Larangan FUNGSI MAJELIS KEHORMATAN NOTARIS DALAM PEMBERIAN PERSETUJUAN TERHADAP PENYIDIK BAGI NOTARIS YANG TERSANGKUT KASUS PIDANA TERHADAP AKTA YANG DIBUATNYA.

50 dilakukan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia atas usul Majelis Pengawas Pusat selama paling lama 6 enam bulan Pasal 9 ayat 2, ayat 3, dan ayat 4 Undang-Undang Jabatan Notaris.

2. Diberhentikan Dengan Tidak Hormat dari Jabatan

Pasal 12 Undang-Undang Jabatan Notaris mengatur Notaris diberhentikan dengan tidak hormat dari jabatannya oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia atas usul Majelis Pengawas Pusat apabila : a. dinyatakan pailit berdasarkan putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap; b. berada di bawah pengampuan secara terus menerus lebih dari 3 tiga tahun; c. melakukan pelanggaran berat terhadap kewajiban dan larangan jabatan. Berdasarkan Pasal 13 Undang-Undang Jabatan Notaris : “Notaris diberhentikan dengan tidak hormat oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia karena dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 lima tahun atau lebih”.

2.2 Akta Notaris

Akta notaris adalah akta yang dibuat di hadapan atau oleh notaris bentuknya sudah ditentukan dalam Pasal 38 Undang-Undang Jabatan Notaris, yang terdiri dari: 1. Setiap akta notaris terdiri atas: a. awal akta atau kepala akta; b. badan akta; dan c. akhir atau penutup akta. 51 2. Awal akta atau kepala akta memuat: a. judul akta; b. nomor akta; c. jam, hari, tanggal, bulan, dan tahun; dan d. nama lengkap dan tempat kedudukan Notaris. 3. Badan akta memuat: 57 a. nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, kewarganegaraan, pekerjaan, jabatan, kedudukan, tempat tinggal para penghadapdanatau orang yang mereka wakili; b. keterangan mengenai kedudukan bertindak menghadap; c. isi akta yang merupakan kehendak dan keinginan dari para pihak yang berkepentingan; dan d. nama lengkap, tempat tanggal lahir, serta pekerjaan, jabatan, kedudukan, dan tempat tinggal dari tiap-tiap saksi pengenal. 4. Akhir atau penutup akta memuat: a. uraian tentang pembacaan akta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat 1 huruf l atau Pasal 16 ayat 7; b. uraian tentang penandatanganan dan tempat penandatanganan atau penerjemahan akta bila ada; c. nama lengkap, tempat kedudukan dan tanggal lahir, pekerjaan, jabatan, kedudukan, dantempat tinggal dari tiap-tiap saksi akta; dan d. uraian tentang tidak adanya perubahan yang terjadi dalam pembuatan akta atau uraian tentang adanya perubahan yang dapat berupa penambahan, pencoretan, atau penggantian. Akta notaris sebagai alat bukti, agar mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna adalah jika seluruh ketentuan prosedur atau tata cara pembuatan akta dipenuhi. Jika ada prosedur yang tidak dipenuhi, dan prosedur yang tidak dipenui tersebut dapat dibuktikan, maka akta tersebut dengan proses pengadilan dapat dinyatakan sebagai akta yang mempuyai kekuatan pembuktian sebagai akta bawah tangan. Jika sudah berkedudukan seperti itu, maka nilai pembuktiannya diserahkan kepada hakim. Ditinjau dari ketentuan Pasal 38 Undang-Undang Jabatan Notaris, alasan suatu akta notaris yang dapat dibatalkan adalah karena melanggar unsur subjektif, yaitu: 57 Habib Adjie, 2011, Kebatalan dan Pembatalan Akta Notaris, Refika Aditama, Bandung, hal. 6.