Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
Perkembangan Ekonomi Makro 8
Meskipun kondisi Maluku Utara saat ini relatif lebih kondusif, namun hasil survei menemukan bahwa kondisi keamanan usaha di daerah Maluku Utara masih rendah,
dimana hal ini dikaitkan dengan upaya Pemda dalam menjamin keamanan berusaha. Hal ini mengindikasikan bahwa masih adanya stereotipe negatif dimana
masyarakat luar menganggap Maluku Utara merupakan daerah rawan konflik. Untuk merubah hal ini diperlukan kerjasama seluruh pihak, misalnya melalui
penciteraan media, agar tercipta
image
bahwa Maluku Utara adalah daerah yang bersahabat dan memiliki iklim usaha yang kondusif.
C. Pengeluaran Pemerintah
Pengeluaran pemerintah pada periode triwulan II-2009 masih menunjukan pertumbuhan walau mengalami perlambatan dibandingkan dengan triwulan I-
2009. Pertumbuhan pengeluaran pemerintah pada triwulan laporan adalah 15,50 y-o-y sedangkan pada triwulan sebelumnya pertumbuhannya mencapai 23,33
y-o-y. Pada triwulan II-2009 nilai pengeluaran pemerintah mencapai 190,86 milyar rupiah sedangkan pada triwulan I-2009 nilainya adalah 188,15 milyar rupiah.
Pertumbuhan pemerintah pada periode ini didorong oleh realisasi proyek-proyek yang biasanya telah ditenderkan pada triwulan pertama.
Gambar 1.6 Perkembangan Riil Pengeluaran Pemerintah
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
Perkembangan Ekonomi Makro 9
Kegiatan goverment spending pada triwulan berikutnya diperkirakan masih akan mengalami pertumbuhan. Salah satu indikasinya adalah pada triwulan laporan
beberapa proyek pemerintah baru memasuki tahap tender, sehingga pada triwulan berikutnya diperkirakan sudah memasuki tahapan pengerjaanrealisasi.
D. Kegiatan Ekspor dan Impor
Kinerja net ekspor pada triwulan II-2009 masih melanjutkan trend kontraksi yang telah dimulai sejak triwulan IV-2008. Pertumbuhan sebesar 0,77 y-o-y
pada triwulan III-2008 tidak berlanjut pada triwulan berikutnya seiring terjadinya krisis keuangan global yang menurunkan permintaan dunia. Pada triwulan IV-2008
net ekspor mengalami kontraksi hingga mencapai minus 54,03 y-o-y, dan berlanjut pada triwulan I-2009 dimana kontraksinya menjadi minus 67,54 y-o-y,
lalu pada triwulan II-2009 kontraksinya semakin dalam hingga mencapai minus 69,90 y-o-y. Kondisi ini disebabkan karena semakin dalamnya kontraksi yang
dialami ekspor, sedangkan impor masih mengalami pertumbuhan. Seperti yang ditunjukan dalam gambar 1.7, kinerja ekspor pada triwulan II-2009
menunjukan kontraksi yang semakin dalam dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, dimana pada triwulan laporan ekspor tercatat mengalami kontraksi
sebesar minus 25,61, sedangkan pada triwulan sebelumnya kontraksi ekspor tercatat sebesar minus 24,48. Kontraksi ekspor secara keseluruhan dipicu oleh
kontraksi komoditas nickel, sedangkan untuk ikan masih relatif stabil.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
Perkembangan Ekonomi Makro 10
Gambar 1.7 Perkembangan Ekspor Riil
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Kinerja impor pada triwulan II-2009 masih mengalami pertumbuhan meskipun
sedikit mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan impor tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 4,55 y-o-y, dimana
pada triwulan I-2009 pertumbuhannya sebesar 4,58 y-o-y. Gambar 1.8
Perkembangan Impor Maluku Utara
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Tumbuhnya impor terutama didorong oleh impor antar pulau, dimana pada
triwulan laporan pertumbuhannya tercatat sebesar 12,99 y-o-y, dimana pada triwulan I-2009 pertumbuhannya 12,18. Meksipun pada triwulan II-2009 ini
impor luar negeri mengalami kontraksi hingga mencapai minus 67,13 y-o-y,
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
Perkembangan Ekonomi Makro 11
namun karena porsinya yang hanya sebesar 3, maka hal ini tidak terlalu berpengaruh terhadap kinerja impor secara keseluruhan.
Pada triwulan II-2009, berdasarkan data impor dari bea cukai, volume impor Maluku Utara untuk periode April-Mei 2009 tercatat sebesar 52 ribu ton, dengan nilai impor
sebesar 67.660 US. Impor luar negeri pada periode ini terutama merupakan barang modal untuk industri perkapalan. Untuk impor antar pulau, data SIMOPPEL
menunjukan bahwa pada bulan april 2009, volume bongkar barang mencapai 24.176 ton.
1.3 Perkembangan Ekonomi dari Sisi Penawaran