Penyaluran Kredit ProdukHukum BankIndonesia

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara 47 Jika ditelaah berdasarkan golongan debitur, debitur perorangan masih memberikan kontribusi terbesar dalam penghimpunan DPK dimana porsinya pada triwulan II- 2009 adalah 65,30 dengan jumlah penghimpunan dana sebesar 1,89 triliun rupiah. Kondisi ini meningkat jika dibandingkan dengan kondisi triwulan sebelumnya dimana porsi debitur perorangan adalah 62,59. Dana pemerintah yang dikelola oleh perbankan di Maluku Utara pemerintah pusat, pemerintah daerah, badanlembaga pemerintah, BUMN dan BUMD memiliki porsi sebesar 30,04, mengalami penurunan dibandingkan triwulan I-2009 dimana porsinya adalah 32,78. Hal ini terjadi karena pada triwulan II-2009 proyek-proyek pemerintah telah mulai dijalankan, dimana pada triwulan I-2009 proses tender biasanya baru dimulai.

c. Penyaluran Kredit

c.1.Penyaluran Kredit Berdasarkan Bank Pelapor Kegiatan penyaluran kredit kepada masyarakat pada triwulan II-2009 masih mengalami pertumbuhan, meskipun melambat jika dibandingkan dengan triwulan I-2009. Pada triwulan laporan tercatat jumlah kredit yang disalurkan adalah Rp 1,53 miliar, tumbuh sebesar 45,29 y-o-y. Meskipun masih mengalami pertumbuhan yang tinggi, namun kinerja pada triwulan II-2009 melambat jika dibandingkan dengan kinerja pada triwulan I-2009 dimana pertumbuhan yang terjadi adalah 50,74 y-o-y. Jika dibandingkan antara golongan kredit, kredit perbankan yang disalurkan kepada UKM tercatat sebesar Rp 1,4 triliun, sedangkan kredit yang disalurkan kepada non UKM adalah 100 miliar rupiah. Jika dipersentasekan, maka persentase kredit UKM mencapai 93,41 dari jumlah kredit di Maluku Utara, sedangkan kredit non UKM sebesar 6,59. Besarnya porsi kredit UKM ini mengindikasikan besarnya komitmen perbankan dalam rangka pengembangan UKM di Maluku Utara, yang pada dasarnya memang didominasi oleh usaha yang berbentuk UKM. Selain itu masih terbatasnya kewenangan dalam hal pemutusan kredit non UKM juga menjadi faktor penyebab kecilnya kredit non UKM, dimana sebagian perbankan di Maluku Utara harus berkonsultasi dulu dengan kantor wilayah baik di Manado atau di Makassar. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara 48 Dari sisi penggunaan, kredit konsumsi masih menjadi kredit utama yang disalurkan oleh perbankan dengan porsi mencapai 57,63 dari kredit keseluruhan. Pada triwulan II-2009 kredit konsumsi tumbuh sebesar 50,11 y-o-y, mengalami perlambatan jika dibandingkan kondisi triwulan sebelumnya, dimana pertumbuhan kredit konsumsi mencapai 57,16 y-o-y. Tingginya kredit konsumsi ini juga tercermin dalam tingginya konsumsi masyarakat Maluku Utara, seperti yang telah dibahas pada bagian sebelumnya. Kredit investasi terus menunjukan pertumbuhan yang tinggi, meskipun melambat jika dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan I-2009 tercatat pertumbuhan kredit konsumsi sebesar 58,33 y-oy, sedangkan pada triwulan II-2009 pertumbuhannya adalah 56,02 y-o-y. Tingginya pertumbuhan kredit swasta mengindikasikan bahwa dari tahun ke tahun, investasi yang terjadi di Maluku Utara terus bertambah, meskipun memang selama ini tampaknya investasi masih didominasi oleh Pemerintah melalui pembangunan berbagai infrastruktur. Melalui pembangunan infrastruktur tersebut diharapkan aksesibilitas daerah menjadi lebih mudah, dan menjadi daya tarik investasi bagi investor luar. Seperti halnya pada kredit konsumsi dan investasi, kredit modal kerja juga masih menunjukan pertumbuhan meskipun melambat jika dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan II-2009 tercatat kredit modal kerja mengalami pertumbuhan sebesar 35,43 y-o-y dimana pada triwulan I-2009 pertumbuhannya adalah 39,40. Tabel 3.2 Perkembangan Kredit Perbankan Miliar rupiah 2008 2009 I II III IV I II Jenis Penggunaan 918,34 1.052,83 1.187,04 1.269,69 1.384,28 1.529,61 Modal Kerja 336,65 380,82 398,41 424,70 469,28 515,76 Investasi 68,71 86,68 109,55 109,22 108,79 135,23 Konsumsi 512,98 585,33 679,08 735,77 806,22 878,62 Golongan Kredit 304,17 1.052,83 1.187,04 1.269,69 1.384,28 1.529,61 UKM ‐ KUK inc. PKT 167,24 199,00 192,44 207,37 207,32 228,44 UKM ‐ Non KUK 68,24 788,37 916,26 993,09 1.090,66 1.200,34 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara 49 Non UKM 68,69 65,46 78,33 69,22 86,29 100,83 Jenis Bank 918,34 1.052,83 1.187,04 1.269,69 1.384,28 1.529,61 Bank Pemerintah 841,11 968,45 1.095,49 1.179,40 1.291,11 1.424,62 Bank Swasta 77,23 84,38 91,55 90,29 93,17 105,00 Apabila dibandingkan penyaluran kredit berdasarkan sektor ekonomi, sektor konstruksi mencatatkan pertumbuhan tahunan yang sangat mengagumkan, dimana pada triwulan II-2009 pertumbuhan kredit di sektor ini tercatat sebesar 2067,55 y-o-y. Selama setahun terakhir perkembangan kredit sektor konstruksi memang terjadi dengan sangat pesat, dimana pada triwulan II-2008 kredit untuk sektor ini tercatat hanya sebesar Rp 5,82 miliar rupiah, sedangkan pada triwulan II-2009 jumlahnya telah mencapai Rp 126,11 miliar. Kondisi ini terjadi seiring dengan meningkatnya aktivitas pembangunan infrastruktur, baik itu pada wilayah lama seperti Ternate maupun Tidore, serta wilayah-wilayah yang baru saja mengalami pemekaran. Khusus untuk daerah-daerah yang baru saja mekar, aktivitas di sektor bangunan pasti akan mengalami lonjakan. Kredit pada sektor perdagangan, hotel dan restoran memiliki porsi terbesar dibandingkan dengan penyaluran kredit kepada sektor lainnya, yaitu sebesar 25,41, sedikit menurun jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 25,55. Kredit sektor ini pada triwulan laporan tercatat sebesar 388,65 miliar rupiah atau tumbuh sebesar 27,43 y-o-y dibandingkan periode yang sama tahun lalu, namun masih lebih rendah jika dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 28,82 y-o-y. Kredit kepada sektor pertanian, yang merupakan sektor dengan share terbesar dalam perekonomian, hanya memperoleh sebanyak 4,81 dari seluruh kredit di Maluku Utara, dengan nilai sebesar 73,51 miliar rupiah, tumbuh 19,17 y-o-y dibandingkan periode yang sama tahun lalu. c.2 Persetujuan Kredit Baru Pada triwulan II-2009 pertumbuhan persetujuan kredit baru secara tahunan mengalami pertumbuhan yang sangat mengagumkan hingga mencapai Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara 50 170,20 y-o-y. Nilai persetujuan kredit baru pada triwulan II-2009 tercatat sebesar Rp 591,41 miliar. Pertumbuhan ini terutama didorong oleh kredit baru bagi penggunaan modal kerja yang mengalami pertumbuhan tahunan fantastis dimana pada triwulan II-2009 pertumbuhannya mencapai 2860,56 y-o-y dengan nilai mencapai Rp 510,46 miliar. Lonjakan kredit baru pada modal kerja sebenarnya telah dimulai pada triwulan I-2009 tepatnya pada bulan Februari. Kondisi ini terjadi karena peningkatan pelaksanaan proyek-proyek pemerintah, dimana kontraktor lebih dahulu melakukan pembangunan, baru kemudian diberikan pembayaran sesuai persentase pembangunan yang telah dikerjakan, sehingga kredit untuk modal kerja mengalami lonjakan. Semakin banyaknya pembangunan ruko di Kota Ternate juga merupakan penjelasan lainnya untuk penggunaan kredit modal kerja. Peningkatan aktivitas usaha juga ikut mendorong pertumbuhan kredit investasi, dimana secara tahunan pertumbuhannya mencapai 146,77 y-o-y dengan nilai persetujuan sebesar Rp 29,99 miliar. Kredit konsumsi mengalami kontraksi hingga mencapai minus 73,10 y-o-y dengan nilai yang disetujui sebesar Rp 50,97 miliar. Dengan tingginya pertumbuhan pada kredit modal kerja, tidak mengherankan apabila pertumbuhan persetujuan kredit secara keseluruhan mengalami lonjakan, mengingat porsinya yang sangat dominan. Gambar 3.4 Proporsi Persetujuan Kredit Baru Bank pemerintah menunjukan agresifitas yang tinggi dalam hal pemberian kredit baru, dimana pertumbuhannya mencapai 332,74 y-o-y dengan nilai mencapai Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara 51 Rp 288,03 miliar. Karena pertumbuhannya yang tinggi ini, tidak mengherankan apabila porsi bank pemerintah dalam pemberian kredit baru mengalami peningkatan. Pada triwulan I-2009 share bank pemerintah adalah 19,49, lalu pada triwulan II-2009 sharenya tumbuh menjadi 48,70. Tidak berbeda dengan periode sebelumnya, Kota Ternate masih menjadi tempat utama dalam pemberian kredit baru dengan share sebesar 97,57. d. Loan to Deposit Ratio LDR Bank Umum Pada triwulan II-2009 kegiatan intermediasi perbankan mengalami peningkatan. Pada triwulan laporan LDR bank umum tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 35,98 y-o-y, dengan angka LDR sebesar 52,82, sedangkan pada periode yang sama tahun lalu LDR tercatat sebesar 39,10. Hal ini menunjukan bahwa selama setahun terakhir telah terjadi peningkatan aktivitas intermediasi perbankan di Maluku Utara secara signifikan, dan diharapkan kedepan perbankan dapat lebih meningkatkan fungsi intermediasi tersebut dan menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi daerah, tidak hanya menjadi pengikut 2 . Sesuai dengan fungsinya bank merupakan lembaga intermediasi keuangan, sehingga penyaluran kredit harus terus ditingkatkan, khususnya kredit yang sifatnya produktif. Jika dibandingkan antara LDR bank pemerintah dengan bank swasta, bank pemerintah masih menunjukan fungsi intermediasi yang lebih baik, yang ditunjukan dengan LDR sebesar 57,14. Kondisi ini jauh lebih baik dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu dimana LDR tercatat sebesar 40,93. Dengan demikian selama setahun terakhir telah terjadi peningkatan LDR pada bank pemerintah sebesar 39,59 y-o-y. Pada triwulan laporan bank swasta tercatat memiliki LDR sebesar 26,10, naik sebesar 2,67 y-o-y jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, dimana LDR tercatat sebesar 25,42. Kondisi ini mengindikasikan bahwa dalam hal penyaluran kredit, bank pemerintah masih memiliki penetrasi pasar yang lebih baik dibandingkan dengan bank swasta. 2 Lihat BOX 3 untuk pembahasan lebih lanjut Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara 52 Gambar 3.5 Perkembangan LDR Bank Umum di Maluku Utara e. Non Performing Loans NPL’s Bank Umum Jumlah kredit bermasalah pada triwulan II-2009 mengalami penurunan jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan tercatat rasio kredit bermasalah Non Performing Loan’s terhadap keseluruhan kredit di Maluku Utara adalah 3,88, sedangkan pada triwulan I-2009 rasionya adalah 4,38. Kondisi ini menggambarkan semakin baiknya perbankan dalam penyaluran kredit, dengan mengedepankan prinsip kehati-hatian, dan penerapan manajemen kredit yang lebih baik. Disisi lain kondisi ini juga menggambarkan bahwa mayoritas nasabah yang mengajukan kredit kepada bank memang memiliki kapasitas untuk melakukan pengembalian pinjaman. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara 53 Gambar 3.6 Perkembangan NPL’s Perbankan Daerah Dari Rp 59,42 miliar kredit bermasalah, kredit modal kerja merupakan golongan kredit yang paling banyak mengalami masalah dengan proporsi sebesar 77,30. Kredit investasi memiliki masalah paling sedikit diantara yang lain dengan proporsi sebesar 5,17. Jika dibandingkan antar sektor ekonomi, sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor yang paling bermasalah dalam kredit dengan proporsi mencapai 47,23. Sektor lainnya yang juga sangat bermasalah adalah sektor pertanian dengan proporsi mencapai 15,45. Kondisi ini tidak berubah dari triwulan I-2009, dimana kedua sektor tersebut memang memiliki pembentuk NPL’s tertinggi. 54 BOKS 3 Bank dan Pertumbuhan Ekonomi di Maluku Utara Salah satu hal penting dalam membangun perekonomian adalah tersedianya modal capital . Perbankan memiliki peran yang sangat penting dalam berkembangnya perekonomian karena fungsinya sebagai penyedia modal. Sebagai lembaga intermediasi yang menjembatani antara surplus spending unit dengan deficit spending unit , bank mampu menghimpun dana atau modal dari masyarakat dan menyalurkan kembali modal tersebut kepada pelaku ekonomi secara efisien. Melalui alokasi modal yang efisien, diharapkan dapat terwujud pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi seiring peningkatan aktivitas ekonomi yang ikut didukung oleh perbankan selaku lembaga intermediasi keuangan. Tulisan ini bertujuan untuk melihat bagaimana hubungan antara sektor perbankan dengan pertumbuhan ekonomi di Maluku Utara, sehingga dapat diperoleh gambaran riil bagaimana perbankan berperan dalam pertumbuhan ekonomi di Maluku Utara. Landasan Teori Bank merupakan bagian penting dari sektor keuangan secara keseluruhan. Arah keterkaitan antara sektor keuangan dengan pertumbuhan ekonomi dapat dijelaskan dalam dua hipotesis, yaitu supply-leading dan demand-following , seperti yang telah dikemukakan oleh Patrick 1966 1 . Hipotesis supply-leading mengedepankan arah hubungan dari perkembangan sektor keuangan terhadap pertumbuhan ekonomi, yang berarti bahwa pembangunan institusi dan pasar keuangan akan meningkatkan penawaran jasa keuangan yang akan mengarah pada pertumbuhan ekonomi riil 2 . Sedangkan hipotesis demand-following menyatakan adanya arah hubungan dari pertumbuhan ekonomi terhadap perkembangan sektor keuangan. Dalam kerangka ini, kenaikan permintaan terhadap jasa keuangan akan mendorong terjadinya peningkatan pada sektor keuangan ketika perekonomian riil tumbuh 3 . Data dan Metode Untuk menganalisa arah hubungan antara bank dengan pertumbuhan ekonomi di Maluku Utara, digunakan data produk domestik regional bruto PDRB dan data kredit triwulanan, dengan periode 1 Patrick, Hugh T., 1966, Financial Development and Economic Growth in Underdeveloped Countries , Economic Development and Cultural Change, Vol. 14, No. 2, Hal. 174-189. 2 Lihat misalnya Mc Kinnon, 1973, Money and Capital in Economic Development , The Brookings Institution, Washington D.C.; King dan Levine 1993; Neusser dan Kugler 1998 serta Levine, Loayza dan Beck 2000. 3 Lihat misalnya Goldsmith, R. W., 1969, Financial Structure and Development , Yale University Press, New Haven CN.; Gurley dan Shaw, 1967; juga Jung, 1986. 55 2003:4 hingga 2009:1. Data PDRB bersumber dari BPS sedangkan data kredit berasal dari data Bank Indonesia. Metode yang digunakan adalah granger causality test . Hasil dan Pembahasan Hasil pengujian dengan menggunakan granger causality test dapat dilihat pada tabel 1. Berdasarkan hasil tersebut tampak bahwa arah hubungan antara bank dan pertumbuhan ekonomi di Maluku Utara, menunjukan hubungan satu arah dimana perkembangan ekonomi akan mendorong tumbuhnya perbankan, dan tidak berlaku sebaliknya. Temuan ini mendukung hipotesa demand-following, dimana kegiatan ekonomi yang semakin meningkat akan meningkatkan permintaan terhadap jasa perbankan, dan pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan sektor perbankan. Tabel 1. Hasil Granger Causality Test Null Hypothesis: Obs F-Statistic Prob. KRDT_LAP does not Granger Cause PDRBSA 18 3.06918 0.0749 PDRBSA does not Granger Cause KRDT_LAP 4.06993 0.0374 Sumber: Data diolah Jika memperhatikan kondisi Maluku Utara, peran intermediasi perbankan tampaknya memang belum optimal dimana LDR perbankan pada triwulan II-2009 hanya sebesar 52,82. Nilai LDR ini menunjukan bahwa dari seluruh dana pihak ketiga yang dihimpun oleh perbankan di Maluku Utara, hanya 52,82 yang disalurkan kembali kepada masyarakat Maluku Utara. Dana lain yang belum tersalurkan, bisa jadi disalurkan ke daerah lain, atau menjadi dana menganggur yang alih- alih memberikan keuntungan malah menjadi beban bagi bank. Selain itu dominasi kredit konsumsi dalam struktur pembiayaan, juga menjadi penyebab kurangnya peran perbankan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Memang selama ini pertumbuhan ekonomi Maluku Utara sangat didukung oleh konsumsi masyarakat, namun dalam jangka panjang, pembentukan modal akan lebih berperan penting. Kesimpulan Peran bank dalam pertumbuhan ekonomi di Maluku Utara tampaknya masih belum optimal, dimana hasil granger causality test menunjukan bahwa arah hubungan antara dan pertumbuhan 56 ekonomi di Maluku Utara, berlaku satu arah dimana perkembangan ekonomi akan mendorong tumbuhnya perbankan. Kegiatan ekonomi yang semakin meningkat akan meningkatkan permintaan terhadap jasa perbankan, dan pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan sektor perbankan. Kedepan diharapkan perbankan akan lebih meningkatkan perannya dalam perekonomian melalui penyaluran kredit produktif. Apalagi potensi Maluku Utara masih sangat terbuka untuk dikembangkan, karena sumber daya alam yang masih belum secara maksimal dikelola, terutama bagi wilayah diluar Kota Ternate. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara 57 Perkembangan Keuangan Daerah 4.1. Gambaran Umum Berdasarkan data Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Aset Daerah Provinsi Maluku Utara, tingkat realisasi pendapatan daerah hingga triwulan I-2009 mencapai 19,31. Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Maluku Utara Nomor 1 Tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2009 tanggal 21 Januari 2009 diketahui bahwa untuk tahun anggaran 2009 pendapatan daerah Provinsi Maluku Utara ditargetkan sebesar 721,41 miliar rupiah sedangkan belanja daerah dianggarkan sebesar 755,91 miliar rupiah. Dengan demikian anggaran pembangunan daerah pada tahun 2009 mengalami defisit sebesar 34,5 miliar rupiah. Apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, rencana pendapatan daerah mengalami kenaikan sebesar 16,08 dimana pada tahun anggaran 2008 rencana pendapatan daerah adalah 621,47 miliar rupiah. Rencana belanja daerah juga mengalami kenaikan sebesar 18,77 dimana pada tahun sebelumnya belanja daerah yang direncanakan adalah sebesar 736,61 miliar rupiah. Gambar 4.1 Perkembangan APBD Maluku Utara Bab IV Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara 58 4.2. Pendapatan Daerah Berdasarkan data Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Aset Daerah Provinsi Maluku Utara, tingkat realisasi pendapatan daerah hingga triwulan I-2009 1 mencapai 19,31. Realisasi pendapatan hingga bulan maret 2009 adalah Rp 139,3 milyar rupiah dimana target anggaran yang ditetapkan adalah 721,4 milyar rupiah. Komponen pendapatan asli daerah telah mencapai realisasi 23,2 miliar rupiah atau sebesar 28,78 dari target anggaran PAD 2009. Secara lebih rinci realisasi ini disumbang oleh pajak daerah sebesar 11,4 miliar rupiah, retribusi daerah sebesar 2,9 miliar rupiah, lain-lain pendapatan daerah yang sah mencapai 8,9 miliar rupiah. Pada pos pendapatan pajak, pajak bahan bakar kendaraan bermotor memberikan kontribusi terbesar dengan realisasi mencapai 6,4 miliar rupiah. Bea balik nama kendaraan bermotor memberikan kontribusi sebesar 2,6 miliar rupiah, lalu pajak kendaraan bermotor berkontribusi sebesar 2,5 miliar rupiah. Untuk pos retribusi, retribusi jasa umum mendominasi penerimaan untuk pos penerimaan ini dengan realisasi mencapai 2,2 miliar rupiah yang utamanya merupakan kontribusi dari retribusi pelayanan kesehatan. Retribusi jasa usaha terealisasi sebesar 0,6 miliar rupiah, dimana pos-pos yang memberikan kontribusi adalah retribusi pemeriksaan, pengukuran dan pengujian hasil hutan RP3HH, retribusi pengujian dan pengawasan mutu hasil perikanan, retribusi pengawasan mutu produk hasil perkebunan, dan retribusi pengawasan pengujian dan sertifikasi benih tanaman pertanian. Untuk retribusi perijinan tertentu yang terdiri dari retribusi ijin trayek dan retribusi ijin usaha perikanan nilai realisasinya sebesar 0,014 miliar rupiah. Lain-lain pendapatan daerah yang sah dapat terealisasi sebesar 8,9 miliar rupiah, dimana sumbangan pihak ketiga merupakan pos penerimaan yang memberikan kontribusi terbesar dengan realisasi sebesar 8,3 miliar rupiah. Jasa giro terealisasi sebesar 0,4 miliar rupiah sedangkan pendapatan dari biaya administrasi terealisasi sebesar 0,2 miliar rupiah. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara 59 Pos dana perimbangan terealisasi sebesar 116,1 miliar rupiah, dimana pos dana alokasi umum memberikan kontribusi terbesar dengan realisasi 114,6 miliar rupiah. Untuk pos bagi hasil, bagi hasil pajak dapat terealisasi sebesar 1,5 miliar rupiah yang bersumber dari penerimaan bagi hasil pajak bumi dan bangunan PBB, bagi hasil dari bea perolehan hak atas tanah dan bangunan BPHTB, serta bagi hasil dari pajak penghasilan PPh pasal 25 dan pasal 29 wajib pajak orang pribadi dalam negeri dan PPh pasal 21. 4.3. Belanja Daerah Realisasi belanja daerah biasanya baru terlaksana pada triwulan II, dimana periode triwulan I masih merupakan tahap tender. Dengan demikian meskipun pembahasan pendapatan daerah dilakukan untuk periode triwulan I-2009, namun untuk realisasi belanja daerah akan dilakukan untuk periode triwulan II-2009. Data komprehensif perihal realisasi belanja daerah pada triwulan II-2009 memang belum tersedia, dengan demikian pembahasan pada bagian ini akan dilakukan dengan melihat pelaksanaan proyek-proyek pemerintah. Berdasarkan data Malut Post, pada triwulan II-2009 terdapat tujuh paket proyek sekretariat DPRD Maluku Utara dengan nilai mencapai 3,61 miliar rupiah. Proyek tersebut yaitu pencetakan kalender dan agenda sebesar 205 juta rupiah, pengadaan mebeler paket I senilai 300 juta rupiah, pengadaan mebeler paket II senilai 225 juta rupiah, pengadaan alat angkutan darat bermotor sebesar 2,23 miliar rupiah, pengadaan angkutan darat sebesar 370 juta rupiah, pengadaan sepeda motor 100 juta rupiah serta pengadaan pakaian dinas sebesar 180 juta rupiah. Untuk proyek yang memasuki tahap tender pada tanggal 28 Mei 2009, didominasi oleh pembangunan infrastruktur baik itu berupa pemeliharaan infrastruktur yang telah ada maupun pembangunan infrastruktur baru. Proyek-proyek tersebut meliputi: 1. Pembangunan gedung kantor gubernur tahap VI 2. Pemeliharaan jalan Labuha-Babang 3km 3. Pemeliharaan jalan Jailolo-Goal 2,5km 1 Data realisasi pendapatan daerah triwulan II-2009 belum tersedia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara 60 4. Pemeliharaan berkala jalan Sidangoli-Jailolo 20km 5. Pembangunan jalan Matuting-Saketa 7km 6. Pembangunan jalan Saketa-Dehepoho 7km 7. Pembangunan jembatan darurat Babang Yaba 200m 8. Pembangunan jalan Galela-Kedi 5km 9. Pembangunan jalan Buli-Gotowase 4km 10. Pembangunan jalan Sanana-Manaf 3km 11. Peningkatan jalan dalam Kota Sofifi 4,5km 12. Peningkatan jalan Guraping-Modayama 2km 13. Peningkatan jalan keliling pulau Makean 2,5km Untuk proyek yang belum memasuki tahap tender, nilainya mencapai 51 miliar rupiah dan seluruhnya merupakan proyek pembangunan infrastruktur. Proyek- proyek tersebut yaitu: 1. Pembangunan gedung DPRD tahap VII senilai Rp 2 miliar 2. Pembangunan Jembatan Kota Sofifi 50 meter senilai Rp 4 miliar 3. Pembangunan gedung kantor gubernur tahap VII senilai Rp 20 miliar 4. Pembangunan jalan Sirtu 5km Ibu-Kedi senilai Rp 3 miliar 5. Pembangunan jalan dalam kota Sofifi 4km senilai Rp 2,4 miliar 6. Pembuatan saluran drainase 3.000 m senilai Rp 4,35 miliar 7. Pembuatan trotoar jalan dalam kota Sofifi 3.000 m senilai Rp 2,5 miliar 8. Pembangunan Land Mark kota Sofifi tahap II senilai Rp 1 miliar 9. Pembangunan taman kota Sofifi tahap II senilai Rp 1 miliar 10. Rehabilitasi Mesjid Raya Tobelo senilai Rp 1 miliar 11. Rehabilitasi Mesjid Raya Makian senilai Rp 1,75 miliar 12. Pembangunan kantor dinas PU tahap II senilai Rp 4 miliar 13. Pembangunan kantor dinas kesehatan senilai tahap II Rp 1 miliar 14. Pembangunan kantor Dikjar tahap II 1 unit senilai Rp 2 miliar 15. Pembangunan kantor dinas perikanan tahap II senilai Rp 1 miliar Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara Sistem Pembayaran 61 Perkembangan Sistem Pembayaran 5.1. Transaksi RTGS Penyelesaian transaksi dengan menggunakan RTGS pada triwulan II-2009 mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada periode triwulan II-2009 tercatat jumlah transaksi sebesar 2,3 triliun rupiah atau tumbuh sebesar 7,75 q-t-q dibandingkan triwulan sebelumnya. Volume transaksi pada triwulan II-2009 tercatat sebanyak 4.648 transaksi, atau tumbuh sebesar 22,16. Transaksi outflow tercatat sebesar 1,2 triliun rupiah atau mengalami pertumbuhan 7,42 q-t-q dibandingkan triwulan sebelumnya. Kondisi pada triwulan laporan mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya, dimana pada triwulan I-2009 transaksi outflow tercatat mengalami kontraksi sebesar minus 33,83 q-t-q. Volume transaksi outflow pada triwulan laporan sebanyak 2.335 transaksi yaitu tumbuh sebesar 17,16 q-t-q, atau meningkat tajam dibandingkan kinerja triwulan I-2009 yang mengalami kontraksi sebesar minus 41,28 q-t-q. Transaksi inflow tercatat sebesar 1,1 triliun rupiah, tumbuh sebesar 8,13 q-t-q dibandingkan triwulan sebelumnya. Kondisi ini jauh meningkat dibandingkan kinerja triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar minus 38,17. Jumlah transaksi tercatat sebanyak 2.313, tumbuh sebesar 27,65 q-t-q dibandingkan triwulan I-2009. Volume inflow pada triwulan laporan juga menunjukan terjadinya lonjakan, dimana pada triwulan I-2009 kinerja volume inflow tercatat mengalami kontraksi sebesar minus 40,20. Bab V Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara Sistem Pembayaran 62 Gambar 5.1 Perkembangan Transaksi RTGS Maluku Utara Transaksi RTGS antar provinsi from-to mengalami peningkatan signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan tercatat transaksi RTGS antar pulau sebesar 464,8 miliar rupiah atau mengalami pertumbuhan sebesar 21,00. Lonjakan ini disebabkan karena menurunnya transaksi antar pulau pada triwulan I-2009 yang mengalami kontraksi hingga mencapai minus 52,49 q-t-q. Kondisi ini sejalan dengan peningkatan volume yang terjadi pada triwulan laporan, dimana volume transaksi adalah 545 transaksi, atau tumbuh sebesar 27,65 q-t-q dibandingkan triwulan I-2009, dimana pada periode tersebut volume transaksi mengalami kontraksi hingga mencapai minus 63,61. Secara net, Maluku Utara terus mengalami outflow bahkan sejak triwulan III-2007. Pada triwulan II-2009 net outflow tercatat sebesar 200,59 miliar rupiah, meningkat dibandingkan triwulan I-2009 dimana net outflow tercatat sebesar 193,32 miliar rupiah. Kondisi ini mengindikasikan bahwa dana yang ada di Maluku Utara banyak digunakan di luar daerah, dan belum dioptimalkan untuk pembangunan lokal. 5.2. Transaksi Kliring Rata-rata penyelesaian transaksi harian melalui kliring pada triwulan II-2009 mengalami peningkatan. Nilai rata-rata harian transaksi kliring pada triwulan laporan tercatat sebesar 2,35 miliar rupiah, atau tumbuh sebesar 0,61 q-t-q dimana pada triwulan I-2009 nilainya adalah 2,33 miliar rupiah. Jika dilihat rata-rata Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara Sistem Pembayaran 63 harian jumlah warkat, tidak terdapat peningkatan yang signifikan dimana jumlahnya pada triwulan I-2009 adalah 48 lembar, sedangkan pada triwulan II-2009 jumlahnya 49. TRIWULAN Lembar Nominal satuan miliar Rp 2007 I 38 1,20 II 46 1,47 III 49 1,65 IV 47 2,13 2008 I 49 1,92 II 48 2,43 III 49 2,10 IV 48 3,06 2009 I 48 2,33 II 49 2,35 Sumber: Bank Indonesia Kualitas kliring di Ternate pada triwulan II-2009 mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Hal ini ditunjukkan dengan persentase rata-rata harian tolakan kliring terhadap total rata-rata harian kliring yang mengalami peningkatan. Persentase volume tolakan pada triwulan II-2009 adalah 1,66 dimana pada triwulan sebelumnya volume tolakan tersebut sebesar 0,65. Dari sisi nominal terjadi pula kenaikan tolakan dimana pada triwulan II-2009 nominal tolakan sebesar 3,19 sedangkan pada triwulan I-2009 tolakan sebesar 1,16. Tabel 5.2 Rata-rata Harian Penarikan CekBG Kosong TRIWULAN Penarikan CekBG Kosong Kliring Total Persentase Lembar Nominal Lembar Nominal Lembar Nominal 2008 I 0,68 14,84 48,81 1.915,44 1,39 0,77 II 0,41 484,47 47,70 2.427,49 0,87 19,96 III 0,51 36,33 48,62 2.100,51 1,04 1,73 IV 0,39 37,21 48,22 3.056,40 0,81 1,22 2009 I 0,31 27,12 48,03 2.334,05 0,65 1,16 II 0,81 74,86 48,75 2.348,36 1,66 3,19 Sumber: Bank Indonesia Tabel 5.1 Rata-rata Transaksi Harian Kli i Gambar 5.2 Rata-rata Transaksi Kliring Harian Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara Sistem Pembayaran 64 5.3. Transaksi Tunai Pada triwulan II-2009 perkembangan total transaksi tunai di Ternate mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan II-2009, total transaksi inflow dan outflow mencapai 279,47 miliar rupiah, dimana pada triwulan I-2009 total transaksinya adalah 207,63 miliar rupiah. Dengan kata lain pada triwulan II-2009 terjadi peningkatan total transaksi tunai sebesar 34,60 q-t-q. Jumlah dana yang keluar dari bank Indonesia Ternate outflow mencapai Rp 241,71 miliar, sedangkan jumlah dana yang masuk inflow hanya sebesar Rp 37,76 miliar. Tingginya outflow pada triwulan laporan disebabkan oleh dua hal, yaitu peningkatan kebutuhan uang tunai karena bertepatan dengan masa pemilu dan kenaikan pendapatan seiring terjadinya panen hasil bumi dan panen tuna. Jika dihitung secara net, kondisi yang terjadi pada triwulan laporan adalah net outflow sebesar 203,95 miliar rupiah, sedangkan periode sebelumnya terjadi net inflow sebesar 5,23 miliar rupiah. Jika dibandingkan antara inflow dana dengan outflow dana, kondisi triwulan II-2009 menunjukan kontraksi inflow dana sebesar minus 64,52, sedangkan outflow dana tumbuh sebesar 138,85. Perubahan posisi dari net inflow menjadi net outflow menunjukan bahwa aktivitas ekonomi yang terjadi pada triwulan II-2009 lebih tinggi intensitasnya, sehingga menambah kebutuhan akan uang tunai. Apalagi hampir seluruh transaksi yang terjadi pada perekonomian Ternate masih menggunakan media uang tunai. Apabila ditelaah lebih dalam, kondisi outflow terbesar terjadi pada bulan April, dimana terjadi outflow dana sebesar 111,72 miliar rupiah sedangkan inflow dana hanya sebesar 12,81 miliar rupiah. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara Sistem Pembayaran 65 Gambar 5.3 Arus Uang Tunai BI Ternate Gambar 5.4 Perbandingan Inflow dengan Jumlah Kas Keliling Total transaksi tunai pada triwulan II-2009 mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2008. Peningkatan jumlah transaksi ini tercermin dari angka pertumbuhan sebesar 9,21 y-o-y, sedangkan pada triwulan I-2009 total transaksi tunai mengalami kontraksi sebesar minus 9,70 y-o-y. Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, kondisi inflow dana mengalami peningkatan sebesar 66,87 y-o-y, sedangkan outflow dana mengalami peningkatan sebesar 3,61 y-o-y. Dengan membandingkan kondisi Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara Sistem Pembayaran 66 net outflow yang terjadi antara triwulan II-2009 dengan periode yang sama tahun lalu, maka net outflow turun sebesar 3,18 y-o-y. 5.4. Pemusnahan Uang Kartal Pada triwulan II-2009 persentase uang tidak layak edar yang dimusnahkan mengalami peningkatan, meskipun nilai nominalnya mengalami penurunan. Uang tidak layak edar UTLE yang terdiri dari uang lusuh, uang cacat, uang rusak dan uang yang telah dicabut dan ditarik dari peredaran di Ternate pada triwulan II- 2009 tercatat sebanyak 26,75 dibandingkan dengan jumlah dana inflow yang masuk ke Kantor Bank Indonesia Ternate. Jumlah ini menurun dibandingkan dengan kondisi triwulan I-2009, dimana persentase uang tidak layak edar yang dimusnahkan adalah 15,35. Meskipun persentasenya meningkat, namun secara nominal sebenanrnya mengalami penurunan. Jumlah uang tidak layak edar pada triwulan II-2009 adalah 10,10 milyar rupiah sedangkan pada triwulan I-2009 jumlahnya 16,34 miliar rupiah. Gambar 5.5 Persentase Uang yang Diracik Terhadap Uang Masuk Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara Ketenagakerjaan Daerah 67 Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah

6.1 Kondisi Umum