Inflasi Berdasarkan Kelompok ProdukHukum BankIndonesia

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara 29 Gambar 2.1 Perbandingan Inflasi Triwulanan q-t-q Gambar 2.2 Perbandingan Inflasi Tahunan y-o-y

2.2 Inflasi Berdasarkan Kelompok

A. Inflasi Triwulanan q-t-q Inflasi tertinggi pada triwulan ini terjadi pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 16,24. Sub kelompok yang mengalami inflasi tertinggi pada kelompok ini adalah pendidikan yang inflasinya mencapai 24,01. Deflasi tertinggi terjadi pada kelompok bahan makanan dengan deflasi sebesar minus 1,89. Deflasi pada kelompok ini terutama disebabkan oleh deflasi pada Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara 30 sub kelompok ikan segar yang mengalami deflasi sebesar minus 7,20, dan sub kelompok bumbu-bumbuan yang deflasinya sebesar minus 12,78. Secara umum kelompok bahan makanan mengalami deflasi sebesar minus 1,89, dimana pada triwulan sebelumnya inflasi tercatat sebesar 3,73. Terjadinya penurunan harga ini terutama disebabkan oleh penurunan harga pada sub kelompok ikan segar; telur, susu dan hasil-hasilnya; kacang-kacangan; buah- buahan; dan bumbu-bumbuan. Komoditas ikan segar yang mengalami penurunan harga yaitu cakalang, lolosi, kembung, malalugis, tude, ekor kuning, goropa dan bubara. Adapun komoditas yang mengalami penurunan harga pada sub kelompok bumbu-bumbuan adalah cabe rawit dan bawang putih. Tabel 2.1 Inflasi Sub Kelompok Bahan Makanan q-t-q Sub Kelompok Bahan Makanan Inflasi Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya 0,35 Daging dan Hasil-hasilnya 2,65 Ikan Segar -7,20 Ikan Diawetkan 14,25 Telur, Susu dan Hasil-hasilnya -0,02 Sayur-sayuran 6,78 Kacang – kacangan -3,55 Buah – buahan -1,80 Bumbu – bumbuan -12,78 Lemak dan Minyak 4,67 Bahan Makanan Lainnya 2,08 Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mengalami inflasi sebesar 0,74, lebih rendah jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 2,07. Inflasi tertinggi terjadi pada sub kelompok makanan jadi sebesar 1,17, dengan komoditas yang mengalami kenaikan harga diantaranya adalah mie. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara 31 Tabel 2.2 Inflasi Sub Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok Tembakau q-t-q Sub Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok Tembakau Inflasi Makanan Jadi 1,17 Minuman yang Tidak Beralkohol -0,17 Tembakau dan Minuman Beralkohol 0,51 Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara Kelompok perumahan, listrik, air, gas dan bahan bakar mengalami inflasi 0,26 lebih rendah jika dibandingkan dengan inflasi pada triwulan sebelumnya yang mencapai 1,48. Inflasi tertinggi terjadi pada sub kelompok penyelenggaraan rumah tangga, sedangkan pada sub kelompok bahan bakar, penerangan, dan air harganya relatif stabil. Komoditas penyumbang inflasi utama pada kelompok ini adalah cat tembok, kasur, air conditioner AC, pompa air listrik dan pembasmi nyamuk bakar. Tabel 2.3 Inflasi Sub Kelompok Perumahan, Listrik, Air, Gas dan Bahan Bakar q-t-q Sub Kelompok Perumahan, Listrik, Air, Gas BB Inflasi Biaya Tempat Tinggal 0,26 Bahan Bakar, Penerangan dan Air 0,00 Perlengkapan Rumahtangga 0,38 Penyelenggaraan Rumahtangga 0,87 Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara Kelompok sandang mengalami deflasi sebesar minus 1,12 dimana pada triwulan sebelumnya kelompok ini mengalami inflasi sebesar 2,59. Deflasi terutama disebabkan oleh penurunan harga pada sub kelompok barang pribadi dan sandang lain dengan deflasi mencapai minus 6,71. Tabel 2.4 Inflasi Sub Kelompok Sandang, Air, Gas dan Bahan Bakar q-t-q Sub Kelompok Sandang Inflasi Sandang Laki-laki 0,00 Sandang Wanita 0,34 Sandang Anak-anak 1,11 Barang Pribadi dan Sandang Lain -6,71 Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara 32 Kelompok kesehatan mengalami inflasi sebesar 0,54 lebih rendah jika dibandingkan dengan inflasi pada triwulan sebelumnya yang sebesar 0,95. Inflasi tertinggi terjadi pada sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetika yang inflasinya mencapai 1,22 lebih tinggi jika dibandingkan dengan inflasi triwulan sebelumnya yang sebesar 0,22. Inflasi pada sub kelomnpok ini disebabkan oleh terjadinya kenaikan harga pada komoditas pasta gigi, bedak, hand body lotion, sabun mandi dan alas bedak. Sedangkan inflasi yang dialami oleh sub kelompok obat-obatan disebabkan oleh kenaikan harga vitamin. Tabel 2.5 Inflasi Sub Kelompok Kesehatan q-t-q Sub Kelompok Kesehatan Inflasi Jasa Kesehatan 0,00 Obat-obatan 0,09 Jasa Perawatan Jasmani 0,00 Perawatan Jasmani dan Kosmetika 1,22 Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga mencapai inflasi sebesar 1,71 jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan kondisi harga pada triwulan sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar minus 0,07. Kondisi ini dipicu oleh kenaikan harga pada sub kelompok rekreasi yang mencapai 5,80 dengan komditas yang mengalami kenaikan harga diantaranya televisi berwarna. Tabel 2.6 Inflasi Sub Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga q-t-q Sub Kelompok Pendidikan, Rekreasi Olah Raga Inflasi Pendidikan 0,00 Kursus-kursus Pelatihan 0,00 Perlengkapan Peralatan Pendidikan 0,02 Rekreasi 5,80 Olahraga 0,68 Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara Kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan mengalami inflasi sebesar 0,23 dimana pada triwulan sebelumnya inflasi tercatat sebesar minus 4,00. Hal ini terutama disebabkan karena kenaikan harga pada sub kelompok sarana dan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara 33 penunjang transpor yang mencapai 0,67 dengan komoditas yang mengalami kenaikan harga diantaranya ban luar motor dan ban dalam motor. Untuk inflasi pada sub kelompok transpor utamanya dipicu oleh kenaikan harga pada komoditas mobil dan sepeda. Tabel 2.7 Inflasi Sub Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan q-t-q Sub Kelompok Transpor, Komunikasi Jasa Keuangan Inflasi Transpor 0,30 Komunikasi Dan Pengiriman 0,00 Sarana dan Penunjang Transpor 0,67 Jasa Keuangan 0,00 Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara B. Inflasi Tahunan y-o-y Jika dilihat secara tahunan inflasi tertinggi terjadi pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga yaitu sebesar 16,24, sedangkan penurunan harga terjadi pada kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan sebesar minus 3,41. Pendidikan merupakan sub kelompok yang mengalami inflasi tertinggi yaitu sebesar 24,01 pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga. Sub kelompok yang mengalami deflasi pada kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan adalah transpor yang mengalami penurunan harga mencapai minus 5,96. Jika dilihat secara tahunan y-o-y inflasi kelompok bahan makanan pada triwulan II tahun 2009 adalah sebesar 5,63, lebih kecil jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 12,59. Hal ini disebabkan karena perlambatan inflasi pada sebagian besar sub kelompok bahan makanan yang ada, dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Inflasi tertinggi terjadi pada sub kelompok sayur- sayuran yang inflasinya mencapai 23,68, dimana pada triwulan sebelumnya inflasi tercatat sebesar 20,72. Sub kelompok daging dan hasil-hasilnya juga mengalami inflasi tinggi hingga mencapai 15,61, yang melambat jika dibandingkan dengan inflasi pada triwulan sebelumnya yang mencapai 16,33. Penurunan harga terjadi pada sub kelompok bumbu-bumbuan dengan penurunan harga sebesar minus 7,02 dimana pada triwulan sebelumnya sub kelompok ini mengalami inflasi sebesar 8,97. Sub kelompok lemak dan minyak juga mengalami penurunan harga Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara 34 sebesar minus 6,11, dimana pada triwulan sebelumnya penurunan harga yang terjadi jauh lebih besar yaitu sebesar minus 13,50. Tabel 2.8 Inflasi Sub Kelompok Bahan Makanan y-o-y Sub Kelompok Bahan Makanan Inflasi Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya 0,71 Daging dan Hasil-hasilnya 15,61 Ikan Segar 7,79 Ikan Diawetkan 2,29 Telur, Susu dan Hasil-hasilnya 5,34 Sayur-sayuran 23,68 Kacang – kacangan 3,97 Buah – buahan 3,70 Bumbu – bumbuan -7,02 Lemak dan Minyak -6,11 Bahan Makanan Lainnya 2,84 Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara Inflasi tahunan yang terjadi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau adalah 8,07 lebih rendah jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 9,31. Inflasi tertinggi terjadi pada sub kelompok minuman yang tidak beralkohol dengan inflasi sebesar 12,34 lebih tinggi jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 10,40. Tabel 2.9 Inflasi Sub Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok Tembakau y-o-y Sub Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok Tembakau Inflasi Makanan Jadi 7,35 Minuman yang Tidak Beralkohol 12,34 Tembakau dan Minuman Beralkohol 7,22 Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara Kelompok perumahan, listrik, air, gas dan bahan bakar mengalami inflasi sebesar 3,46 atau mengalami perlambatan jika dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya yang sebesar 6,05. Inflasi tertinggi terjadi pada sub kelompok penyelenggaraan rumah tangga yaitu 6,39 jauh lebih rendah dibandingkan inflasi pada triwulan sebelumnya yang mencapai 12,69. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara 35 Tabel 2.10 Inflasi Sub Kelompok Perumahan, Listrik, Air, Gas dan Bahan Bakar y-o-y Sub KelompokPerumahan, Listrik, Air, Gas BB Inflasi Biaya Tempat Tinggal 4,13 Bahan Bakar, Penerangan dan Air 0,09 Perlengkapan Rumahtangga 4,10 Penyelenggaraan Rumahtangga 6,39 Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara Kelompok sandang mengalami inflasi sebesar 6,25 lebih rendah dibandingkan dengan kenaikan harga pada triwulan sebelumnya yaitu sebesar 8,06. Inflasi tertinggi terjadi pada sub kelompok barang pribadi dan sandang lain yang mencapai 13,76 meskipun memang lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 19,81. Tabel 2.11 Inflasi Sub Kelompok Sandang, Air, Gas dan Bahan Bakar y-o-y Sub Kelompok Sandang Inflasi Sandang Laki-laki 1,41 Sandang Wanita 6,89 Sandang Anak-anak 6,72 Barang Pribadi dan Sandang Lain 13,76 Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara Kelompok kesehatan mengalami inflasi sebesar 3,70 sedikit meningkat jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 3,55. Inflasi tertinggi terjadi pada sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetika yang inflasinya mencapai 7,06 sedikit lebih tinggi jika dibandingkan dengan inflasi triwulan sebelumnya yang sebesar 7,05. Penurunan harga terjadi pada sub kelompok jasa perawatan jasmani yaitu minus 0,38 yang masih mengikuti trend penurunan pada triwulan sebelumnya yaitu sebesar minus 1,13. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara 36 Tabel 2.12 Inflasi Sub Kelompok Kesehatan y-o-y Sub Kelompok Kesehatan Inflasi Jasa Kesehatan 2,37 Obat-obatan 0,85 Jasa Perawatan Jasmani -0,38 Perawatan Jasmani dan Kosmetika 7,06 Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga mencapai inflasi sebesar 16,24 masih meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 14,50. Inflasi tertinggi terjadi pada sub kelompok pendidikan yang mencapai 24,01, sedikit mengalami perlambatan dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya yang sebesar 24,02. Penurunan harga terjadi pada sub kelompok olahraga yaitu sebesar minus 3,53 dimana pada periode sebelumnya masih mengalami inflasi sebesar 1,64. Tabel 2.13 Inflasi Sub Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga y-o-y Sub Kelompok Pendidikan, Rekreasi Olah Raga Inflasi Pendidikan 24,01 Kursus-kursus Pelatihan 7,01 Perlengkapan Peralatan Pendidikan 4,53 Rekreasi 11,72 Olahraga -3,53 Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara Kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan mengalami penurunan harga sebesar minus 3,41 dimana penurunan harga ini lebih besar dibandingkan dengan periode sebelumnya yang sebesar minus 0,35. Inflasi tertinggi dialami oleh sub kelompok komunikasi dan pengiriman sebesar 2,77, dimana pada triwulan sebelumnya terjadi penurunan harga hingga mencapai minus 11,97. Penurunan harga terjadi pada sub kelompok transpor yaitu sebesar minus 5,96 dimana pada triwulan sebelumnya terjadi inflasi sebesar 4,88. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara 37 Tabel 2.14 Inflasi Sub Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan q-t-q Sub Kelompok Transpor, Komunikasi Jasa Keuangan Inflasi Transpor -5,96 Komunikasi Dan Pengiriman 2,77 Sarana dan Penunjang Transpor 1,12 Jasa Keuangan 2,55 Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara 38 BOKS 2 High Cost Economics dalam Bongkar-Muat Barang di Ternate dan Pengaruhnya Terhadap Pembentukan Harga Barang Salah satu permasalahan ekonomi yang penting untuk diatasi adalah inflasi. Inflasi merupakan kecenderungan naiknya harga barang atau jasa, dimana kenaikan harga yang terus menerus dan tidak terkendali akan memiliki dampak negatif yang sangat luas terhadap perekonomian. Dampak- dampak negatif tersebut diantaranya yaitu: 1 Inflasi akan menurunkan kesejahteraan masyarakat, 2 distribusi pendapatan melebar, 3 inflasi menjadikan iklim usaha tidak kondusif, 4 inflasi yang tinggi akan menghambat pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang. Secara historis tingkat inflasi tahunan di Maluku Utara lebih tinggi bila dibandingkan dengan inflasi nasional. Sejalan dengan kerangka kebijakan moneter yang diterapkan saat ini di Indonesia, yaitu inflation targeting framework ITF , dimana tujuan akhir dari kebijakan moneter adalah untuk mencapai inflasi yang rendah dan stabil, diperlukan pemahaman tentang bagaimana pembentukan harga barang terjadi di daerah. Sebagaimana diketahui Bank Indonesia hanya memiliki kemampuan terbatas untuk megendalikan inflasi, dan banyak faktor-faktor diluar kendali Bank Indonesia yang berperan dalam menentukan inflasi. Dengan demikian perlu diidentifikasi faktor-faktor apa saja yang ikut menentukan dalam penetapan harga barang. Untuk kasus Ternate, beberapa faktor penting yang perlu diperhatikan dalam penetapan harga barang adalah tingginya ketergantungan perekonomian daerah terhadap perekonomian regional, berbagai masalah infrastruktur dan terjadinya high cost economic activity terutama pada saat bongkar muat barang di pelabuhan. Tulisan ini akan menguraikan permasalahan bongkar-muat di Ternate, karena biaya bongkar-muat menjadi salah satu komponen penting dalam penetapan harga kebutuhan masyarakat dimana mayoritas didatangkan dari luar pulau. Permasalahan dalam Bongkar-Muat Dalam pertemuan triwulanan tim koordinasi pengendalian inflasi daerah TKPID di Bank Indonesia pada bulan Juni, pimpinan ADPEL Kota Ternate Bp. Asmari menyampaikan bahwa biaya bongkar – muat di pelabuhan Ahmad Yani Ternate termasuk yang tertinggi di indonesia, terutama biaya penanganan petikemas isi 20” dengan tarif per box sebesar Rp887.335,- dibandingkan dengan pelabuhan lain di Indonesia yang rata – rata hanya sebesar Rp250 – 300 ribu. 39 Beberapa hal yang ditengarai menjadi penyebab tingginya biaya di pelabuhan Ahmad Yani tersebut antara lain: • Adanya pungutan – pungutan yang tidak relevan Sampai saat ini masih diberlakukan tarif kerusuhan yang mulai diberlakukan sejak tahun 1999, yaitu saat terjadi kerusuhan di Maluku Utara. Hal ini ditengarai sebagai cerminan rendahnya pemahaman terhadap pengenaan tarif baik jenis maupun besarannya. • Belum terbentuknya P2T Pusat Pelayanan Terpadu Kondisi ini menyebabkan arus kapal keluar – masuk pelabuhan menjadi kurang teratur dan meningkatkan pemborosan waktu saat bongkar muat. • Umpan balik pengangkutan petikemas tidak ada datang penuh – kembali kosong Kondisi ini disiasati dengan peningkatan perhitungan biaya petikemas. • Jalan di Ternate terlalu sempit Tidak tersedianya fasilitas jalan yang memungkinkan barang kontainer turun dari kapal, lalu masuk truk, dan diangkut ke gudang pedagang, semakin meningkatkan biaya angkut barang. • Sebagian besar pedagang di wilayah Maluku Utara tidak memiliki gudang tersendiri Hal ini menimbulkan gudang bayangan berupa tumpukan peti kemas di lingkungan pelabuhan yang menambah biaya penumpukan barang. • Uang pandu GT 500 kebawah masih dikenakan Menurut ketentuan yang ada seharusnya untuk gross tonage 500 kebawah bebas biaya. • Pass pelabuhan dipungut dua kali masuk – keluar Biaya pass pelabuhan seharusnya dikenakan hanya saat masuk kawasan pelabuhan saja. Biaya Bongkar Muat Sebagai Komponen Harga Hampir seluruh barang kebutuhan pokok di Ternate didatangkan dari luar pulau. Dengan demikian barang-barang yang dijual di Ternate harus memperhatikan harga pokok barang, biaya angkut barang dan margin keuntungan. Umumnya impor antar pulau untuk wilayah Maluku Utara menggunakan transportasi laut, sehingga biaya bongkar-muat barang penting untuk diperhatikan. Dengan mahalnya biaya angkut barang, maka harga jual barang di Ternate menjadi semakin mahal. Seperti yang dapat dilihat pada tabel 1, barang kebutuhan pokok, barang strategis maupun barang kebutuhan lainnya banyak yang didatangkan dari luar wilayah Ternate. 40 Tabel 1. Volume Bongkar Komoditas Terpilih Komoditas Volume TonM3 Komoditas Volume TonM3 SEMEN TONASA TIGA RODA DSB 28.075 SENG, ARDEX 850 BARANG CAMPURAN 23.709 GULA PASIR 775 BERAS UMUM NON DOLOG 8.497 KACANG KEDELE, KC TANAH 775 TEGELKERAMIKPORSELIN 4.900 BAWANG 725 MOTOR RODA EMPAT 2.575 PIPA 700 MINUMAN RINGAN 2.375 MINYAK GORENG, DRUM, DOS 650 BAHAN MAKANAN 2.150 SABUN 650 TEPUNG TERIGU TAPIOKA 1.950 CAT TEMBOK 421 MEUBEL, GEMBOL PERABOT RT 1.800 MIE INSTAN 400 MOTOR RODA DUA 1.766 MESIN KONST. BERAT RINGAN 395 TELUR 1.675 TRIPLEK 350 ROKOK 1.675 BRG PINDAH, ALAT RUMAH TANGGA 315 SUSU 1.125 ELEKTRONIK 200 UNILEVER 1.100 SPARE PART 55 KACA 1.000 OBAT-OBATAN 25 ALAT LISTRIKMESIN 880 ALAT OLAHRAGA 15 Sumber: Simoppel, edisi Januari hingga Maret 2009 Untuk mengatasi tingkat harga yang tinggi, maka masalah bongkar muat harus diatasi. Memang telah muncul wacana untuk membangun pelabuhan alternatif diluar kota Ternate, namun hal ini tentunya perlu mendapat dukungan semua pihak terkait, karena akan sulit jika seluruh permasalahan yang ada ditangani oleh satu pihak saja. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara 41 Perkembangan Perbankan Daerah