aspek kecerdasan intelektual, spiritual, sosial, serta mewarisi dan mengekspresikan nilai-nilai budaya. Paradigma ini merupakan fondasi dari pendidikan dan RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014 5 kebudayaan untuk menyiapkan manusia indonesia sebagai pribadi yang mandiri makhluk individu, sebagai elemen dari sistem sosial yang saling berinteraksi, mendukung satu sama lain makhluk sosial dan toleransi dalam keragaman budaya dalam keragaman budaya serta sebagai pemimpin bagi terwujudnya kehidupan yang lebih baik di muka bumi makhluk Tuhan.

1.3.2 Pengembangan Konvergensi Peradaban

Konvergensi peradaban terjadi saat banyak pemangku kepentingan menyadari perlunya belajar dan membagi pengetahuan, sains, dan teknologi atas dasar saling mengakui, menguntungkan, dan menghormati. Pendidikan memegang peranan penting dalam proses ini. Sebagaimana diakui oleh UNESCO, salah satu pilar pendidikan yang sesuai adalah belajar untuk hidup bersama. Dalam komunitas Internasional, hidup bersama berarti hidup di antara banyak peradaban dan penduduk dunia. Peradaban dunia telah dibentuk oleh saling ketergantungan di antara para pemangku kepentingan. Indonesia sebagai negara berkembang masih tertinggal dari negara-negara maju, dalam hal pengetahuan, sains, dan teknologi. Untuk mengisi kesenjangan tersebut, Indonesia berupaya menyediakan akses dan meningkatkan kualitas pendidikan bagi rakyatnya sekaligus mengembangkan pusat penelitian. Beberapa pemuda potensial juga telah dikirim untuk melanjutkan studi ke negara-negara maju. Pada saat yang sama, banyak negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, negara-negara Eropa, Australia, New Zealand, dan negara-negara sahabat, menawarkan beasiswa untuk pemuda Indonesia. Beberapa keluarga kelas menengah-atas juga telah mendaftarkan anak-anak mereka di universitas dan sekolah tinggi di luar negeri. Kontribusi dari siswa untuk memperkaya pengetahuan, sains, dan teknologi setelah mereka kembali ke Indonesia sangat menakjubkan. Sebagaimana diketahui bahwa banyak pemimpin di sektor publik dan swasta merupakan lulusan universitas luar negeri. Mengirim para pemuda ke luar negeri tidak hanya mempelajari disiplin ilmu tertentu, tetapi juga mempelajari dan berbagi budaya antara Indonesia dan negara lain. Baik secara langsung maupun tidak langsung terdapat konvergensi peradaban di tempat siswa belajar dan di rumah setelah siswa tersebut selesai belajar dan kembali. Siswa tersebut membawa budaya Indonesia ke luar negeri dan setelah kembali ke Indonesia, ia juga membawa budaya dari luar negeri. Menyadari proses tersebut, pemerintah Indonesia secara aktif terlibat dalam konvergensi peradaban, yakni tidak hanya mengirim pemuda ke luar negeri tetapi juga mengundang pemuda asing untuk mempelajari budaya dan disiplin ilmu lain di Indonesia. RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014 6 Upaya ini antara lain dilakukan melalui dua skema, yaitu beasiswa Darmasiswa dan Kemitraan Negara Berkembang KNB.

1.3.3 Pembelajaran Sepanjang Hayat Berpusat pada Peserta Didik