Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I ‐ 2010
6
Kondisi ekonomi di sisi penawaran juga ditandai dengan semakin membaiknya pertumbuhan sektor-sektor utama lain, seperti sektor perdagangan, hotel dan restoran, serta
sektor bangunan. Perayaan Imlek dan agenda Visit Batam 2010 cukup mendorong aktivitas pariwisata. Sementara daya beli masyarakat yang semakin terjaga memberi stimulus
permintaan pada sektor perdagangan dan properti. Adapun tingginya kinerja pertumbuhan sektor infrastruktur listrik ditopang oleh lonjakan pemakaian listrik oleh sektor industri
pengolahan.
1.2. SISI PERMINTAAN
1.2.1. Konsumsi
Komponen konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2010 diprakirakan masih tumbuh tinggi, terutama pada barang-barang non-makanan. Prakiraan tersebut sejalan dengan
perkembangan indikator penuntun konsumsi rumah tangga yang mengindikasikan perbaikan. Kenaikan gaji PNS, TNI dan Polri sebesar 5 serta kenaikan UMP sebesar 3,7
pada awal tahun 2010 menopang perbaikan daya beli masyarakat pada triwulan laporan. Meningkatnya pola konsumsi saat perayaan Imlek pada bulan Februari 2010 berkontribusi
positif terhadap pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Selain itu, kecenderungan nilai tukar Rupiah yang terus menguat disertai tingkat inflasi regional yang terjaga juga menjadi faktor
yang fundamental dalam mempengaruhi stabilnya konsumsi masyarakat.
Potensi peningkatan konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2010 didukung oleh perkembangan beberapa indikator dini. Pertumbuhan penjualan mobil dan sepeda motor
pada selama triwulan I-2010 mencatat kenaikan tertinggi dalam 3 tahun terakhir. Jumlah mobil yang terjual selama triwulan laporan sebanyak 1.048 unit, tumbuh 112,6 dibanding
periode yang sama tahun 2009. Sedangkan jumlah sepeda motor terjual tercatat sebanyak
Sumber : BPS Kepulauan Riau
Grafik 1.2. Pertumbuhan Konsumsi Masyarakat
Sumber : Kurs Tengah Bank Indonesia
Grafik 1.3. Perkembangan Kurs IDR thp USD dan SGD
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I ‐ 2010
7
19.395 unit, atau meningkat 62,2. Sementara Konsumsi semen selama triwulan berjalan mencatat pertumbuhan positif setelah pada tahun lalu mengalami penurunan. Total realisasi
pengadaan semen di Kepulauan Riau sebanyak 194.755 ton, atau tumbuh 7,3 dibanding triwulan I-2009. Aktivitas konstruksi termasuk industri properti sangat dipengaruhi oleh
membaiknya kondisi daya beli masyarakat di tengah optimisme pelaku usaha yang semakin membaik.
Meningkatnya aktivitas sektor industri pengolahan berimbas pada naiknya pemakaian sarana infrastruktur, terutama listrik. Konsumsi listrik golongan industri pada triwulan I-2010
tumbuh semakin membaik di level 33,6 y-o-y, dimana pada triwulan sebelumnya juga mengalami peningkatan sebesar 16,8. Hal tersebut mendorong tingkat konsumsi listrik
secara umum tumbuh 18,62 di triwulan berjalan. Perbaikan pertumbuhan konsumsi juga terkonfirmasi pada kenaikan impor barang konsumsi rumah tangga terbesar, seperti buah-
buahan, minyak nabati dan alas kaki.
Impor gula yang melonjak di bulan Oktober 2009 dan Januari 2010 terkait dengan pemenuhan kuota impor gula yang diberikan oleh Menteri Perdagangan sebanyak 6.000 ton
Grafik 1.7. Perkembangan Impor Barang Konsumsi
Grafik 1.6. Pertumbuhan Konsumsi Listrik per Golongan Tarif
Sumber : PLN Batam Sumber : SEKDA - BI
Sumber : Dinas Pendapatan Daerah diolah
Grafik 1.5. Konsumsi Semen di Kepulauan Riau
Grafik 1.4. Pertumbuhan Penjualan Kendaraan Bermotor
Sumber : Asosiasi Semen Indonesia
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I ‐ 2010
8
untuk wilayah FTZ. Sehubungan dengan itu, Badan Pengusahaan BP FTZ-Batam sebagai salah satu otoritas di kawasan FTZ ditunjuk untuk melaksanakan dan mengawasi mekanisme
importasi gula guna mengatasi masalah kelangkaan gula yang juga berlaku secara nasional. Terdapat 4 perusahaan yang diberi izin impor gula oleh BP Batam, dimana yang memperoleh
kuota impor terbesar adalah PT. Batam Harta Mandiri BHM. Adapun dari aspek pembiayaan konsumsi oleh perbankan lokal justru
memperlihatkan perlambatan pertumbuhan di bulan Maret 2010, bersamaan dengan penurunan outstanding kredit konsumsi, terlebih pada jenis kredit kepemilikan kendaraan
bermotor. Kondisi ini terkait dengan pola penyaluran kredit perbankan di awal tahun yang cenderung kurang ekspansif, di sisi lain run-off kredit yang cukup besar menggerus
outstanding kredit di akhir triwulan I-2010. Selain itu juga diduga dipengaruhi oleh membaiknya daya beli masyarakat dengan adanya insentif pendapatan bagi PNS, TNI dan
Polri rata-rata sebesar 5 sejak 1 Januari 2010, sehingga memiliki kemampuan untuk membayar uang muka lebih besar atau bahkan cash and carry. Sementara itu daya beli
masyarakat petani di bulan Januari dan Februari 2010 cenderung menurun sejalan dengan turunnya hasil panen perikanan akibat gangguan cuaca. Penurunan indeks NTP
mencerminkan pertumbuhan sektor pertanian yang melambat di triwulan laporan.
1.2.2. Investasi
Berlanjutnya penguatan ekspor mendorong kinerja investasi pada triwulan I-2010 tumbuh meningkat. Komponen Penanaman Modal Tetap Bruto PMTB tumbuh 21,9 y-o-
y, sedangkan di triwulan sebelumnya mengalami peningkatan 19,6. Kegiatan investasi diproyeksi akan semakin tumbuh sebagaimana terkonfirmasi dari tren pertumbuhan impor
barang-barang modal. Pangsa utama aktivitas investasi pada triwulan I-2010 masih didominasi oleh investasi industri manufaktur.
Grafik 1.8. Kredit Konsumsi Perbankan Kep. Riau
Sumber : Laporan Bulanan Bank
Grafik 1.9. Indeks Nilai Tukar Petani NTP
Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Riau
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I ‐ 2010
9
Berdasarkan jenis industrinya, investasi di triwulan berjalan sebagian besar dilakukan oleh industri galangan kapal shipyard baik untuk jasa pembuatan maupun perbaikan kapal,
serta industri elektronik berupa peralatan radio, tv dan alat komunikasi lainnya. Sementara itu, investasi oleh industri mesin-mesin dan perlengkapannya juga mulai memperlihatkan
optimisme meskipun belum kembali pada level pertumbuhan sebelum krisis. Selain investasi sektor industri manufaktur, investasi di sektor bangunan juga diperkirakan semakin intens
seperti tercermin pada indikator konsumsi semen. Investasi bangunan diwarnai oleh proyek- proyek konstruksi besar seperti pembangunan Kepri Mall, Batam City Condominium BCC,
pusat pemerintahan pulau Dompak, dan Superblok Grand Quarter, serta kembali bergairahnya aktivitas pembangunan proyek-proyek properti residensial setelah sempat lesu
di tahun 2009 lalu.
Pada pertengahan Januari 2010 Drydocks World DDW Batam me-lounching Jack Up Drilling Rigs L-205 Haven senilai US 200 juta yang rencananya akan dikirim ke Norwegia
pada bulan Mei 2010. Rig ini merupakan Rig ke-5 dari enam proyek pembangunan Rig yang saat ini sedang dikerjakan oleh Drydocks World Batam. Sejak awal 2009, perusahaan memiliki
6 proyek besar pembuatan Jack-Up Rig yang memakan waktu sekitar 24 – 30 bulan dan menelan investasi sekitar US150-US200 juta untuk masing-masing Rig. Adapun 4 Rig
Grafik 1.10. Perkembangan Investasi PMTB
Sumber : BPS Kepulauan Riau Sumber : SEKDA – BI BEC
Grafik 1.11. Pertumbuhan Impor Kelompok Barang Modal
Grafik 1.12. Pertumbuhan Impor Industri Manufaktur
Sumber : SEKDA – BI ISIC Sumber : Laporan Bulanan Bank
Grafik 1.13. Perkembangan Kredit Investasi Perbankan
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I ‐ 2010
10
sebelumnya telah diselesaikan di tahun 2009 yang dipesan oleh UMW Standard Drilling untuk dioperasikan pada proyek-proyek Petronas di Malaysia. Sementara 2 rig terakhir adalah
pesanan Conoco Phillips Skandinavia AS untuk aktivitas pengeboran di sumur milik Master Marine ASA – Norwegia, yang rencananya akan dikirim pada bulan Mei dan September 2010.
Drydocks World Dubai telah berinvestasi di Batam sejak tahun 2008 dengan membeli 3 perusahaan galangan kapalshipyard di Batam milik Labroy Marine Limited–Singapore
melalui Drydocks World-SE Asia. Ketiga perusahaan shipyard dimaksud adalah Pan United berubah menjadi Drydocks World Pertama, Naninda Mutiara Shipyard menjadi Drydocks
World Naninda, dan Graha Trisaka menjadi Drydocks World Graha. Dengan demikian DryDocks World group menjadi perusahaan galangan kapal terbesar di Batam yang
mempekerjakan sekitar 25.000 karyawan. Investasi di industri galangan kapal juga rencananya dilakukan oleh Singa Tec, yakni
sebuah perusahaan Shipyard asal Singapura yang berlokasi di Bintan Industrial Estate, Lobam Bintan. Nilai investasi di triwulan I-2010 diperkirakan sebesar US 500 ribu untuk melakukan
ship cleaning pembersihan kapal. Investasi Singa Tec dalam rangka perluasan usaha direncanakan mencapai US 5 juta di tahun 2010 Sinar Harapan, Feb.2010. Selain itu TNI-
AL telah melakukan pemesanan pembuatan Kapal Cepat Rudal KCR-40 kepada PT. Palindo Marine Shipyard Batam dengan nilai proyek sebesar Rp 60 milyar. Sampai dengan 2014,
jumlah kapal yang akan dipesan TNI-AL mencapai 22 unit dengan pemesanan tiap tahunnya direncanakan 4-5 unit Kompas, Januari 2010.
Animo investor asing untuk menanamkan modalnya pada industri pembuatan perbaikan kapal di Batam ke depannya masih cukup tinggi. Dari 20 proyek rencana investasi
senilai US 16,89 juta yang disetujui selama triwulan I-2010, 3 proyek diantaranya di bidang pembuatanperbaikan kapal BP Kawasan FTZ-Batam, April 2010. Adapun di tahun 2009,
rencana investasi di sektor ini sebanyak 8 proyek dari 82 proyek PMA yang disetujui. Di samping itu, minat investasi asing di bidang perdagangan, hotel dan restoran juga semakin
tumbuh. Pada triwulan I-2010 saja telah disetujui 7 proyek rencana investasi di sektor ini, sementara selama tahun 2009 disetujui sebanyak 19 proyek. Aplikasi proyek-proyek PMA
tersebut masih didominasi oleh investor Singapura, diikuti negara Malaysia, Taiwan, Australia, Norwegia, Korea Selatan dan Belanda.
1.2.3. Ekspor - Impor
Sejalan dengan perbaikan perekonomian global dan harga komoditas, kinerja ekspor di triwulan I-2010 diprakirakan tumbuh positif sebesar 3,46 y-o-y yang didorong oleh
peningkatan ekspor ke luar negeri. Pertumbuhan ekspor di triwulan IV-2009 diestimasi turun
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I ‐ 2010
11
0,04 dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Secara kumulatif, kinerja ekspor di tahun 2009 mengalami kontraksi 2,11 dibanding tahun 2008.
Penguatan ekspor tercermin dari kenaikan cargo loaded tujuan internasional melalui pelabuhan utama FTZ Batam, yakni pelabuhan Batu Ampar, Sekupang dan Kabil. Volume
muat kontainer selama triwulan I-2010 sebanyak 19.319 Teus, atau naik 29,2 dibanding triwulan I-2009. Pertumbuhan ekspor terus membaik dimana pada triwulan I sd triwulan III
tahun 2009 mengalami pertumbuhan negatif, dan baru pada triwulan IV-2009 menunjukkan perbaikan di level pertumbuhan 12,4 y-o-y. Ditinjau berdasarkan klasifikasi industrinya
standard international trade classification, pertumbuhan ekspor di periode laporan ditopang oleh perbaikan kinerja ekspor industri manufaktur. Di samping itu, pertumbuhan ekspor
pertambangan non migas juga semakin positif dipengaruhi naiknya permintaan komoditas bauksit oleh China dan Hongkong.
Grafik 1.14. Pertumbuhan Ekspor dan Impor y-o-y
Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Riau diolah Sumber : Bloomberg
Grafik 1.15. Perkembangan Harga Minyak Gas Dunia
Sumber : BP-Batam, Pelabuhan Batu Ampar, Sekupang dan Kabil
Grafik 1.16. Aktivitas Peti Kemas Kontainer Internasional
di Pelabuhan FTZ Batam
Sumber : SEKDA – BI ISIC
Grafik 1.17. Pertumbuhan Ekspor
Berdasarkan Klasifikasi Industri
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I ‐ 2010
12
Tumbuhnya ekspor di sektor industri didorong oleh naiknya order mesinperalatan elektrik dan komponen pendukung industri kapal shipyard. Potensi kenaikan ekspor mesin-
mesin di triwulan mendatang cukup besar sebagaimana tercermin dari tingginya impor bahan baku dan barang modal untuk mesin-mesin elektrik dalam 2 triwulan terakhir. Perkembangan
ekspor jika dilihat dari negara tujuannya sebagian besar didorong oleh naiknya permintaan dari negara Singapura sebagai pasar ekspor dominan. Selain itu, ekspor ke negara-negara
Eropa dan China juga lebih memperlihatkan optimisme. Secara volume, kuantitas ekspor terbesar saat ini adalah untuk tujuan China berupa ekspor bijih bauksit sebagai bahan dasar
utama pembuatan alumunium.
Terkait dengan pemberlakuan kerjasama perdagangan bebas dengan Cina AC-FTA diperkirakan tidak berdampak besar baik terhadap kinerja perdagangan Kepulauan Riau
Grafik 1.21. Perkembangan Ekspor ke Bbrp Negara Asia
Grafik 1.20. Perkembangan Ekspor Ke Negara G3
Sumber : SEKDA – BI Negara Pembeli Sumber : SEKDA – BI Negara Pembeli
Grafik 1.19. Perkembangan Nilai Impor Utama
Grafik 1.18. Perkembangan Nilai Ekspor Utama
Sumber : SEKDA – BI SITC Sumber : SEKDA – BI SITC
China Trade Feb-09
Mar-09 Apr-09
May-09 Jun-09
Jul-09 Aug-09 Sep-09
Oct-09 Nov-09
Dec-09 Jan-10
Feb-10
Ekspor 7.4 6.8
254.1 13.0
11.1 10.8
12.3 10.8
11.7 12.3
13.1 15.7
50.6 Impor 15.7
17.0 17.2
12.7 19.2
10.8 26.8
20.1 34.4
14.1 32.8
43.1 16.7
Net XM 8.2
10.2 236.9
0.3 8.1
0.1 14.6
9.3 22.7
1.8 19.7
27.5 33.9
Tabel 1.2. Neraca Perdagangan Kepulauan Riau - China
Sumber : SEKDA – BI Negara Pembeli
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I ‐ 2010
13
dengan Cina. Khususnya bagi sektor industri pengolahan di kota Batam yang sejak dahulu sudah memanfaatkan sistem bebas bea masuk untuk produk-produk yang akan di re-ekspor
dari kawasan khusus FTZ Batam. Impor dari Cina untuk di luar kawasan industri diperkirakan didominasi oleh produk-produk mainan dan sandang, namun nilainya tidak signifikan
terhadap total impor Kepri dari Cina yang pada tahun 2009 lalu mencapai US 231,07 juta. Produk impor utama dari Cina adalah besi dan baja dimana harganya relatif lebih murah
dibandingkan jika dipasok dari Jakarta atau daerah lain di Indonesia.
Ongkos angkut yang lebih besar menjadi komponen biaya utama yang mempengaruhi harga jual besi dan baja khususnya di wilayah Kepulauan Riau Selain itu impor
mesin-mesin dan peralatan listrik juga cukup banyak beredar di pasar lokal. Sementara itu, komoditas ekspor dominan selain dari Kapal Laut adalah mesin dan perlengkapan kantor, alat
telekomunikasi, dan mesinperalatan listrik. Melihat karakteristik daerahnya, bukan tidak mungkin pemberlakuan ACFTA bisa menjadi insentif bagi industri lokal di Kepulauan Riau
khususnya kota Batam, karena masuknya bahan baku dan barang modal yang lebih murah dapat mempengaruhi ongkos produksi menjadi lebih kompetitif.
1.3. SISI PENAWARAN