Manfaat akademik Manfaat praktis

1

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Diabetes Melitus

2.1.1 Definisi

Diabetes melitus adalah suatu penyakit metabolik kronik yang ditandai dengan kondisi hiperglikemia akibat gangguan sekresi insulin, aktifitas insulin atau keduanya ADA, 2010. Hiperglikemia kronis dihubungkan dengan kerusakan, disfungsi dan kegagalan organ-organ tubuh khususnya mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah PERKENI, 2011.

2.1.2 Epidemiologi

Prevalensi DM terus meningkat dari tahun ke tahun. Total penduduk dengan DM di seluruh dunia diperkirakan akan bertambah dari 171 juta pada tahun 2000 menjadi 366 juta penduduk pada tahun 2030 Wild et al., 2004. Di tahun 2012 diperkirakan 371 juta jiwa penduduk dunia 8,3 menderita DM IDF, 2012. Pertumbuhan populasi penduduk, perubahan gaya hidup, penuaan dan meningkatnya prevalensi kegemukan akan meningkatkan prevalensi DM Wild et al., 2004; Braunwald et al., 2005. Berdasarkan studi epidemiologi terbaru, Indonesia telah memasuki epidemi diabetes melitus. World Health Organization WHO memprediksi peningkatan jumlah penderita DM di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Senada dengan WHO, International Diabetes Federation IDF memprediksi peningkatan penderita DM dari 7,0 juta pada tahun 2009 menjadi 12,0 juta pada tahun 2030 IDF, 2005; PERKENI, 2011. Di 8 Indonesia berdasarkan hasil RISKESDAS oleh DepKes pada tahun 2007, prevalensi DM mencapai 5,7 PERKENI, 2011. Di Bali juga didapatkan prevalensi DM yang cukup tinggi yakni mencapai 5,9 Suastika, 2008. Hasil riset kesehatan dasar RISKESDAS oleh Departemen Kesehatan DepKes pada tahun 2013, prevalensi DM mencapai 6,9. Perubahan gaya hidup dan urbanisasi nampaknya merupakan penyebab penting masalah ini, dan terus menerus meningkat pada milenium baru ini PERKENI, 2011.

2.1.3 Diagnosis DM

Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penderita DM. Kecurigaan adanya DM perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan klasik DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Keluhan lain dapat berupa: sering lelah dan lemas, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulvae pada wanita PERKENI, 2011. Diagnosis DM dapat ditegakkan melalui tiga cara, yaitu jika keluhan klasik ditemukan, maka pemeriksaan glukosa plasma sewaktu 200 mgdL sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM. Cara kedua yaitu pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥126 mgdL dengan adanya keluhan klasik. Yang ketiga adalah dengan tes toleransi glukosa oral TTGO. Meskipun TTGO dengan beban 75 gram glukosa lebih sensitif dan spesifik dibanding dengan pemeriksaan glukosa plasma puasa, namun pemeriksaan ini memiliki keterbatasan tersendiri. TTGO sulit untuk dilakukan berulang-ulang dan dalam praktek sangat jarang dilakukan karena membutuhkan persiapan khusus PERKENI, 2011. American Diabetes Association ADA tahun 2010 menambahkan pemeriksaan kadar hemoglobin terglikasi