dilakukannya skrining WHO, 2013. Berdasarkan rekomendasi WHO, skrining dan diagnosis TB dapat dilakukan melalui 3 pemeriksaan meliputi berikut:
2.3.1 Pemeriksaan Gejala Klinis TB
Pemeriksaan gejala klinis TB merupakan salah satu metode penemuan kasus TB pada tingkat awal dengan melihat gejala klinis TB pada seseorang.
Pelaksanaan skrining gejala TB dilakukan dengan melakukan wawancara atau anamnesis kepada pasien untuk mengetahui ada tidaknya gejala yang
dialami mengacu pada gejala-gejala TB. Berdasarkan Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis, gejala utama pasien TB adalah batuk
berdahak selama 2 minggu atau lebih pada pasien. Selain itu gejala TB lain meliputi: mengalami demam yang hilang timbul subfebris, keringat malam
disaat tidak melakukan aktivitas, adanya penurunan berat badan, batuk berdarah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun dan demam
meriang lebih dari satu bulan Kemenkes RI, 2014. WHO telah menetapkan nilai sensitivitas dan spesitivitas skrining TB
Paru berdasarkan gejala klinis TB. Adapun angka sensitivitas dan spesititas skrining menggunakan gejala ditampilkan dalam tabel berikut:
Tabel 2.1 Nilai Sensitivitas dan Nilai Spesitivitas Skrining TB menggunakan Gejala Klinis.
No Skrining Gejala
Sensitivitas 95 CI
Spesitivitas 95 CI
1. Batuk
produktif 2-3
minggu 35 24-46
95 93-97 2.
Batuk lain 57 40-74
80 69-90 3.
Gejala TB lain Pada populasi HIV rendah
70 58-82 61 35-87
4. Gejala TB lain Pada populasi
HIV tinggi 84 76-93
74 53-95 5.
Gejala TB lain Pada populasi HIV tinggi atau rendah
77 68-86 68 50-85
Sumber: WHO, 2013
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa skrining gejala yang memiliki nilai sensitivitas tertinggi yaitu pada gejala TB lain yang dilakukan pada prevalensi
HIV tinggi dengan sensitivitas 84. Hal ini berarti kemampuan skrining menggunakan gejala lain menggambarkan kejadian TB dengan gejala positif
yaitu sebesar 84. Pada gejala utama TB batuk produktif 2-3 minggu, memiliki nilai sensitivitas terendah yaitu 35 namun nilai spesitivitas
tertinggi diantara skinning menggunakan gejala TB lain yaitu 95. Hal ini berarti kemampuan skrining menggunakan gejala utama TB batuk produktif
mampu menggambarkan orang yang tidak terdiagnosis TB dengan hasil gejala negatif yaitu sebesar 95.
Beberapa penelitian terkait nilai sensitivitas dan spesitivitas skrining menggunakan gejala klinis TB telah banyak dilakukan. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan den Boon, et al, yang melakukan evaluasi skrining menggunakan gejala dan rontgen paru dalam survey prevalensi TB diperoleh
hasil bahwa, skrining gejala utama batuk produktif 2 minggu memiliki nilai sensitivitas 54, sedangkan skrining gejala TB lain memiiki nilai sensitivitas
tertinggi pada pasien dengan penemuan bakteri positif + yaitu 69. Dalam penelitian tersebut juga diketahui bahwa gejala utama batuk produktif 2
minggu memiliki nilai spesitivitas 82, sedangkan gejala TB lain memiliki nilai spesitivitas 68 den Boon, et al, 2006.
2.3.2 Pemeriksaan rontgen paru chest x-ray