ditemukan bahwa orang dengan DM memiliki risiko 3.11 kali lebih besar terkena TB diabnding orang tanpa DM Jeon, 2008. Dalam studi terbaru di
Taiwan disebutkan bahwa diabetes merupakan komorbid dasar tersering pada pasien TB yang telah dikonfirmasi dengan kultur, terjadi pada sekitar 21,5
pasien Dooley, 2009. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Alisjahbana et al di Indonesia pada tahun 2001-2005, DM lebih banyak ditemukan pada
pasien baru TB paru dibandingkan dengan non TB Alisjahbana, 2006. Berdasarkan data WHO tahun 2011, angka penemuan kasus TB pada populasi
umum hanya mencapai 78 per 100.000 penduduk WHO, 2011. Apabila dibandingkan dengan angka penemuan kasus TB pada populasi DM yang
lebih tinggi. Berdasarkan penelitian skrining TB pada populasi DM yang dilakukan di China, angka CNR pada 3 kuarter skrining diperoleh hasil bahwa
CNR TB pada populasi DM berturut-turut mencapai 391, 352 dan 774 per 100.000 penduduk Lin et al, 2012.
2.2 Penyakit Tuberkulosis Pada Pasien Diabetes Mellitus
Peningkatan risiko tuberkulosis aktif pada penderita DM diduga akibat dari gangguan sistem imun yang ada pada penderita DM, peningkatan daya lekat kuman
Mycobacterium tuberculosis pada sel penderita DM, adanya komplikasi mikroangiopati, makroangiopati dan neuropati, dan banyaknya intervensi medis
pada pasien tersebut. Gangguan fungsi dari endotel kapiler vaskular paru, kekakuan korpus sel darah merah, perubahan kurva disosiasi oksigen akibat kondisi
hiperglikemia yang lama menjadi faktor kegagalan mekanisme pertahanan melawan infeksi. Meningkatnya kepekaan primer pasien DM terhadap infeksi
penyakit TB paru disebabkan oleh adanya hiperglikemi yang sangat berperan dalam mudahnya penularan TB pada pasien DM.
Kegagalan sistem imun menjadi penyebab DM sebagai faktor risiko aktivasi TB laten. Dikatakan bahwa DM memiliki potensi untuk bermanifestasi ke dalam
bentuk klinis yang lebih berat Restrepo, et al, 2008. Respons selular baik innate maupun adaptive menyebabkan gangguan fungsi pada pasien DM, padahal respons
selular merupakan respons yang paling penting untuk membatasi infeksi TB. Secara umum pada penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan jumlah sel limfosit,
makrofag, monosit, namun satu penelitian menunjukkan jumlah limfosit yang menurun pada pasien TB dengan DM dibandingkan pasien TB tanpa DM Aweis,
et al, 2010. Kadar sitokin TNF- dan IFN- meningkat pada pasien dengan TB dan DM, kedua sitokin ini penting untuk aktivasi makrofag dan membatasi infeksi.
Sitokin yang dihasilkan oleh sistem imun baik innate immunity maupun adaptive immunity sangat berperan dalam pertahanan tubuh terhadap kuman Mycobacterium
tuberculosis yang kemudian dapat menginduksi imunitas seluler tipe 1, yang merupakan respons utama tubuh untuk melawan TB. Hal ini menunjukkan bahwa
respons sel imun selular menurun dan membutuhkan rangsangan yang lebih tinggi untuk optimalisasi respons imun Restrepo, et al, 2008.
2.3 Skrining Tuberkulosis