Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
Perkembangan Ekonomi Makro 22
tiwulan II-2009 tercatat sebesar 24,32 y-o-y, sedangkan pada triwulan I-2009 pertumbuhannya adalah 23,07 y-o-y. Meskipun demikian karena share-nya yang
kecil, maka hal ini tidak dapat menahan perlambatan yang terjadi pada sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan secara keseluruhan, apalagi sub sektor
lainnya juga mengalami perlambatan. Dibandingkan triwulan I-2009, sub sektor bank tumbuh melambat dimana pada
triwulan laporan pertumbuhan sektor ini sebesar 16,58 y-o-y, sedangkan pada triwulan I-2009 pertumbuhannya adalah 18,76 y-o-y.
Sub sektor sewa bangunan juga menunjukan perlambatan yang cukup signifikan, dimana pertumbuhannya pada triwulan laporan adalah 4,84 y-o-y, sedangkan
pada triwulan I-2009 tercatat pertumbuhan sebesar 8,31 y-o-y. Kinerja sub sektor jasa perusahaan melambat dibandingkan dengan triwulan I-2009,
dimana pertumbuhannya pada triwulan II-2009 adalah 12,90 y-o-y sedangkan periode triwulan I-2009 pertumbuhan yang terjadi adalah 14,65 y-o-y.
I. Jasa-jasa
Sektor jasa-jasa mengalami perlambatan pertumbuhan pada triwulan II-2009, dibandingkan dengan kinerja yang ditunjukan pada triwulan I-2009.
Pertumbuhan yang terjadi pada triwulan II-2009 adalah 2,04 y-o-y, atau melambat lebih dari setengah, dibandingkan pertumbuhan yang terjadi pada
triwulan I-2009 yang sebesar 4,26 y-o-y. Perlambatan pada sektor jasa ini terutama disebabkan oleh perlambatan pada sub
sektor jasa pemerintahan umum yang berupa administrasi pemerintahan dan pertahanan, dimana pada triwulan sebelumnya tercatat administrasi pemerintahan
dan pertahanan tumbuh sebesar 3,13 y-o-y, sedangkan pada triwulan laporan kinerjanya menurun hingga pertumbuhan yang terjadi hanya sebesar 0,16.
Dengan porsi sebesar lebih dari 72, tidak mengherankan apabila perlambatan pada sub sektor ini akan berpengaruh terhadap melambatnya sektor jasa-jasa secara
keseluruhan.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
Perkembangan Ekonomi Makro 23
Gambar 1.19 Perkembangan PDRB Riil Sektor Jasa-jasa
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Pada sub sektor jasa-jasa swasta, hanya terdapat satu kelompok usaha yang
mengalami pertumbuhan positif, sedangkan dua kelompok usaha lainnya mengalami perlambatan. Usaha sosial kemasyarakatan tumbuh sebesar 6,24 y-o-
y, masih mengalami peningkatan dibandingkan kinerja yang ditunjukan pada triwulan sebelumnya, dimana pertumbuhan pada triwulan I-2009 pertumbuhannya
adalah 5,80. Usaha hiburan dan rekreasi masih menunjukan pertumbuhan tahunan yang cukup
tinggi, meskipun sedikit melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan II-2009 tercatat usaha hiburan dan rekreasi megalami pertumbuhan
sebesar 10,57 y-o-y, sedikit lebih rendah jika dibandingkan terhadap kinerja tahunan triwulan I-2009 dimana pertumbuhan tercatat sebesar 10,90 y-o-y.
Sektor usaha perorangan dan rumah tangga juga sedikit mengalami perlambatan jika dibandingkan terhadap pertumbuhan tahunan pada periode triwulan
sebelumnya. Pada triwulan laporan tercatat pertumbuhan tahunan yang berhasil dicapai oleh sektor usaha perorangan dan rumah tangga adalah 8,14 y-o-y,
sedangkan pada triwulan I-2009 pertumbuhannya adalah 8,61.
24 BOKS 1
Analisa Kinerja Ekspor Maluku Utara Selama beberapa triwulan terakhir ekspor Maluku Utara selalu mengalami kontraksi. Seperti
yang telah diuraikan pada bab pertama, kinerja ekspor pada triwulan II-2009 menunjukan kontraksi yang semakin dalam dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, dimana pada
triwulan laporan ekspor tercatat mengalami kontraksi sebesar minus 25,61, sedangkan pada triwulan sebelumnya kontraksi ekspor tercatat sebesar minus 24,48. Kondisi ini perlu
mendapat perhatian mengingat ekspor menyumbang sepertiga dari total produk domestik regional bruto, sehingga turunnya ekspor juga akan berpengaruh terhadap tingkat
pertumbuhan PDRB. Tulisan ini akan berupaya untuk menganalisa lebih jauh tentang kinerja ekspor Maluku Utara, dilihat dari sisi permintaan.
Tinjauan Teoritis Fungsi dasar dari permintaan ekspor dapat digambarkan dengan persamaan sederhana sebagai
berikut: y
t
=fx
t
,r
t
dimana y
t
adalah jumlah ekspor yang diminta oleh negara lain, x
t
adalah pendapatan riil negara lain dan r
t
adalah harga ekspor relatif yang digambarkan oleh nilai tukar riil
real effective exchange rate
. Kenaikan pendapatan negara lain akan meningkatkan permintaan terhadap ekspor, sedangkan penguatan nilai tukar rupiah akan menurunkan permintaan ekspor.
Persamaan ini merupakan persamaan dasar dalam literatur ekspor Goldstein dan Khan, 1985 dalam Cheung 2003
1
. Data dan Metode
Analisa atas kinerja ekspor Maluku Utara akan menggunakan data triwulanan periode 2000:1 hingga 2009:1. Mengingat ekspor Maluku Utara mayoritas ditujukan ke Jepang, maka
pendapatan riil negara lain akan menggunakan PDRB riil Jepang yang bersumber dari Department of National Accounts – Economic and Social Research Institute – Cabinet Office
Japan. Data ekspor menggunakan ekspor riil yang bersumber dari BPS. Adapun data
real effective exchange rate
diperoleh dari Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia. Pengolahan data akan dilakukan dengan metode regresi sederhana.
1
Cheung, Yin‐Wong, 2003, An Analysis of Hong Kong Export Performance, UC Santa Cruz Economics Working Paper,
No.547.
25 Hasil dan Pembahasan
Hasil estimasi model regresi dapat dilihat pada tabel 1 dibawah. Berdasarkan model tersebut diperoleh nilai R-squared sebesar 0,7832 yang menggambarkan bahwa seluruh variasi dari
variabel-variabel yang ada, dapat dijelaskan oleh model sebanyak 78,32. Dengan persentase sebesar ini dapat dikatakan bahwa model telah cukup baik. Probabilitas F-statistic yang sebesar
0,00 menunjukan bahwa seluruh variabel independen secara serentak dan signifikan mempengaruhi variabel dependen. Jika dilihat satu per satu, variabel
real effective exchange rate
tidak berpengaruh secara signifikan karena nilai probabilitasnya yang berada diatas 0,05, sedangkan variabel independen lainnya yaitu PDB Jepang dan ekspor periode sebelumnya
mempengaruhi secara signifikan. Tabel 1.
Hasil Estimasi Model
Variable Coefficient
Std. Error t-Statistic
Prob. C -12.06625
4.370239 -2.761005
0.0095 LPDBJP 1.515141
0.422174 3.588901
0.0011 LREER 0.082036
0.114766 0.714805
0.4799 LXPRT-1 0.493468
0.111431 4.428458
0.0001 R-squared
0.783176 Mean dependent var 12.16541
Adjusted R-squared 0.762848 S.D. dependent var
0.168021 S.E. of regression
0.081823 Akaike info criterion -2.064073
Sum squared resid 0.214241 Schwarz criterion
-1.888126 Log likelihood
41.15331 Hannan-Quinn criter. -2.002663
F-statistic 38.52828 Durbin-Watson stat
1.584878 ProbF-statistic 0.000000
Sumber: Data diolah Seperti yang telah diperkirakan sebelumnya, PDB Jepang mempengaruhi secara signifikan
permintaan ekspor Maluku Utara. Kenaikan PDB Jepang sebesar 1,00 akan meningkatkan permintaan ekspor sebanyak 1,52 dan sebaliknya penurunan PDB Jepang akan menurunkan
permintaan ekspor. Ekspor Maluku Utara selama ini memang lebih banyak didominasi ke benua Asia dibandingkan
dengan benua lainnya, sedangkan sebagian tujuan ekspor lainnya adalah Eropa. Berdasarkan data Januari hingga April 2009, volume ekspor dengan tujuan Asia mencapai 82,29 dari total
volume ekspor Maluku Utara, sedangkan nilainya mencapai 79,92 dari keseluruhan nilai ekspor.
Di Asia, negara tujuan ekspor Malut sejak tahun 2003 hingga 2006 selalu didominasi oleh Jepang, namun sejak tahun 2007 ekspor ke Cina mulai meningkat. Jika dilihat volumenya,
26 ekspor ke Cina memang jauh lebih besar, namun apabila dilihat nilainya sebenarnya Jepanglah
yang memiliki lebih besar. Hal ini disebabkan karena komoditas yang diekspor ke Jepang memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan ke Cina. Dengan masih dominannya Jepang
sebagai tujuan ekspor, terutama ekspor Nickel maka tidak mengherankan apabila PDB Jepang mempengaruhi permintaan ekspor secara signifikan. Di negara tujuannya, output utama dari
pengolahan nikel stainless steel paling banyak digunakan pada industri otomotif.
Tabel 1 Proporsi Volume dan Nilai Ekspor Malut ke Jepang dan Cina
Tahun Volume
Nilai Jepang
R.R.C Jepang
R.R.C 2003 96,07
0,00 66,91
0,00 2004 97,49
0,00 79,00
0,00 2005 97,90
0,00 83,10
0,00 2006 79,88 19,18 77,78 11,29
2007 32,12 67,67 48,68 49,15 2008 34,39 65,57 54,97 44,78
sd Apr 09 44.96 51.84 59.61 33.59 Sumber: DSM
Pada triwulan III-2008 PDB Jepang tercatat mengalami kontraksi sebesar minus 0,3 y-o-y, lalu pada triwulan IV-2008 kontraksinya semakin dalam hingga mencapai minus 4,3 y-o-y,
dan pada triwulan I-2009 kondisi ini semakin parah dengan kontraksi mencapai minus 8,8. Dengan menurunnya PDB Jepang, maka tidak mengherankan apabila ekspor juga mengalami
penurunan, karena seperti yang ditunjukan oleh model, PDB Jepang memang signifikan mempengaruhi permintaan ekspor Maluku Utara. Dan seperti yang pernah dibahas pada KER
sebelumnya sampai triwulan pertama 2009, pasar otomotif dunia terus memburuk akibat turunnya permintaan seiring dengan adanya kirisis ekonomi global. Asosiasi Produsen Mobil
Jepang melaporkan penjualan kendaraan di pasar domestik selama Maret mengalami penurunan hingga 32. Selain itu akibat merosotnya permintaan dari Amerika Serikat dan
Eropa, produksi otomotif Jepang anjlok hingga 56 pada bulan Februari lalu dibandingkan bulan sama pada 2008. Penurunan ini merupakan yang terburuk sejak tahun 1967. Dua belas
pabrikan mobil Jepang hanya memproduksi 481.396 unit pada Februari lalu sehingga mendorong Nissan, Mazda, dan Mitsubishi memangkas produksi minimal 60.
Variabel nilai tukar riil ternyata tidak terlalu berpengaruh terhadap permintaan ekspor. Kondisi ini cukup logis mengingat biasanya untuk ekspor pertambangan telah ada kesepakatan atau
kontrak jangka panjang, sehingga naik-turunnya permintaan ekspor tidak terlalu dipengaruhi
27 oleh perubahan nilai tukar, tetapi lebih disebabkan oleh faktor kebutuhan akan nickel itu
sendiri. Ekspor satu periode sebelumnya ternyata secara signifikan mempengaruhi permintaan ekspor
untuk periode saat ini. Kenaikan ekspor satu periode lalu sebesar 1 akan menaikan permintaan ekspor saat ini sebesar 0,49. Kondisi ini menggambarkan bahwa dalam
permintaan ekspor Maluku Utara, Jepang akan memperhatikan kondisi ekspor Maluku Utara satu periode sebelumnya. Hal ini juga dapat dikaitkan dengan kondisi perekonomian domestik
Jepang, dimana kenaikan akan permintaan ekspor dari Maluku Utara, terutama nickel, berarti pula terjadi peningkatan aktivitas pengolahan nickel, yang berarti membaiknya permintaan
domestik Jepang akan produk berbahan nickel. Kesimpulan
Kinerja ekspor Maluku Utara sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi negara tujuan ekspor. Sebagai negara tujuan ekspor utama, naik-turunnya perekonomian Jepang akan berpengaruh
secara signifikan terhadap naik-turunnya permintaan ekspor Maluku Utara. Mengingat besarnya potensi sumber daya alam yang ada di Maluku Utara, maka pengelolaan sumber daya alam
tersebut harus dilakukan secara optimal agar memberikan manfaat yang seluas-luasnya kepada masyarakat. Diversifikasi tujuan ekspor bagi seluruh produk ekspor dapat dipertimbangkan,
sehingga jika terjadi gangguan ekonomi di suatu negara tujuan ekspor, dapat diimbangi dengan peningkatan ekspor ke negara tujuan lainnya.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
28
Perkembangan Inflasi Regional
2.1
Gambaran Umum Tingkat perkembangan harga di Ternate pada Triwulan II-2009 mengalami
penurunan, baik itu secara triwulanan q-t-q maupun tahunan y-o-y, dibandingkan dengan Triwulan I-2009. Secara triwulanan perkembangan harga di
Ternate pada triwulan II-2009 tercatat mengalami deflasi sebesar minus 0,27, dimana pada triwulan I-2009 masih terjadi inflasi sebesar 1,25. Secara tahunan
inflasi yang terjadi adalah sebesar 4,34, jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan inflasi tahunan yang terjadi pada triwulan I-2009 yang mencapai 7,64.
Penurunan tingkat inflasi pada bulan Juni 2009 terutama disebabkan oleh kelompok bahan makanan.
Jika dibandingkan dengan nasional stabilitas harga yang terjadi dikota Ternate secara triwulanan lebih baik namun secara tahunan lebih buruk. Secara
triwulanan Ternate mengalami penurunan inflasi sebesar minus 0,27 sedangkan pada tingkat nasional terjadi penurunan inflasi sebesar minus 0,13. Jika
dibandingkan dengan wilayah-wilayah SULAMPUA, Ambon merupakan provinsi yang mengalami penurunan inflasi tertinggi hingga mencapai minus 2,43 dan
diikuti oleh Manado yang mengalami penurunan sebesar minus 2,08, lalu Makassar sebesar minus 1,13, Parepare sebesar minus 0,53, Jayapura sebesar
minus 0,36, Palu sebesar minus 0,36 lalu Kendari sebesar minus 0,34. Daerah-daerah yang tingkat inflasinya diatas nasional adalah Watampone 0,84,
Gorontalo 0,59, Sorong 0,52, Manokwari 0,36 dan Mamuju 0,06. Secara tahunan Ambon merupakan satu-satunya daerah yang mengalami deflasi
yaitu sebesar minus 0,21. Daerah-daerah lain yang inflasinya berada dibawah inflasi nasional adalah Manado 2,25, Jayapura 2,77 dan Makassar 3,34.
Daerah-daerah yang inflasinya diatas inflasi nasional yaitu Manokwari 13,24, Gorontalo 7,22, Watampone 7,02, Kendari 6,81, Sorong 6,66, Palu
5,83, Palopo 5,77, Mamuju 5,24 dan Parepare 4,53.
Bab II
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
29
Gambar 2.1 Perbandingan Inflasi Triwulanan q-t-q
Gambar 2.2 Perbandingan Inflasi Tahunan y-o-y
2.2 Inflasi Berdasarkan Kelompok