Mishra, 2011. HbA1C yang lebih dikenal dengan hemoglobin glikat adalah
salah satu fraksi hemoglobin di dalam tubuh manusia yang berikatan dengan glukosa secara non enzimatik. HbA1C terbentuk dari protein dalam sel darah merah
atau disebut juga hemoglobin yang bereaksi dengan glukosa sehingga disebut hemoglobin terglikasi. Ketika kadar glukosa dalam darah tinggi hiperglikemi,
molekul-molekul glukosa dalam darah semakin banyak yang berikatan dengan hemoglobin dan menyebabkan peningkatan dari HbA1C. Usia HbA1C mengikuti
usia dari sel darah merah yaitu 120 hari Nathan et al., 2008.
Gambar 2.2 Proses glikasi hemoglobin Jones, 2013
2.5.2 HbA1C sebagai parameter kontrol DM
Hemoglobin terglikasi telah digunakan secara luas sebagai indikator kontrol glikemik, karena mencerminkan konsentrasi glukosa darah 3 bulan sebelum
pemeriksaan dan tidak dipengaruhi oleh diet sebelum pengambilan sampel darah. Schneider et al., 2003; ADA, 2012. Kontrol glikemik pada pasien DMT2 secara
skematik dapat digambarkan sebagai ‘triad glukosa’, dengan komponen HbA1C, kadar glukosa puasa, dan kadar glukosa postprandial. Saat ini, meskipun masih ada
perdebatan namun tampaknya penilaian kontrol glikemik terbaik ditentukan oleh ketiga komponen tersebut Monnier Colette, 2009.
Pada sebuah analisis set data dari Diabetes Control and Complication Trial DCCT, dilaporkan hubungan lebih baik terhadap HbA1C didapatkan dari
konsentrasi glukosa setelah makan siang dan rata-rata kadar glukosa per hari Rohlfing et al., 2002. Studi lain lagi melaporkan apabila pasien dibagi menjadi 5
kelompok menurut kuintil HbA1C, glukosa postprandial memberikan kontribusi terbesar 70 pada kuintil HbA1C yang lebih rendah pada pasien dengan kontrol
diabetes baik hingga sedang. Sebaliknya, glukosa puasa tampaknya menjadi kontributor utama kadar glukosa sepanjang hari pada pasien diabetes tidak
terkontrol HbA1C 8,4 Monnier et al., 2003 Untuk pasien dengan kadar HbA1C antara 7,3 dan 8,4, kontribusi glukosa puasa dan postprandial adalah
sama Rohlfing et al., 2002.
Kadar HbA1C memberikan informasi yang berguna pada kontribusi postprandial hiperglikemi dan basal hiperglikemi pada pasien DMT2. Karena
glukosa postprandial adalah kontributor utama pada pasien dengan kadar HbA1C 6,5-7,5, maka logis untuk menurunkan glukosa postprandial mencapai kadar
HbA1C di bawah 6,5. Sebaliknya, pada pasien dengan kadar HbA1C di atas 7,5, hiperglikemi basal menjadi yang utama, sehingga terapi perbaikan kontrol
glikemik sebaiknya dimulai dengan obat yang bekerja menurunkan hiperglikemia basal dan interprandial. Saat ini, ada dua nilai HbA1C yang digunakan untuk
menilai diabetes yang terkontrol yaitu: 7 oleh ADA dan 6,5 oleh AACE dan IDF Monnier Colette, 2009.
Penelitian ADVANCE menunjukkan sedikit keuntungan bertahap pada mikrovaskular outcome dengan HbA1C mendekati normal; untuk pasien tanpa