Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa skrining gejala yang memiliki nilai sensitivitas tertinggi yaitu pada gejala TB lain yang dilakukan pada prevalensi
HIV tinggi dengan sensitivitas 84. Hal ini berarti kemampuan skrining menggunakan gejala lain menggambarkan kejadian TB dengan gejala positif
yaitu sebesar 84. Pada gejala utama TB batuk produktif 2-3 minggu, memiliki nilai sensitivitas terendah yaitu 35 namun nilai spesitivitas
tertinggi diantara skinning menggunakan gejala TB lain yaitu 95. Hal ini berarti kemampuan skrining menggunakan gejala utama TB batuk produktif
mampu menggambarkan orang yang tidak terdiagnosis TB dengan hasil gejala negatif yaitu sebesar 95.
Beberapa penelitian terkait nilai sensitivitas dan spesitivitas skrining menggunakan gejala klinis TB telah banyak dilakukan. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan den Boon, et al, yang melakukan evaluasi skrining menggunakan gejala dan rontgen paru dalam survey prevalensi TB diperoleh
hasil bahwa, skrining gejala utama batuk produktif 2 minggu memiliki nilai sensitivitas 54, sedangkan skrining gejala TB lain memiiki nilai sensitivitas
tertinggi pada pasien dengan penemuan bakteri positif + yaitu 69. Dalam penelitian tersebut juga diketahui bahwa gejala utama batuk produktif 2
minggu memiliki nilai spesitivitas 82, sedangkan gejala TB lain memiliki nilai spesitivitas 68 den Boon, et al, 2006.
2.3.2 Pemeriksaan rontgen paru chest x-ray
Pemeriksaan rontgen
merupakan salah
satu metode
dalam mengidentifikasi kasus TB Paru dengan melihat adanya penyimpangan
kelainan yang terdapat pada hasil rontgen organ paru. Skrining rontgen dengan melakukan rontgen dada dengan proyeksi postero-anterior PA dan
diinterpretasikan oleh ahli radiologi tanpa mengetahui status DM pasien. Hasil dari computed tomography CT scans tidak digunakan sebagai analisis
penelitian. Interpretasi radiologi dibagi berdasarkan luas lesi lesi minimal, lesi luas, letak lesi upper field, lower field, multilobaris, karakteristik lesi
tipikal, atipikal, respons terapi perbaikan, perburukan, menetap, dan gambaran lesi bayangan berawannodular, kavitas, efusi pleura, milier,
scwarte, fibrotik, dan kalsifikasi Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2010.
Luasnya lesi yang tampak pada rontgen paru dapat dibagi sebagai berikut:
a. Lesi minimal Minimal lesion Bila proses TB paru mengenai sebagian
kecil dari satu atau dua paru dengan luas tidak lebih dengan volume paru yang terletak diatas chondrosternal junction dari iga kedua dan prosesus
spinosus dari vertebra toracalis IV dan tidak dijumpai kavitas. b.
Lesi sedang moderately advance lession Proses penyakit lebih luas dari lesi minimal dan dapat menyebar dengan densitas sedang, tetapi luas
proses tidak boleh luas dari satu paru atau jumlah dari proses yang paling banyak seluas satu paru atau bila proses tadi mempunyai densitas lebih
padat, lebih tebal maka proses tersebut tidak boleh lebih dari sepertiga pada satu paru dan proses ini dapattidak disertai kavitas. Bila disertai
kavitas maka diameter semua kavitas tidak boleh lebih dari 4 cm. c.
Lesi Luas Far Advance Kelainan lebih luas dari lesi sedang. Pemeriksaan foto toraks memberi gambaran bermacam-macam bentuk.
Gambaran radiologi yang dicurigai lesi TB paru aktif: Bayangan berawannodular di segmen apikal dan posterior lobus atas dan segmen
superior lobus bawah paru, kaviti terutama lebih dari satu, dikelilingi
bayangan opak berawan atau nodular, adanya bayangan bercak milier, dan efusi Pleura. Sedangkan gambaran radiologi yang dicurigai TB paru inaktif:
Fibrotik, terutama pada segmen apical dan atau posterior lobus atas dan atau segmen superior lobus bawah, kalsifikasi, dan penebalan pleura.
Berdasarkan data WHO, nilai sensitivitas dan nilai spesitivitas skrining menggunakan chest radiographyrontgen paru ditampilkan dalam tabel
berikut:
Tabel 2.2.3 Nilai Sensitivitas dan Nilai Spesitivitas Skrining TB Menggunakan
Rontgen Paru No
Skrining rontgen
Sensitivitas 95 CI
Spesitivitas 95 CI
1. Kelainan hasil rontgen yang
menunjukkan penyakit TB TB aktif atau TB laten
98 95-100 75 72-79
2. Kelainan hasil rontgen yang
merujuk pada TB aktif 87 79-95
89 87-92 3.
Hasil positif pada skrining gejala
90 81-96 56 54-58
Sumber: WHO, 2013 Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai sensitifitas skrining
menggunakan rontgen paru dengan melihat kelainan hasil rontgen yang menunjukkan penyakit TB memiliki nilai sensitivitas tertinggi yaitu 98. Hal
ini berarti kemampuan skrining menggunakan rontgen paru dengan melihat kelainan hasil rontgen yang menunjukkan penyakit TB untuk dapat
menggambarkan orang yang terdiagnosis TB paru dengan hasil skrining positif + yaitu sebesar 98. Sedangkan skrining menggunakan rontgen paru
dengan melihat kelainan hasil rontgen yang merujuk pada TB aktif memiliki nilai spesitifitas tertinggi yaitu 89. Hal ini berarti skrining menggunakan
rontgen paru dengan melihat kelainan hasil rontgen yang merujuk pada TB
aktif untuk menggambarkan orang yang tidak terdiagnosis TB paru dengan hasil skrining negatif - yaitu sebesar 89.
Dalam penelitian yang dilakukan den Boon, et al diperoleh hasil bahwa nilai sensitivitas skrining menggunakan rontgen paru dalam mendeteksi
bakteri positif TB yaitu sebesar 97 dengan nilai spesitivitas 67 den Boon, et al, 2006. Dalam penelitian tersebut dapat diketahui bahwa kemampuan
skrining menggunakan rontgen paru untuk mendeteksi bakteri positif TB yaitu sebesar 97. Sedangkan kemampuan skrining menggunakan rontgen
dalam mendeteksi bakteri negatif yaitu sebesar 67.
2.3.3 Pemeriksaan dahak mikroskopis sputum